Sebulan disini lena sungguh merasa bosan. Rasanya lena pengen kabur dari sini. Ia merasa jika sudah bisa ngaji walaupun masih kaku.
Hari ini semakin larut. Tapi, lena belum kunjung ngantuk. Sekelebat ide cemerlang menari - nari diotaknya.
"yeah!! Ok, gue harus pergi dari sini." Ia bereskan baju - bajunya kedalam koper.
"Yihaaa! Sudah selesai." Senyumnya mengembang.
Cklek..
"Wah! Aman nih.." lena mengendap - ngendap untuk berjalan keluar. Tetapi, ada sepasang mata menatapnya tajam.
"Malam - malam begini lena mau kemana? Pake bawa koper segala. Sungguh mencurigakan!"
Setelah sholat tahajud tadi rasanya Ali pengen BAB. Tetapi, matanya melihat lena mengendap - ngendap.
Kakinya segera berhenti. Tetapi, fokus matanya tak bisa berhenti menatapnya. Tetapi, dia tidak langsung bertindak. Melainkan hanya melihatnya dahulu.
Cklek..
"Yes! Akhirnya gue keluar!"
"Keluar kemana len?" Lena tersentak kaget. Kemudian menoleh kebelakang.
Ia mengumpati dalam hati. Bisa - bisanya si Ali menggagalkan rencananya!
"Em--anu-aa.." ia tak bisa melanjutkan katanya. Sangking gugupnya.
"Apa? Cepet masuk!" Perintahnya.
"Tapi, li?"
"Masuk!" Gertaknya. Lena menghentakkan kakinya tanda kesal.
📍📍
Tok.. tok.. tok..
"Len, bangun." Ucap umi mirna dari balik pintu.
Namun, tak ada sahutan. Kemana anak itu batinnya.
"Lena didalam kan?" Lagi dan lagi tak kunjung ada sahutan.
"Li.. Ali!" Teriaknya memanggil Ali. Takut jika terjadi sesuatu pada lena.
"Ada apa mi?"
"Lena kemana?"
Ali cengo. "Hah? Jangan - jangan kabur." Selidik Ali.
Mirna terperangah kaget mendengarnya. Sepertinya tak mungkin.
"Maksudnya?"
"Tadi malam, Ali mergokin lena mau kabur mi."
"Coba kamu buka li pintunya."
Cklek..
Ali mendapati lena meringkuk didalam selimut dengan mata terpejam.
"Gimana li?"
Rasa lega Ali dapatkan. "Alhamdulillah mi. Masih tuh dia tidur."
"Alhamdulillah kalau gitu."
"Iya, mi."
"Ali mau bangunin lena dulu." Ia berjalan keluar mengambil segelas air.
"Jangan bilang mau bangunin lena dengan air itu." Ali mengangguk.
"Tapi, apa gak keterlaluan? Kalau gak gini gak bakal bangun mi. Percaya dengan Ali." Umi mirna tak bicara sepatah kata pun. Sedangkan Ali bergegas untuk membangunkan lena.
"Len, bangun." Samar - samar lena sudah mendengar suara Ali. Tetapi, ia hanya menggeliat.
"Bangun len."
"Ya."
"Sabar li sabar." Sambil mengelus dadanya.
Ali menyiram air kemuka len. Seketika lena gelagapan dan langsung bangkit duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Teh (ENDING)✔
FanfictionCerita ini request dari teman. Aku sengaja repost. Cerita ini awalnya cerita pertamaku diwattpad. Aku pikir cinta bisa tumbuh dengan cara apapun termasuk melalui secangkir teh - Muhammad Aliyy Azam. Cinta nyatanya memang rumit. Apakah hanya karena...