02: airplane

6.3K 696 29
                                    

Pagi-pagi sekali, Yoongi segera mandi dan membangunkan Jimin. Ia sudah rapi ketika Jimin memasuki kamar mandi. Lihat saja outfit yang ia pakai, baju lengan panjang berwarna biru navy dan celana bahan yang terlihat mewah ditubuh kurusnya. Tidak lupa sebuah kacamata hitam yang bertengger dihidungnya yang terpahat kelewat sempurna.

Hanya beberapa menit, Jimin telah menyelesaikan ritualnya. Tubuhnya sudah menyeruakkan bau yang sama seperti Yoongi karena mereka memakai sabun yang sama.

Jimin melihat kearah Yoongi yang mengecek segala keperluannya, lalu mencebik kesal ketika koper rapi Yoongi sudah berantakan.

"Kau seperti tidak pernah merapikan barangmu. Pantas rumah ini mengerikan" ucap Jimin lalu membongkar kopernya pelan untuk menemukan outfit yang akan ia pakai selama perjalanan. Yoongi melirik tajam lalu kembali melakukan aktivitasnya.

Semuanya sudah siap. Mereka langsung berangkat ketika taksi yang dipesan telah tiba didepan rumah itu. Jimin bahkan tertawa melihat ekspresi supir yang sedikit ketakutan mengetahui lokasi pick-up pelanggannya ini, malah pagi-pagi buta.

"Yoongi, kita mau kemana, rupanya?" Tanya Jimin setelah memasuki taksi. Selama perjalanan, tidak ada kemacetan yang berarti di kota Seoul yang terkenal macet. Alunan musik jazz selama perjalanan mengiringi suasana tentram itu.

"Amerika"

Jimin tidak dapat menyembunyikan kekagetannya mendengar penuturan Yoongi yang sekarang terlihat santai mendengar alunan musik yang disetel supir.

"Kau akan bayar aku, kan?" Tanya Jimin, matanya memicing. Yang Jimin kagetkan bukan karena mereka akan ke Amerika, Jimin sudah pernah kesana sekali saat musim panas. Masalahnya ia mengira mereka hanya akan ke kota di Korea Selatan, atau ke Jepang. Untung ia menyiapkan passport, namun uang yang ia bawa tidak cukup.

Tubuh Yoongi mendekat kearah Jimin, lalu memiringkan kepalanya agar dapat berbisik di telinganya.

"Eh? Bayar kau? Memangnya kau berbuat apa hingga aku harus membayarmu?"

Bulu kuduk Jimin naik, pori-porinya jadi membesar ketika nafas Yoongi menyentuh kulitnya. Dengan cepat Jimin segera menggeser menjauhi Yoongi.

"Aku sudah menemanimu!" Teriak Jimin. Sang supir yang nyaman menyetir pun melirik melalui kaca ketika suara keras Jimin merusak pagi damai itu.

"Panggil aku Hyung, bocah. Aku sudah bernafas dua tahun lebih lama darimu" ucap Yoongi lalu semakin menurunkan jendela mobil. Mereka memang sengaja tidak menghidupkan AC karena udara pagi di Kota Seoul sangat sejuk.

"No!" Bantah Jimin. Menurutnya memanggil Yoongi dengan 'Hyung' terlihat menjijikkan, dan ia tidak mengakui Yoongi sebagai kakak.

Bantahan Jimin tidak diindahkan oleh Yoongi yang sudah menaruh dagunya ditelapak tangan, pipinya bersentuhan kecil dengan jendela yang agak berembun itu. Rambut hitamnya melambai-lambai.

***

"Uangku hanya tinggal 30₩ kalau membayar tiket sialan itu, Yoon" ucap Jimin pelan saat tangan kanan Yoongi mengadah kearahnya. FYI, mereka sudah berada di bandara, tepatnya didepan lokasi pencairan tiket. Wanita dengan surai disanggul dan kemeja warna merah sesaat mengagumi wajah kedua pria dihadapannya.

"Cepat, noona cantik itu sudah menunggu" goda Yoongi kearah Jimin yang enggan merogoh dompetnya. Wanita yang dimaksud pun menahan senyum yang akan keluar, pipinya memerah karena dikatakan cantik oleh Min Yoongi.

"Hyung, ua--"

Yoongi langsung merogoh kembali dompet tebalnya, ia membuat gestur dua jari terangkat kepada wanita yang langsung kecewa karena kedua pria itu akan segera pergi.

Count Me In (yoonmin)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang