Jimin disambut dengan baik oleh teman-teman kampusnya. Bahkan yang belum pernah menyapanya mengatakan selamat atas kesuksesannya kemarin. Tentunya Jimin membalas dengan ucapan terimakasih.
Dan sekarang, Jimin sudah berada dikelasnya, ia tidak terlalu memerhatikan dosennya mengajar. Ia asyik sendiri mengetuk-ngetuknya pensilnya dengan kursinya. Untung saja ia duduk paling belakang.
"Aeri! Apa kau sudah baca novel Min Yoongi? Ma--"
Jimin segera menyumpal telinganya dengan headset, lalu diputarnya lagu beraliran rock dengan volume kencang.
"Jangan spoiler!!!!!!" Teriak Jimin karena suara gadis-gadis dibelakangnya itu mulai menusuk melewati headset yang ia kenakan.
"Park-ssi! Kenapa anda berteriak dikelas--kenapa anda menggunakan headset? Keluar dari kelas saya!"
Oh, dengan senang hati.
***
Itu adalah kelas terakhir Jimin. Sekarang sudah pukul empat sore. Dengan segera Jimin menggayuh sepedanya menuju toko buku kecil didekat kampusnya. Ia harap masih ada beberapa novel Min Yoongi yang belum terjual.
"Wah, kamu telat, nak. Semalam sudah habis semua" jawab penjaga toko buku ketika Jimin tanyai tentang persediaan novel tersebut.
Jimin kembali menggayuh sepedanya. Cukup banyak toko buku di Seoul, namun jaraknya saling berjauhan.
Jimin tiba di toko buku yang lebih besar. Sayangnya novel tersebut sudah habis dijual.
"Berapa eksemplar sih yang ia cetak? Kenapa habis semua?!" Teriak Jimin penuh kekesalan. Bahkan penjaga toko kaget mendengarnya. Sebenarnya, Jimin masih bisa mengunjungi Yoongi. Meminta berapapun cetakan buku itu, tapi Jimin sudah berjanji untuk membelinya sendiri.
"Oppa... sedang mencari novel karya Min Yoongi yang judulnya--"
"Iya! Apa kau punya?"
Tiba-tiba saja ada seorang gadis, sepertinya masih SMA, mendekati Jimin. Ia menganggukkan kepalanya ragu.
"Kemarin aku beli, tapi tadi pagi adikku yang masih balita mengoyak sampulnya. Apa oppa masih ingin beli? Diskon 30% kok" jelas gadis itu dengan mata yang mulai berair.
"Apa? Siapa yang ingin beli buku yang sampulnya koyak?"
Gadis itu mulai meneteskan air mata.
"I-itu aku beli pakai uang tabunganku sendiri sejak dua bulan yang lalu, bahkan aku melakukan kerja paruh-waktu. Kemarin juga sampai ada adegan rebut-rebutan di perpustakaan..." ia mulai menceritakan pengalamannya.
Hati Jimin tersentuh. Tapi tetap saja, siapa yang mau membelinya dengan hanya diberi diskon 30%?
"Sudah, jangan menangis. Nah, bagaimana kalau kau bantuin aku mencari bukunya. Lalu aku beli bukumu, oke?"
Gadis itu mengangguk dengan semangat. Ia mengelap air matanya yang menetes di pipinya.
"Kita bisa melihat persediaan stok melalui internet, oppa" ucap gadis itu lalu membuka aplikasi Naver dengan ponselnya.
Jimin hanya bisa melongo dibuatnya.
***
Jimin sudah berada disebuah perpustakaan yang tidak terlalu jauh darinya. Di tasnya sudah ada novel karya Min Yoongi dengan kondisi yang naas. Bahkan Jimin tidak dapat melihat judulnya dari sampul itu.
Perpustakaan ini terlihat ramai sekali. Jimin jadi mewanti-wanti akan terciptanya perang perebutan novel seperti cerita gadis yang tidak ia ketahui namanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Count Me In (yoonmin)✔
Fanfiction[COMPLETED] Min Yoongi, pria idealis yang berkecimpung di dunia pernovelan. Menjadi novelis terkenal dengan mengangkat genre roman. Pergi ke Amerika hanya untuk menyelesaikan epilog dari novel bestseller-nya. Dengan mengajak Park Jimin, tentunya.