19: festival

4K 538 73
                                    

Paginya, Yoongi terbangun dengan rasa geli pada tengkuknya. Ini pasti surai Jimin. Yoongi menaikkan suhu AC kembali lalu perlahan menjauhkan kedua tangan Jimin; yang satu berada di rahangnya dan satunya lagi memeluk lengannya.

Yoongi menyibak gorden dan membiarkan matahari yang entah sejak kapan sudah bersinar seterang itu. Saat Yoongi berbalik, ia menemukan Jimin yang sudah terduduk sambil mengucek matanya.

"Jam 9?!" Jimin tiba-tiba teriak ketika melihat ponselnya. Ia segera menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan berlari ke dalam kamar mandi, hampir tersandung. Ia kemudian menyembulkan wajahnya dan melihat kearah Yoongi. "Telur dadar ya!" Ucapnya sebelum membanting pintu kamar mandi.

"Imut sekali" gumam Yoongi. Ia kemudian memikirkan perkataan Jimin. Telur dadar? Maksudnya sarapan pagi ini?

Yoongi menepuk dahinya. Ia belum merestok bahan makanan. Ia bahkan makan junk food dua hari sebelum pergi ke Amerika karena terlalu malas untuk pergi ke supermarket dan membeli bahan makanan. Yoongi pun segera mengambil kunci motornya yang sudah jarang ia gunakan karena Yoongi lebih sering bepergian dengan mobil. Lagian, lebih mudah menyelip.

Agak lama bagi Yoongi untuk mencapai supermarket yang berada di simpang jalan karena kendaraan yang padat. Setelah sampai, ia langsung mengambil satu pak telur ayam, beberapa rempah-rempah, garam, minyak goreng, dan keperluan lainnya. Setelah itu ia mengantre, namum antreannya diambil oleh seorang perempuan yang memakai pakaian layaknya anggota punk. Ia membeli sebungkus rokok dan lima jenis makanan ringan. Yoongi ingin memarahinya, namun ia menahannya.

Setelah membayar, Yoongi menjalankan motornya. Ia bahkan hampir menabrak seorang ibu yang tiba-tiba berhenti untuk mengangkat telepon di tengah jalan.

Perjuangan Yoongi bak superhero ingin membeli tang yang harus ia gunakan untuk memutus kabel warna merah, putih, dan biru pada rangkaian bom waktu.

Dan perjuangan itu berakhir sia-sia ketika melihat Jimin yang baru keluar melewati pagar rumahnya. Ia memandang Yoongi kesal. "Lama sekali!" Teriaknya kesal. Ia segera berlari menuju halte, meninggalkan Yoongi yang masih terdiam diatas motornya.

"Untung saja kau itu Jimin" desisnya.

***

"Jiminie mau kemana tanggal 24 nanti?"

Jimin melihat kearah Hoseok. Mereka sedang menuju halte bus setelah selesai latihan. Mereka mempelajari koreografi baru. Hari ini sudah tanggal 21, hari terakhir mereka latihan sebelum kembali dilanjutkan pada tanggal 7 Januari.

"Dirumah?" Jimin malah balik bertanya. Hoseok gemas sendiri sehingga ia merangkul Jimin pada pundaknya. "Kau tidak ada acara dengan seseorang begitu?" Tanya Hoseok.

"Hmm. Tidak. Aku mungkin akan membantu memasak daging untuk perayaan natal, Hyung" ucap Jimin senang. Kalau ibunya mendengar ini, ia mungkin akan segera menyuruh Jimin tidak pulang seharian pada tanggal 24.

"Jadi, kau tidak ada kencan natal?!" Hoseok terkejut. Ia tidak tahu kalau wajah imut dan menggemaskan milik Jimin ini disia-siakan. Sayang sekali.

"Kencan natal?" Tanya Jimin dengan polos.

"Kencan tanggal 24, Jim! Seperti pergi menonton bioskop, atau makan malam bersama di restoran, atau nonton festival bareng!" Ucap Hoseok dengan semangat, senyumnya merekah.

"Ooh. Aku pernah nonton festival bersama Jihyun saat masih 12 tahun" ucap Jimin, saat itu mereka terpisah sehingga Jihyun menangis dengan hebat. Hal itu sungguh membekas di hati Jimin, sampai-sampai ia masih mengingat umurnya saat kejadian itu. Itu natal kedua kali dimana mereka tidak pergi kerumah neneknya yang ada di Busan. Namun natal kali ini, mereka merayakannya di Seoul. Biasanya mereka memakan babi panggang dan bertukar kado.

Count Me In (yoonmin)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang