Selamat membaca! Jangan pedulikan mulmed.
Cahaya mentari terlampau menyengat, membuat pria bermarga Park terbangun dari tidurnya. Dilihat dari intensitas cahaya matahari yang baru memasuki retinanya, setidaknya ini sudah jam sembilan.
Ia mengucek matanya beberapa kali, mencoba menghilangkan rasa kantuk karena hampir tidak tidur untuk mengganti kompres Yoongi.
Ya, kalau kalian tidak tahu, sebenarnya Jimin adalah pria yang baik.
Sedetik setelah Jimin membuka mata, ia dikagetkan dengan wajah Yoongi yang terlampau dekat dengannya. Ia juga merasakan telapak tangan pria itu berada di surainya, seperti menahan kepalanya untuk tidak mundur.
Jimin segera menjauhkan tangan Yoongi dan mendudukkan dirinya. Ia memperhatikan kalau selimut yang ia bungkus kemarin sudah tidak jelas bentuknya. Setidaknya sih masih menutupi tubuh Yoongi yang tidur tanpa pakaian.
Akan jadi awal hari yang bagus kalau mendapati Yoongi bertelanjang dada di pagi hari.
Tangannya dengan cekatan memperbaiki bentuk selimut yang dikenakan Yoongi, namun pria itu malam berdeham dan terbatuk sedikit.
"Kau sudah bangun?" tanya Jimin santai. Ia bahkan langsung membantu Yoongi untuk mengambil posisi duduk.
"Bodoh, memang aku menyuruhmu untuk mendudukkanku? Aku mau tidur saja. Tidur adalah posisi terbaik" ucap Yoongi. Suaranya masih berat dan serak khas baru bangun tidur. Jimin memutar manik matanya lalu dengan perlahan menidurkan badan Yoongi kembali. Sebenarnya Jimin juga bingung kenapa ia langsung memapah tubuh Yoongi agar ikut duduk sepertinya.
"Aku akan buat sup" ucap Jimin ketika tidak ada percakapan antara mereka. Jimin segera keluar dari kamar sebelum Yoongi mengatakan sesuatu.
Setelah mencapai dapur, Jimin berusaha mengatur napasnya. Ia tidak dapat tenang kalau berada di kisaran radius 15 meter dari Yoongi, bahkan lebih.
"Gi-gila saja aku bermimpi dicium Yoongi" gumam Jimin, ia segera tertawa remeh untuk dijadikan penyemangat.
"Tetapi terasa seperti sungguhan" gumam Jimin lagi. Sebelum tangannya bersentuhan dengan bahan-bahan berbau menyengat seperti bawang yang ia perlukan untuk membuat sup, Jimin menyentuhkan jarinya dengan bilah bibirnya.
"Bisa gila kalau itu bukan mimpi" ucap Jimin lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tangan kanannya meraih pisau berukuran kecil.
"Aku akan mulai dengan memotong bawang merah"
***
Disisi lain, Yoongi sedang asik bermain dengan ponsel tipisnya. Ia kemudian menyentuh dahinya, merasa panasnya menurun.
"Bocah itu pasti pura-pura lupa kejadian kemarin, hah" monolog Yoongi. Ia kemudian menyentuh bibir bawahnya yang berhasil menyentuh bibir atas Jimin semalam, perlahan-lahan senyumnya terbit.
'Dia bisa pura-pura, tapi sebenarnya dari awal, bukankah detak jantungnya selalu cepat kalau bersamaku? Pasti taklama lagi akan luluh' pikir Yoongi. Ia menaruh keyakinan yang besar pada instingnya yang satu itu.
"Arggh, lama sekali" gerutu Yoongi. Ia tidak sabar menunggu Jimin selesai memasak sup. Ia lapar karena tidak makan kemarin, ia langsung ambruk dan bodohnya Jimin tidak menyodorkan makanan untuk orang sakit sepertinya semalam.
Akhirnya, Yoongi-dengan segala tenaganya-berusaha untuk menggerakkan tubuh lemasnya dan membawanya kedapur.
Dia melihat Jimin memasukkan beberapa sayur kedalam panci tempat ia memasak sup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Count Me In (yoonmin)✔
Fanfiction[COMPLETED] Min Yoongi, pria idealis yang berkecimpung di dunia pernovelan. Menjadi novelis terkenal dengan mengangkat genre roman. Pergi ke Amerika hanya untuk menyelesaikan epilog dari novel bestseller-nya. Dengan mengajak Park Jimin, tentunya.