[Asal membuat mulmed.]
Happy reading!Tidak ada yang benar-benar mengerti isi hati kedua pria yang sedang berhadapan di meja makan itu.
Yang bersurai hitam sibuk menggulir layar ponselnya dengan tangan kirinya sedang tangan yang kanan memegang sendok makan.
Yang bersurai oranye dengan malas menyuapkan nasinya kedalam mulut.
Masing-masing dari mereka punya dorongan untuk saling diam. Bahkan yang biasanya si surai hitam-Yoongi- selalu membangunkan Jimin kalau sarapan sudah siap, kini tidak. Hanya saja Jimin terbangun dan lapar. Dan meskipun tidak ingin berhadapan dengan Yoongi, Jimin lebih tidak ingin menahan lapar.
Beruntung karena hanya fokus pada makanan yang disajikan dihadapannya, Jimin dengan cepat menghabiskan makanannya. Ia segera meneguk habis air mineralnya dan mencuci piring. Setelah itu, ia kembali kedalam kamar.
Jimin segera menidurkan tubuhnya, tidak peduli berat badannya mungkin akan bertambah kalau ia langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur. Ia mengingat-ingat kembali kejadian kemarin dan air mukanya berubah, kelihatan seperti menahan kesal yang membuncah.
"Apa maksudnya ikut mendiamiku, huh?" monolog Jimin. Ia mengetuk layar ponselnya sambil berpikir.
Yang tak masuk akal baginya adalah Yoongi ikut mendiaminya. Dalam benak Jimin, seharusnya Yoongi meminta maaf kepadanya, mengatakan bahwa ia akan mencari waktu luang untuk mengganti kejadian itu dan pergi ke tempat wisata lainnya.
Yang Jimin maksud adalah kejadian barusan. Tentunya alasan heningnya pagi itu adalah kejadian semalam di taman hiburan. Jimin mudah ngambek, tidak suka jika keinginannya tak terpenuhi meski yang lain mungkin akan menderita, dan kejadian semalam sungguh berbekas dihatinya. Mereka masih punya banyak waktu untuk mencoba berbagai wahana namun hanya menaiki bianglala.
Ia juga langsung turun dari mobil sedetik setelah mobil itu menepi di depan rumah. Langsung mengurung diri di kamar, baru keluar tadi dan karena lapar. Mungkin kalau Jimin tidak lapar hingga besok, ia takkan keluar kamar hingga besok.
"Dan aku mengatakan aku akan balik ke Korea... Bagaimana caranya?" Jimin bermonolog lagi. Dengan sigap ia membuka ponselnya dengan menempelkan jari jempolnya diatas tombol sensorik ponselnya dan mengakses internet. Ia segera membuka berbagai macam situs yang dapat menuntunnya pulang ke Korea.
Salah satu judul situs yang ada pada urutan ketiga teratas, "Ke Luar Negeri Sendiri tanpa Tour Guide?! (Khusus untuk yang tidak bisa berbahasa Inggris)" menarik perhatian Jimin. Ia segera mengeklik judul bercetak tebal yang diketik dengan warna biru. Setelah menunggu agak lama untuk meng-load, akhirnya situs itu terbuka. Jimin segera membaca isi situs itu, maniknya bergerak ke kiri dan kanan dan sesekali melompati beberapa kalimat yang tidak penting.
"Bodohnya aku" rutuk Jimin. Ia tidak menyangka kalau ia bisa melupakan adanya sebuah aplikasi bersahabat bernama Google Translate. Ia seharusnya dapat pulang beberapa hari yang lalu sendiri dan bukannya berakhir menemani Yoongi ke museum.
Jimin segera berdiri. Ia merapikan barang-barangnya yang tidak terlalu banyak meski berantakan. Tujuannya sudah bulat, yaitu balik ke Korea. Dan tidak mungkin ia berlama-lama disini dengan Yoongi. Selain karena ia berjanji untuk kembali ke Korea semalam kepada Yoongi, ia merasa tidak tahan bersama Yoongi. Mungkin karena sifat mereka berbanding terbalik. Jimin mengangguk-angguk pelan, ini kesekian kalinya opininya tentang dirinya dan Yoongi tidak akan pernah cocok terbukti benar.
Mungkin kalau ia seorang perempuan dan hanya Yoongi pria satu-satunya yang tersisa, mungkin ia lebih baik bunuh diri dan membiarkan Yoongi memilih perempuan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Count Me In (yoonmin)✔
Fanfiction[COMPLETED] Min Yoongi, pria idealis yang berkecimpung di dunia pernovelan. Menjadi novelis terkenal dengan mengangkat genre roman. Pergi ke Amerika hanya untuk menyelesaikan epilog dari novel bestseller-nya. Dengan mengajak Park Jimin, tentunya.