Jimin kembali lagi. Tentunya ke kediaman Min Yoongi setelah semalam mereka merayakan natal bersama.
Sayangnya Yoongi sedang sibuk-sibuknya. Padahal ia menyuruh Jimin untuk menemaninya seharian, namun ia malah sibuk mengejar deadline akibat banyak bersantai tiga hari belakangan ini.
"Hyung jangan dipaksakan. Dari jam delapan pagi sampai jam makan siang Hyung terus duduk membungkuk ke layar laptop seperti itu" ucap Jimin sambil mengelus Chimmy yang ada dihadapannya. Chimmy sedang memakan makanan anjing yang Jimin beli dengan voucher yang diberi Yoongi di Shooky Pet's Shop beberapa ratus meter dari rumahnya.
Tidak ada sahutan.
"Ini juga Chimmy makan mulu! Enak ya Chim?" Jimin mencoba mendapatkan atensi dari Chimmy, namun anjing kecil itu tidak mempedulikannya.
Karena kesal, Jimin mendudukkan dirinya ke sofa disamping Yoongi. Ia melihat kearah Yoongi ragu sebelum tidur dengan meletakkan kepalanya diatas pangkuan Yoongi. Kakinya ia selonjorkan.
"Ya! Jiminie! Kau membuat Hyung terkejut" Yoongi melihat kearahnya, mencubit pipi Jimin lalu kembali mengerjakan tugasnya yang terbengkalai.
Jimin memiringkan kepalanya, melihat layar laptop Yoongi yang menampilkan tulisan-tulisan yang yang indah. Jimin tidak mau membacanya sebelum novel itu benar-benar rilis.
Manik Jimin menyorot kalimat singkat yang ada pada pojok bawah kiri aplikasi Microsoft Words itu.
167543 words, 327 pages.
"Hyung mau menulis hingga berapa lembar?" Tanya Jimin.
"Hmm, 350 halaman, mungkin lebih"
"Sebentar lagi siap ya?" Yoongi hanya mengangguk.
"Kapan penerbitan perdananya, Hyung?"
"Sebentar lagi. Tanggal 18 bulan depan"
Jimin mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia seperti janggal dengan tanggal itu.
"Jiminie datang ya melihat Hyung?" Tanya Yoongi sembari menyandarkan tubuhnya ke sofa. Ia ingin menggerakkan tubuhnya yang kaku ke kanan kiri namun sulit karena Jimin sedang tiduran diatas pahanya.
Jimin menghadap kearah Yoongi. Ia mengangkat jempolnya kearah Yoongi dan tersenyum manis hingga matanya menyipit membentuk sebuah garis lurus.
"Tentu Hyung! Nanti aku juga akan membeli bukumu, lalu ikut fansign" ucap Jimin. Yoongi terkekeh.
"Buat apa beli bukunya? Hyung kasih 1000 eksemplar juga tidak apa. Semua akan Hyung tandatangani" ucapnya dengan bangga sambil mempraktekkan dirinya menandatangani setiap buku untuk Jimin dengan semangat diatas udara. Jimin tertawa lalu menepuk lengan Yoongi.
"Ish! Aku kan mendukung pacarku"
Ah, masih dua hari pacaran.
Tentu saja masih malu-malu mengingat status itu.
Wajah Jimin memerah ketika mengucapkan hal itu, lain halnya dengan Yoongi yang mencubit hidung Jimin karena gemas, biasa saja dengan kata pacar yang terlontar dari mulut Jimin.
"Manis sekali" Yoongi menaikkan paha kanannya tiba-tiba sehingga Jimin berteriak kaget, segera terduduk. Yoongi tertawa melihat ekspresi Jimin.
"Hyung menyebalkan! Aku pulang saja!"
Jimin sudah berdiri, hendak pergi namun Yoongi menarik tangannya sehingga terjatuh diatas paha Yoongi dalam posisi menyamping.
"Hyung minta ditemani agar bisa melakukan adegan romantis setelah lelah menulis. Belum juga apa-apa sudah pergi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Count Me In (yoonmin)✔
Fanfiction[COMPLETED] Min Yoongi, pria idealis yang berkecimpung di dunia pernovelan. Menjadi novelis terkenal dengan mengangkat genre roman. Pergi ke Amerika hanya untuk menyelesaikan epilog dari novel bestseller-nya. Dengan mengajak Park Jimin, tentunya.