"Apa alibimu?"
Taehyung hanya bisa menyengir melihat Jimin dengan wajah merah padam karena marah kepadanya. Jungkook malah bertindak sebagai seorang detektif; duduk disebelah Jimin dengan buku catatan kecil ditangannya untuk mencatat setiap kata yang dilontarkan Jimin maupun Taehyung.
"Kau juga Kook-- kenapa Si Pendek?!" Jimin merebut catatan kecil Jungkook dan membaca kata perkata diatas lembar putih itu 'Si Pendek: Taehyung, Si Tampan: Iya Jimin?, Si Pendek: Apa alibimu?'
"Ini biar terlihat keren! Kalau catatan ini dicuri oleh seseorang, atau berada ditangan yang salah, mereka tidak akan tahu siapa Si Pendek dan Si Tampan!" Jungkook mengambil kembali catatan kecilnya itu. Ia tidak tahu kalau Taehyung sudah senyam-senyum dengan bangga karena dikatakan Si Tampan.
"Ya Jiminie, kalau kami tidak meninggalkanmu, kau pasti belum melepas gelar lajangmu!" Ucapan Taehyung dan bagaimana pria itu mengangkat bibirnya membentuk senyum kotaknya membuat Jimin semakin kesal.
"Memang kenapa kalau aku lajang? Aku bahagia saja kok!"
"Tapi kau terlihat senang dan pipimu merona sekali semalam ketika dicium oleh Min Yoongi, kelihatan sekali padahal dari radius seratus meter" Taehyung malah membalikkan suasana. Yang seharusnya ia bersalah karena meninggalkan Jimin sendirian dan seharusnya dimarahi oleh Jimin.
"Dasar penguntit!" Teriak Jimin dengan pipi yang sudah merona.
"Sudahlah! Habiskan makananmu cepat dan ayo karaokean"
***
Setelah pulang dari Coin Karaoke, dimana mereka membayar untuk bernyanyi setiap lagu, tidak menyewa per jam, Jimin langsung bersiap-siap. Padahal masih ada tiga jam sebelum mereka pergi kerumah Yoongi untuk merayakan natal bersama.
Alhasil Jimin bingung sendiri. Ia sudah rapi dengan kemeja putih dan jas hitam dengan celana bahan berwarna hitam juga. Rambutnya telah diberi gel agar tertata rapi. Ia bahkan telah memakai lipbalm yang Yoongi suka.
"Ah..." Jimin malu dengan pemikirannya sendiri. Sejak kapan Yoongi mengatakan kalau ia menyukai lipbalm itu? Meski begitu Jimin kembali becermin dan memoleskan lipbalm itu sedikit lagi, membuat warnanya terlalu merah.
"A-apa ini terlalu merah?" Jimin menggelengkan kepalanya. Karena acaranya formal, pasti cocok-cocok saja.
Setelah semua persiapan Jimin telah selesai, barulah ibunya menyuruh untuk bersiap-siap. Satu jam lagi ternyata. Jimin memilih menghabiskan waktu dengan bermain ponsel. Sekarang ia sibuk menggulir layar ponselnya dan membaca beberapa berita tentang politik maupun keadaan lalu lintas yang macet karena salju yang tertimbun di jalan raya.
Mengingat dinginnya hari ini, Jimin mengambil penutup telinga yang diberi Yoongi. Rasanya tidak cocok sekali digunakan, apalagi benda itu dapat merusak tataan rambutnya. Jiminpun memilih memakai sarung tangan hangat dan sebuah syal.
Terdengar ketukan dipintu kamar Jimin. Kepala ibunya menyembul dari sana. "Jimin, kau sudah siap? Ayo berangkat!" Ucapnya. Jimin mengangguk. Setelah itu ia kembali becermin dan keluar kamar bertepatan dengan Jihyun yang baru saja keluar.
Ah. Memang kakak beradik. Jihyun terlihat mirip sekali dengan Jimin. Belum lagi tataan rambut mereka yang sama, kentara sekali ada hubungan darah.
"Hyung, jangan lupa membawa hadiah natal! Kita mau tukar kado dengan keluarga Yoongi-hyung." Lalu Jihyun berjalan cepat melewatinya dan menuruni tangga.
Jimin terdiam ditempat. Ia memasuki kembali kamarnya lalu melirik kado natalnya. Kotak seukuran telapak tangan dengan kelima jari yang terbuka lebar berwarna biru dengan tambahan glitter keemasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Count Me In (yoonmin)✔
Fanfiction[COMPLETED] Min Yoongi, pria idealis yang berkecimpung di dunia pernovelan. Menjadi novelis terkenal dengan mengangkat genre roman. Pergi ke Amerika hanya untuk menyelesaikan epilog dari novel bestseller-nya. Dengan mengajak Park Jimin, tentunya.