Jimin tentu menepati janjinya. Ia datang pagi, jam 8 kerumah Yoongi dengan menggayuh sepeda. Udara pagi itu sangat dingin sehingga Jimin menggunakan mantelnya dan sarung tangan yang akhirnya ia beli kemarin. Lebih tepatnya, Yoongi yang membelinya sebelum mereka benar-benar pulang.
Jimin melihat dari kalau ada truk yang baru saja mengirim pohon natal yang mereka beli kemarin, membuat Jimin semakim bersemangat. Ia memasuki rumah Yoongi. Pemilik rumah sedang berbicara dengan supir truk, melirik Jimin yang menggayuh sepdanya melewatinya, lalu tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Apa yang dilakukan pencuri disini?" Tanya Yoongi ketika melihat Jimin membuka barang belanjaan mereka kemarin yang ia letakkan disamping pintu masuk. Supir truk itu memasukkan pohon natal itu dengan dua orang temannya.
Jimin terkekeh lalu mengambil hiasan natal berbentuk bintang berwarna putih yang dihiasi glitter. "Nanti Jimin yang pasang!"
Yoongi gemas sendiri. Dan kenapa Jimin memanggil dirinya dengan Jimin? Itu membuat hati Yoongi luluh. Iapun mengiyakan Jimin.
Setelah itu dengan sendirinya mereka sibuk membersihkan rumah Yoongi yang berukuran cukup besar itu, mulai dari yang tersudut. Jimin sebelumnya sudah melepas mantel dan sarung tangannya. Ia untungnya membawa masker sehingga tidak secara langsung menghirup debu yang menyelimuti setiap barang dikamar Yoongi. Jimin sebelumnya sudah yakin kalau akan menemukan banyak sekali debu, namun ia tak pernah menyangka akan sebanyak ini.
Ia lebih kesal lagi ketika melihat Yoongi yang malas-malasan membersihkan jendela dengan kemoceng, sedangkan Jimin harus membungkukkan badannya untuk menyapu debu yang berada didapur Yoongi. Ia bahkan menyedot kembali debunya dengan vacuum cleaner kecil milik Yoongi.
Alhasil, hampir 80% Jimin yang membersihkan rumah yang bukan miliknya.
***
"Capek!!" Teriak Jimin. Ia baru saja kembali dari pekarangan rumah Yoongi, menanam bibit bunga yang ia beli kemarin di sebuah toko dipinggir jalan sebelum mereka pulang. Untungnya tanah pada pekarangan rumah Yoongi subur. Jimin melirik jam yang tergantung diatas televisi. Sudah jam 7 malam. Hampir seharian ia membersihkan rumah itu.
Jimin segera menidurkan tubuhnya dilantai rumah Yoongi. Sudah bersih, mengkilap, sehingga ia tidak takut untuk menidurkan dirinya dilantai. Yoongi kemudian datang dengan membawa dua kaleng jus jeruk. Ia duduk bersila dihadapan Jimin dan memberi satu padanya. Jimin lekas terduduk dan membuka penutup kaleng itu, lalu menegak habis isinya tanpa sisa.
"Kau seperti mandi keringat" kata Yoongi. "Mandi sana, pakai baju Hyung saja" tambahnya. Ia memundurkan sedikit tubuhnya karena mencium aroma tak sedap dari Jimin. Jimin sendiri kesal karena mengetahui alasan kenapa Yoongi memundurkan dirinya sehingga ia sengaja mendekatkan tubuhnya ke Yoongi sebelum berdiri dan melesat pergi ke kamar Yoongi.
Setelah 20 menit, Jimin keluar kamar mandi dengan melilitkan handuk berwarna biru muda di perutnya. Bertepatan ketika ia keluar, Yoongi berada dihadapannya dengan handuk yang ia lampirkan di bahunya.
"Sudah siap kan?" Tanya Yoongi. Ia bahkan tidak melirik ke dada telanjang Jimin. Jimin hampir mengangguk, namun Yoongi segera memasuki kamar mandi sehingga Jimin harus masuk kembali.
"Kenapa belum keluar juga? Mau mandi lagi?" Tanya Yoongi. Jimin segera berbalik, niatnya ingin melempar tatapan tajam bak elang. Namun ternyata Yoongi menatapnya lebih tajam lagi, dengan kaus yang baru saja terlepas dengan sempurna dan menampilkan perut mulusnya.
Tanpa menjawab, Jimin segera keluar dan mencari baju yang bisa ia kenakan. Ia memilih sebuah sweater berwarna kuning. Lucu juga kalau Yoongi memiliki ini. Setelah dipakai, Jimin baru sadar kalau ukurannya terlalu besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Count Me In (yoonmin)✔
Fanfiction[COMPLETED] Min Yoongi, pria idealis yang berkecimpung di dunia pernovelan. Menjadi novelis terkenal dengan mengangkat genre roman. Pergi ke Amerika hanya untuk menyelesaikan epilog dari novel bestseller-nya. Dengan mengajak Park Jimin, tentunya.