Pernah dengar bahwa menahan buang air kecil dapat merusak kerja ginjal dan menyebabkan batu ginjal? Tentu saja hal itu benar-benar dapat terjadi.
Pria bersurai hitam kelam yang lahir dengan nama Min Yoongi pun tahu, tapi ia rela menahan kantung kemihnya yang membesar, yang menampung urin yang rasanya akan meledak.
Beruntung Jimin terbangun tiga puluh menit kemudian, sehingga tanpa perasaan Yoongi menoyor kepala Jimin yang bersandar dibahunya dan mengambil langkah panjang untuk menuntaskan masalahnya.
Salah sendiri memang, sok memberi bahu untuk bantal Jimin dan tidak tega membangunkan pria itu.
Hanya berselang tiga menit, Yoongi sudah lega ketika urinnya keluar semua. Ia membersihkannya dan keluar dari toilet. Langkahnya terhenti ketika pramugari cantik berpakaian mini menyapanya pelan.
"Apakah anda Min Yoongi?" Tanya wanita itu yang menghadiahkan anggukan dari Yoongi.
"Ah, aku salah satu penggemar novelmu, oppa. Aku sangat menyukai keluaran terbaru, bagian ketika Kim Taeri meminjamkan jaketnya kepada Jung Jaemin dibelakang kantin diam-diam, sayangnya Kim Taeri menggunakan narkoba sebelum ia tahu bahwa ada anak diperutnya" ucap wanita itu. Senyum terpantri diwajahnya ketika menceritakan adegan yang ia sukai, membuat Yoongi tersenyum. Ia bahkan senang dipanggil oppa, seharusnya pramugari memanggil setiap penumpang dengan 'Ahjussi' untuk pria seumurnya.
"Ah, namun bayinya belum tentu meninggal, kan? Tidak diceritakan hingga epilog" ucapnya sedih lalu mengerucutkan bibirnya.
"Kau akan tahu nanti. Terimakasih sudah membaca bukuku" ucap Yoongi lalu membungkuk sopan. Wanita itu segera mengibaskan tangannya, merasa tak enak bahwa Yoongi membungkuk kepadanya.
"Anda penulis yang hebat, Yoongi-oppa! Aku akan selalu mendukungmu!" Ucap wanita itu lalu pergi dengan tergesa-gesa. Yoongi yakin wanita itu memiliki pekerjaan yang lain dan menyempatkan diri untuk menyapanya.
Hati Yoongi menghangat. Wanita tadi sangat manis, Yoongi dapat melihat matanya berbinar saat bercerita tentang bukunya.
"Kesurupan disiang bolong?" Sindir Jimin ketika Yoongi tersenyum ketika tiba dikursinya. Yoongi melirik Jimin sebentar lalu membuka aplikasi pada ponselnya.
"Oppa..."
Atensi Jimin dan Yoongi teralih melihat wanita yang memberi panduan sebelum berangkat, wanita yang menggemari novel Yoongi. Jimin memandangnya aneh, berani sekali wanita ini memanggil oppa, tidak sopan sekali!
"Boleh aku minta tanda tanganmu?" Tanya wanita itu lalu menyodorkan dua novel yang ditulis oleh Yoongi.
"Aku selalu membawanya, selalu kubaca kalau bosan" ucap wanita itu dengan senang. Jimin memutar bola matanya, merasa terganggu karena melihat musuhnya seperti diagung-agungkan.
"Tentu" balas Yoongi dengan senyum tipis. Ia meraih novel tebal yang ditumpuk itu dan pulpen cair yang disodorkan kepadanya. Dengan mudah ia membentuk tanda tangannya, lalu memberi karakter hati dan beberapa kalimat.
"Terimakasih, oppa! Semoga perjalananmu lancar. Oh, dia siapa?" Tanya wanita itu, suaranya membesar diakhir membuat Jimin yang memilih untuk tidak memedulikan percakapan mereka menoleh.
"Ah, dia editorku.." ucap Yoongi agak ragu.
"Ah, anda pasti sangat jenius. Semoga anda menikmati perjalanan, oppa" ucap wanita itu lalu menbungkuk dan pergi.
"Mana sudi aku jadi editormu" cibir Jimin.
"Aku tidak tahu mau bilang apa" ucap Yoongi pelan.
Jimin mendesis. Setidaknya ia disebut jenius. Tanpa memedulikan kejadian yang barusan terjadi, Jimin mengambil ponselnya. Ia memotret awan yang terlihat seperti permen kapas hingga bosan. Perlahan kepalanya jatuh dan disandarkan ke bahu Yoongi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Count Me In (yoonmin)✔
Fanfiction[COMPLETED] Min Yoongi, pria idealis yang berkecimpung di dunia pernovelan. Menjadi novelis terkenal dengan mengangkat genre roman. Pergi ke Amerika hanya untuk menyelesaikan epilog dari novel bestseller-nya. Dengan mengajak Park Jimin, tentunya.