Kembali lagi, cahaya yang sama dari luar jendela kaca ditangkap oleh retina pria bermarga Park itu, membuatnya mengusak matanya jenuh.
Badannya terasa lelah, tentu saja karena tidurnya yang kurang. Kembali pria bernama Jimin itu merutuki dirinya yang belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sehingga ia susah tidur kemarin malam.
"Oh, Yoongi tidur di sofa lagi?" Gumam Jimin ketika melihat disampingnya tidak ada orang. Ia masih bersyukur tidak ada Yoongi disitu, namun ia merasa tidak enak. Tidur di sofa pasti tidak enak.
Jimin bangkit dari kasur dan melakukan aktivitas paginya sebentar lalu keluar kamar. Ia melihat Yoongi sedang berkutat dengan laptop dan secangkir kopi disisi laptop.
Sepertinya Yoongi menyadari kedatangan Jimin sehingga ia berdeham sedikit lalu membuka kacamatanya, "Aku masak bacon" ucapnya lalu menunjuk meja makan.
Bukannya menuju meja makanm Jimin mendekati Yoongi. Ia berani bertaruh bahwa Yoongi dengan kacamata membuatnya terlihat lebih dingin.
"Kau tidak makan?"
"Huh?" Timpal Yoongi. Ia jengkel karena Jimin tidak lagi memanggilnya dengan Hyung, padahal semalam dengan mudahnya Jimin mengeluarkan kata itu untuk memanggilnya.
"Kau tidak makan, Yoongi-Hyung?" Tanya Jimin, mengalir begitu saja.
Nah, sekarang Yoongi mencoba menahan senyumnya. Sangat penting bagi ideologi Yoongi kalau orang harus sopan pada yang lebih tua atau jabatannya lebih tinggi.
"Aku masih belum lapar" balasnya pelan. Yoongi sedang kebanjiran ide, sehingga ia segera menuliskan semua otaknya dengan laptop berwarna putih diatas meja.
"Ayo makan" ucap Jimin. Yoongi kaget karena tiba-tiba saja sepiring bacon dengan nasi dan telur mata sapi yang ia buat disodorkan dihadapannya. Terlalu dekat sehingga ia harus memundurkan kepalanya.
"Sialan. Aku sedang fokus!" Umpat Yoongi. Ia tidak suka aktivitasnya diganggu seperti ini. Kalau hanya diajak berbincang ringan ia tidak akan marah.
"Kalau kau mengumpat terus akan ada hantu masuk kerumah ini" ucap Jimin sarkastik. Ia mendudukkan bokongnya disamping Yoongi dan memakan sarapannya dengan sendok.
"Mana ada hantu"
"Ih. Ada kok. Kau saja yang tidak percaya. Nanti malam kalau tidur sendirian disini akan ada hantu. Apalagi kalau hujan deras, mati listrik" jelas Jimin panjang lebar.
"Oh, jadi aku harus tidur dikamar bersamamu?" Tanya Yoongi, tersenyum miring.
Pipi Jimin memerah. Demi siapapun, ucapan Jimin tadi bukanlah ajakan tidur bersama!
"Aku gakmau tidur samamu" ucap Jimin lalu membawa sepiring nasinya ke meja makan dan memakannya disana. Sedangkan Yoongi hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Jimin dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
***
Pukul empat sore. Waktu bergulir dengan cepat dan Jimin hanya bermain game pada ponselnya sedari tadi. Ia sudah berjuang keras melawan koneksi internet yang lambat, dan ia sudah tak tahan lagi karena game-nya seakan sepuluh detik sekali akan buffering.
Jimin melihat kearah Yoongi. Ia bingung apa punggung pria pucat itu tidak pegal karena duduk dengan posisi yang sama berjam-jam. Bahkan saat Yoongi mengunyah makan siangnya ia duduk dengan posisi seperti itu. Tubuhnya terlalu dibungkukkan, Jimin rasa.
"Yoon, jalan-jalan yuk!" Ajak Jimin. Terbesit ide dibenaknya untuk memghilangkan stress dan pusingnya karena hampir bermain ponsel seharian.
"Tugasku belum kelar"
KAMU SEDANG MEMBACA
Count Me In (yoonmin)✔
Fanfiction[COMPLETED] Min Yoongi, pria idealis yang berkecimpung di dunia pernovelan. Menjadi novelis terkenal dengan mengangkat genre roman. Pergi ke Amerika hanya untuk menyelesaikan epilog dari novel bestseller-nya. Dengan mengajak Park Jimin, tentunya.