Sembilan Belas

873 70 0
                                    

Hening, sendiri menikmati rasa sakit yang bergerilya hingga ke pori-pori. Di dalam tubuh ringkih, Syaira duduk termenung dibangku taman. Menatap pendar lampu jalan, tak ada yang dapat dilakukannya kecuali menangis, dan menyesali segala hal yang diucapkannya diluar kendali.

'Aku menyayangimu lebih dari apapun, Damian... Seandainya Kau dapat memahami sedikit saja pengorbanan yang kulakukan untukmu ...'

*

Damian dan Syaira menikah tanpa restu orangtua Syaira. Namun cintanya kepada Damian membuat perempuan itu tak peduli pada apapun. Mereka menikah tanpa persetujuan orangtua Syaira, bahkan tanpa memberitahu siapapun.

Kecuali Ibra, satu-satunya adik Syaira yang selalu memberinya dukungan moril. Sebab Ibra tahu betul, bagaimana cinta mampu menyatukan manusia, sekalipun banyak perbedaan yang begitu jauh.

'Kau yang akan menjalani biduk rumah tangga, Syaira. Maka yakinilah hatimu. Aku percaya Kau mampu melewati segalanya,'

Ucapan Ibra selalu menjadi tolak ukur bagi Syaira, ketika dirinya mulai lelah menghadapi Damian.

Damian seorang pria pemabuk, sudah dari dulu. Namun hanya bersama Damian, Syaira merasakan cinta yang begitu dalam.

Satu tahun pernikahan Mereka, semua berjalan baik-baik saja. Perlahan, Damian mulai merubah kebiasaan buruknya menjadi lebih baik. Itu semua karena Syaira, Syaira yang sangat mencintainya, dan tidak pernah menuntut agar Damian begini dan begitu. Keduanya bahagia, sangat bahagia!

Hingga suatu hari, pada dua tahun pernikahan mereka, keduanya cemas, sebab dipernikahan mereka hingga tahun kedua, Syaira belum juga mengandung. Keduanya sudah mencoba berbagai cara untuk memancing kehamilan, hingga hampir putus asa. Ibra kemudian menyarankan untuk pergi ke dokter kandungan, lalu konsultasi. Dokter menyatakan jika Syaira tidak dapat memiliki keturunan, dan hal itu sempat membuat Syaira terpukul. Berbagai ketakutan mulai muncul dalam pikirannya.
Syaira sangat mencintai Damian, dan tak ingin kehilangannya.

Damian bersumpah tidak akan meninggalkan Syaira, ia sudah merelakan semuanya. Ia menyayangi Syaira dan tak ada yang berubah. Hingga Satu tahun setelah sumpahnya terucap, sejak itu, sikap Damian kembali pada semula.

Sering mabuk, keluar malam dan membawa banyak perempuan adalah hal yang harus mulai terbiasa dilihat oleh Syaira. Syaira terluka, sakit hati dan marah. Namun ia tak dapat berbuat apa-apa terlebih melawab, kecuali menangis, sebab Syaira tak tahu harus pulang kemana. Ia tak mungkin menemui Ibra, sebab Ibra pun sudah memiliki keluarga. Ia tak mau merepotkan adik dan istrinya.

*

Suatu saat, seorang perempuan mendatangi kediaman Damian, dan mengatakan jika ia tengah hamil. Damian begitu bangga pada saat itu, sebab ternyata dirinya memang sehat dan tidak memiliki masalah.

Syaira amat terpukul dengan kabar tersebut, hingga beberapakali Ia mencoba melakukan bunuh diri dengan melakukan self harm, sebuah tindakan menyakiti diri sendiri dalam keadaan sadar.

Pertengkaran semakin sengit, hingga akhirnya terjadilah sebuah kesepakatan. Damian berjanji tidak akan meninggalkan Syaira, dengan syarat, ia harus merawat buah hatinya dengan perempuan itu. Mau tidak mau Syaira menuruti keinginan Damian. Sebab cinta dan harapan Syaira hanya ada pada Damian brengsek seorang.

Satu tahun kemudian, seolah de javu, Syaira mengalami hal serupa. Perempuan lain mendatangi mereka, dan dengan terang-terangan mengatakan jika dirinya tidak ingin merawat anaknya hasil hubungan gelapnya engan Damian. Dan meminta Damian harus merawat anak Mereka. Karena perempuan itu gadis malam, ia takkan bisa mengurus bayi.

Sindi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang