Lima

1.2K 116 1
                                    

Krseekkk

Sindi mengangkat kepalanya, seseorang melenguh kemudian bangun dari tidurnya. Sindi sangat terkejut, rupanya seharian tadi ia terlelap diteras rumah. Dan tanpa ia sadari, hari sudah gelap.

Sebab tak adanya penerangan membuat Sindi tak bisa melihat apapun atau siapapun disekitarnya. Sepertinya dia pun terkejut dengan keberadaan Sindi.

"S Siapa Kau?" Sindi dengan segala ketakutannya.

Seseorang berdiri, nampaknya seorang anak sebayanya, atau bahkan mungkin lebih muda darinya.

"Aku? Kau siapa?" suara pria, dengan nada terkejut yang sama.

"Aku... Kau manusia 'kan?" Sindi menatap anak kecil itu yang berjalan mendekat.

"Kau manusia 'kan?" ia mengulang pertanyaan Sindi.

"Tentu saja,"

"Kenapa Kau bisa melihatku?" pertanyaan aneh disampaikan oleh pria yang sedikit lebih pendek dari Symon itu.

"Apa maksudmu? Sedang apa disini?" tanya Sindi.

"Aku Juni, pria tampan yang malang ..." si pria duduk disamping Sindi kemudian menopang dagu dengan dua tangannya.

Sedikit menghibur, meski wajahnya tak terlihat jelas, setidaknya anak pria itu nampak tak jahat seperti Symon.

"Nama yang aneh... Aku Sindi,"

"Kau sama saja dengan Mereka, gemar menghinaku..."

"Aku tak bermaksud begitu, hanya saja namamu memang aneh, Juni. Omong-omong, kenapa kau tidur di rumahku? Dan mengapa Kau mengatakan jika Aku dapat melihatmu?

"Rumahmu? Hahaha yang benar saja! Aku sudah menempati rumah ini sejak tujuh bulan yang lalu," Sindi menggeram, ini memang rumahnya!

"Ini rumahku, rumah keluargaku. Tapi..." Sindi tiba-tiba saja bercerita kepada Juni.
Tentang masa kecilnya, tentang Ibu, Ayah, Gideon, konser tunggalnya, dan... Berhenti setelah menceritakan tragedi yang merenggut nyawa kedua orangtuanya.

"Ckckck kasihan ... Hidupmu lebih payah dariku," jawabnya. Sindi menghela napas panjang.

"Siapa dirimu? Mengapa disini dan Kau belum menjawabnya sama sekali," ulang Sindi. Juni kecil terkekeh,

"Lalu, sampai kapan kau akan berada disini? Bukankah suatu saat nanti bibi Syaira akan menemukanmu?" Juni mengalihkan pembicaraan.

Sindi nampak murung, gadis kecil itu meluruskan kedua kakinya kemudian menengadah menatap langit yang bertabur bintang-bintang. Sindi tahu hal itu pasti terjadi.

"Aku tidak tahu..." gumamnya pelan sekali.

"Tapi aku tahu bagaimana bisa masuk ke dalam rumah," lanjut Sindi.

"Ikut Aku!"

Juni mengikuti langkah Sindi sambil bertanya-tanya dalam hati. Mereka berjalan beriringan, dinaungi cahaya bulan.
Sindi berjalan mengendap, melewati samping rumah dan berhenti disebuah pot bunga yang tidak terlalu besar.

"Disini! Ini adalah pintu rahasiaku dengan... Gideon ..." wajah Sindi kembali muram.

Juni terkekeh lagi. Dan Sindi menoleh dengan wajah kesal.

"Aku bahkan bisa masuk ke dalam rumahmu kapan saja! Tapi ... Aku tidak suka gelap," jawaban Juni kembali mengagetkan Sindi.

"Kau penyusup?" Juni mengangguk.

"Maling?" Juni menggeleng.

"Lalu?"

"Aku hantu," Juni meraih tangan Sindi dan

Sindi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang