9. Persiapan

1.2K 47 2
                                    

Kuberjalan naik ke atas kamar, melihat apakah ada Cherry di sana atau tidak. Pintu kamar perlahan terbuka, menunjukkan isi kamarku. "Cherry," ucapku sambil berjalan masuk ke dalam kamar.

"Ayo kita makan," ajakku sambil melihat ke arah Cherry yang menatap keluar jendela. "Kamu saja," ucapnya. "Kenapa?" tanyaku.

Cherry terus diam melihat keluar jendela. Melihatnya aku sontak memegang tangan kanan Cherry dengan kedua tanganku, membuatnya seketika melihatku dengan bingung. "Cherry," ucapku melihat Cherry dengan serius. Dia diam melihatku. Tak lama dia pun menghela nafasnya dan tersenyum. "Ya sudah ayo," ujar Cherry.

Kutersenyum melihat Cherry. Segera setelah itu kami turun pergi ke dapur menemui Bi Lia.

Aku duduk di samping Cherry. Sesaat setelah itu, Bi Lia sontak memberikan piring berisi makanan kepada kami. Bi Lia duduk di depan kami, dan lalu kami pun makan siang bersama.

Tak lama setelah kami selesai makan siang, terdengar suara dari oven. Mendengar oven itu. Bi Lia pun berdiri dari duduknya, berjalan ke arah oven mengambil pie apel.

Bi Lia membawa pie itu, meletakkannya di meja makan sambil tersenyum. "Ini dia, pie apel spesial buat Bi Lia," ujar Bi Lia. Kulihat lekat pie apel itu, aroma dan bentuknya membuatku tertarik. "Kayaknya enak, Bi," ucapku membuat Bi Lia tersenyum. "Pastilah," ucap Bi Lia.

Bi Lia memotong pie itu, meletakkannya pada piring. "Ini untuk kalian," ujar Bi Lia sambil meletakkan sepiring pie apel di depanku dan Cherry bersamaan.

Aku tersenyum. "Terima kasih, Bi," ucapku. "Terima kasih," sahut Cherry. Bi Lia tersenyum melihat kami. "Iya sama-sama," ujar Bi Lia sambil duduk di depan kami, dengan sebuah piring berisi pie apel di depannya.

***

Kuberdiri dari dudukku bersamaan dengan Cherry. "Aku ke kamar dulu ya, Bi," ucapku. "Aku juga," sahut Cherry. Melihat kami Bi Lia pun tersenyum dan mengangguk. "Iya," ucapnya bersamaan dengan kami yang mulai naik ke lantai atas.

Kududuk di tempat tidur. Dengan Cherry yang berjalan ke arah meja belajarku, mengambil buku harianku. Dia menghampiriku, duduk di samping kananku.

Cherry membuka buku harianku, melihat nama-nama orang yang tidak kusuka kemarin dengan datar. "Vivian," gumam Cherry pelan. Cherry tersenyum melihatku. "Aku tidak sabar bermain lagi," ujar Cherry, membuatku melihatnya dengan tertegun. "A ... Ng, bermain lagi?" ucapku. "Iya bermain lagi, pekerjaan kita belum selesai," sahut Cherry.

Mendengar Cherry, aku seketika menundukkan kepalaku. Aku tidak mau ikut permainan dia lagi. Perlahan kuangkat kepalaku, membuka mulutku. "Cherry, aku gak tahu apa aku akan ... Ya, kamu pasti mengerti," ucapku gemetar sambil tersenyum gugup, dengan jantungku yang terus berdetak kencang.

Cherry tersenyum. "Iya, aku mengerti. Tetapi, ayolah. Aku berjanji akan mempercepat permainan kita yang satu ini," ucap Cherry. Kugelengkan kepalaku pelan. "Ng, entahlah," ucapku sambil sedikit mengernyitkan bahuku. "Ayolah," pinta Cherry memelas. Melihatnya aku pun hanya bisa diam dengan bingung. 'Gimana ya?'

"Ayolah, Cassie," pinta Cherry kembali. Kuhela nafasku pelan. Aku langsung jujur sajalah. "Ya, Cherry-"

"Yey! Terima kasih Cassie," ucap Cherry sambil tersenyum, membuatku sontak melihatnya dengan terkejut. "Eh, tapi-"

"Nanti saja bilangnya. Kamu temani aku dulu sekarang," ujar Cherry sambil memegang tangan kananku, membawaku keluar kamar.

"Kita mau ke mana?" tanyaku. "Antar aku ke gudang sebentar," ujar Cherry sambil terus berjalan. "Mau ngapain?" tanyaku kembali. "Antar aku ambil palu dan tali," ucap Cherry.

Aku dan Saudara Kembarku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang