7. Target Pertama

986 36 0
                                    

Aku dan Cherry duduk pada tempat duduk kami, menunggu bel yang akan segera berbunyi. Tak lama datang Micka dan Vivian yang duduk pada tempat duduknya, terlihat jika Micka terus melihat ke arah ponselnya. “Siapa ya?” gumamnya, membuat Cherry sontak menyinggungkan senyum di wajahnya. Micka sepertinya memang tidak memberitahu teman-temannya.

“Cherry, kamu yakin dia bakal datang nanti?” tanyaku. “Dia pasti datang,” sahut Cherry.

***

Bel pulang berbunyi. Sesaat setelah semua alat tulis telah kurapikan, Cherry menghampiriku. “Ayo, kita harus tiba sebelum dia,” ucap Cherry sambil berdiri di samping kananku, melihat ke arah Micka yang sedang berbicara dengan teman-temannya di depan pintu kelas.

Melihat Cherry aku sontak menganggukkan kepalaku, kemudian segera mengenakan tasku, berjalan keluar kelas dengan Cherry di belakangku.

Saat hampir melewati pintu kelas aku pun dapat mendengar apa yang Micka dan teman-temannya bicarakan. “Kalian duluan saja, aku mau ke kamar mandi dulu,” ujar Micka pada teman-temannya, bersamaan denganku dan Cherry yang berjalan meninggalkan kelas.

Aku tidak tahu lagi apa yang mereka bicarakan, karena aku dan Cherry sudah semakin jauh dari mereka.

***

“Mana kamar mandinya Cassie?” tanya Cherry. “Sebentar lagi,” ucapku sambil terus berjalan di lorong sekolah yang sepi.

“Ini kamar mandi,” ucapku sambil berjalan masuk ke dalam kamar mandi dengan diikuti oleh Cherry. “Wah, bagus juga kamar mandinya,” ujar Cherry sambil melihat sekeliling kamar mandi. “Kamar mandi memang seperti ini kali,” ucapku.

“Tetapi, masih lebih bagus kamar mandi sekolahmu daripada aku. Suasana sekolahnya juga,” ujar Cherry sambil meletakkan tasnya di lantai kamar mandi. “Ya sudah, kita mau ngapain di sini?” tanyaku. “Keluarkan sarung tanganmu, lalu pakai,” ucap Cherry sambil mengambil sepasang sarung tangan dari dalam tasnya, dan lalu mengenakannya.

Kukeluarkan sarung tangan pemberian Cherry dari dalam tas, kemudian mengenakannya pada kedua tanganku. “Aku sudah pakai, sekarang apa?” tanyaku bersamaan dengan Cherry yang mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

Pita perekat, tali, dan pisau berkarat Cherry keluarkan dari dalam tasnya, membuatku sontak melihatnya dengan bingung. “Kamu ngapain bawa itu?” tanyaku, kemudian dibalas senyuman oleh Cherry. “Aku ingin bermain,” ujar Cherry sambil menyodorkan pita perekatnya kepadaku. “Tolong tarik,” ucapnya, membuatku mengambil pita perekat yang Cherry berikan, dan lalu menariknya.

Cherry memotong pita perekat itu dengan pisau, kemudian mengambil pita perekat itu dari tanganku. “Tolong masukkan pita perekatnya ke tasku Cassie,” pinta Cherry, yang hanya kuberikan anggukkan, kemudian memasukkan kembali gulungan pita perekat itu ke dalam tasnya.

“Ayo ke belakang pintu,” ujar Cherry sambil membawa pisau, tali, dan pita perekat yang sudah dipotong tadi. “Kita mau ngapain?” tanyaku. “Sudah berdiri saja dipojok sana,” ujar Cherry denganku yang berjalan ke arah pojok belakang pintu kamar mandi.

“Waktu Micka masuk, kamu nanti langsung tutup pintunya ya,” pinta Cherry, yang hanya kubalas dengan anggukkan kepala. Entahlah, aku juga jujur tidak tahu dia sebenarnya mengajakku main apa.

Tak lama pintu kamar mandi terbuka. Melihat Micka yang sudah masuk ke dalam kamar mandi, dengan sigap aku langsung mendorong pintu kamar mandi, menutupnya bersamaan dengan Cherry yang menarik tubuh Micka.

Suara pisau Cherry yang jatuh seketika terdengar. Mendengar itu, aku sontak menarik nafas panjang menghembuskannya pelan. Dan lalu memutar tubuhku, melihat ke belakang. “Cherry kita-”

Aku dan Saudara Kembarku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang