Kuambil sebagian uang tabunganku. Ya, aku dan Cherry akan membeli bunga pemakaman untuk besok.
Kukumpulkan uangku dan Cherry, dan lalu menghitungnya. "Cuma ada 75 ribu, cukup gak ya?" tanyaku sambil memberikan Cherry uang yang baru kami hitung. "Harusnya si cukup," ujar Cherry sambil mengambil semua uang di tanganku.
Kuberdiri dari dudukku bersamaan dengan Cherry. "Pergi sekarang?" tanyaku, membuat Cherry seketika mengangguk. "Sekarang saja," sahut Cherry.
Kuberjalan menghampiri sepedaku, memegang kemudianya dengan kedua tanganku. Cherry membuka pintu garasi. Kemudian tak lama terdengar suara langkah kaki yang berjalan ke arah garasi.
"Cassie, Cherry," panggil orang itu membuat aku dan Cherry sontak melihat ke arahnya. "Kalian mau ke mana?"
"Kami mau beli bunga tabur, Bi," ucapku. Bi Lia berjalan ke arahku dan Cherry. "Untuk apa?" tanya Bi Lia kembali. "Besok kami akan pergi ke pemakaman teman kami." Bi Lia mengangguk pelan mendengarku. "Memang teman kalian meninggal karena apa?" tanya Bi Lia, membuatku seketika diam dengan wajah yang terlihat sedikit bingung dan panik.
Melihatku Cherry sontak menggeleng melihat Bi Lia. "Kami tidak tahu, Bi. Tetapi, kami dengar jika teman kami itu meninggal karena kanker," ujar Cherry, bersamaan denganku yang menundukkan kepala.
"Oh begitu."
"Cassie," panggil Cherry, membuatku seketika melihat ke arahnya. Dia melihatku sambil menurunkan kedua alisnya, dan lalu mengangguk cepat. Melihat Cherry, aku pun langsung mengarahkan pandanganku pada Bi Lia. "Kami pergi dulu ya, Bi."
Bi Lia tersenyum dan mengangguk melihatku. Kemudian saatku dan Cherry baru keluar garasi. Bi Lia tiba-tiba memanggilku dan Cherry, membuat kami seketika berhenti berjalan dan lalu melihatnya. "Kenapa, Bi?" tanyaku, bersamaan dengan Bi Lia yang berjalan menghampiriku dan Cherry.
Bi Lia merogoh saku celananya, mengambil dompet miliknya. "Ini," ucap Bi Lia sambil menyodorkanku uang 150 ribu. Kulihat uang itu, kemudian kembali melihat Bi Lia dengan bingung. "Buat beli bunga tabur," ujar Bi Lia, membuatku sontak melihat ke arah Cherry. Cherry hanya diam melihatku sambil mengernyitkan bahu kirinya. Kulihat Bi Lia dengan ragu. "Gak apa-apa, Bi?" tanyaku, membuat Bi Lia tersenyum. "Gak apa-apa ambil saja."
"Tapi, ini banyak banget, Bi," ucapku. "Kalau masih ada sisanya ambil saja buat kalian," ujar Bi Lia. Melihat Bi Lia aku pun tersenyum. "Terima kasih, Bi," ucapku. Bi Lia tersenyum. "Iya sama-sama."
"Ya sudah, kami pergi dulu ya, Bi," ucapku membuat Bi Lia mengangguk dan kembali tersenyum. "Iya, pintu garasinya biar Bibi saja yang tutup." Kuanggukkan kepalaku. "Kami pergi dulu ya, Bi," ucapku, bersamaan denganku dan Cherry yang naik ke atas sepeda. "Iya, hati-hati," ujar Bi Lia. Dan lalu aku pun mulai mengayuh sepedaku meninggalkan rumah, pergi menuju penjual bunga.
***
Kuparkirkan sepedaku di depan toko bunga. Setelah itu berjalan ke toko itu bersama Cherry.
"Mau beli bunga apa?" tanya seorang perempuan penjual bunga di dekat kami sambil tersenyum. "Ada bunga tabur?" tanyaku, membuat penjual itu mengangguk. "Ada. Mau berapa?"
Kulihat Cherry. "Bi Lia tadi beriku 150 ribu," ucapku sambil mengeluarkan uang 150 ribu dari dalam saku celana jeansku. "Kita beli berapa?" tanyaku, bersamaan dengan Cherry yang mengeluarkan uang 75 ribu dari saku celana jeansnya. "Keranjang bunga ukuran sedang dua, sisanya bunga tabur," ujar Cherry, membuatku mengangguk dan kemudian kembali melihat penjual itu.
"Ng, keranjang bunga ukuran sedang dua, sisanya bunga tabur," ucapku pada penjual bunga itu sambil memberikan uangku dan Cherry kepadanya. "Tunggu sebentar ya," ujar penjual bunga itu sambil tersenyum melihat kami, dan kemudian berjalan meninggalkan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Saudara Kembarku [END]
Horror[Belum revisi] Culun, ya begitulah teman-temaku menyebutku. Aku tidak pernah dianggap ada, atau mungkin aku juga hanya dianggap sampah oleh mereka. Sampah ... Ya, aku rasa itu cukup bagus untuk orang sepertiku. Di dalam hatiku, aku selalu berharap...