Ku angkat tubuhku, lalu mengusap wajahku. “Cherry,” panggilku sambil melihat Cherry yang baru keluar dari kamar mandi.
“Hai Cassie, kamu sudah bangun,” ucap Cherry sambil tersenyum.
Aku tersenyum. “Cherry, aku akan sekolah hari ini,” ucapku.
“Kamu sudah lebih baik?” tanya Cherry.
“Sudah,” ucapku sambil tersenyum.
“Ya sudah, kalau begitu. Cepatlah mandi,” ucap Cherry sambil mengambil handukku dan memberikan handuk itu kepadaku.
Ku ambil handuk yang Cherry berikan. “Oke,” ucapku sambil tersenyum.
Ku buka perban di tangan kiriku, lalu setelah itu aku pun membuang bekas perbanku ke tempat sampah, dan segera pergi ke kamar mandi.
Setelah mandi dan bersiap, ku pergi ke bawah untuk mengambil kotak obat, lalu segera kembali ke kamarku.
Ku duduk di tempat tidur, kemudian Cherry pun melihatku. “Aku akan membantumu Cassie,” ucap Cherry sambil duduk di sampingku.
“Ng, iya,” ucapku sambil menganggukkan kepala.
***
Beberapa menit kemudian.
“Ya, selesai.”
“Terima kasih Cherry,” ucapku sambil tersenyum.
“Sama-sama,” ucap Cherry sambil tersenyum.
“Ya sudah, ayo kita berangkat,” ajakku kepada Cherry sambil memakai tas ranselku.
“Ayo.” Cherry mengenakan tas ranselnya, lalu dia pun mulai berjalan mendahuluiku.
Tapi kemudian Cherry berhenti berjalan, dan berbalik pergi ke arah meja belajar. “Ng, tunggu sebentar ya,” ucap Cherry sambil mengambil ponsel anak kelas 11-3 yang berada di meja belajar.
“Aku ingin mengembalikan ponsel ini,” ucap Cherry sambil menghidupkan ponsel itu.
Cherry memainkan ponsel itu. Lalu tak lama kemudian, ponsel itu pun bergetar dan mati.
“Kamu tidak mengisi daya ponsel itu ya?” tanyaku.
“Iya,” ucap Cherry sambil melihatku, “Aku sengaja tidak mengisi daya ponsel ini,” ucap Cherry.
“Kenapa?” tanyaku.
“Ya, agar semua orang mengira, jika ponsel ini memang tertinggal di sekolah. Aku juga sudah mengembalikan format waktu ponsel ini seperti semula.”
“Dan ya, hanya sekadar info. Aku juga sudah mengembalikan format waktu ponsel Daisy seperti semula, semua pesannya juga sudah aku hapus. Ya, semua pesan, kecuali pesan dariku,” ucap Cherry.
“Oh,” ucapku pelan.
“Oh iya Cassie. Sebelum kita berangkat, aku ingin bertanya kepadamu,” ucap Cherry sambil tersenyum.
“Bertanya apa?” tanyaku sambil melihat Cherry dengan bingung.
“Apakah kamu sudah siap untuk bermain lagi?” tanya Cherry sambil memiringkan kepalanya.
“Ng, aku ...”
Ku sedikit tundukkan kepalaku.
“Ayolah,” ucap Cherry. “Lagipun, apakah kamu lupa dengan taruhan kita waktu itu. Dan, apakah kamu lupa jika akulah yang menang saat itu,” ucap Cherry sambil tersenyum menyeringai dan melihatku dengan tajam.
Ku telan ludahku. “Ng, iya. Aku ingat,” ucapku sambil tersenyum paksa.
“Baguslah jika kamu ingat,” ucap Cherry. “Baiklah, berarti minggu depan kita akan bermain lagi,” ucap Cherry sambil tersenyum.
“Ng, ng ... Iya,” ucapku.
Ku menghela nafas, “Apakah ini tidak bisa menjadi lebih baik?”
“Ya sudah, ayo kita ke dapur untuk sarapan,” ajak Cherry.
Aku dan Cherry pergi ke dapur untuk sarapan.
Kemudian setelah aku dan Cherry sarapan, kami pun langsung pergi ke sekolah, dengan diantar oleh Bi Lia menggunakan mobil sedan.
***
Tak lama kemudian, aku dan Cherry tiba di sekolah. Segera, setelah turun dari mobil, kami pun langsung pergi ke kelas 11-3.
“Cherry, memangnya kamu tahu di mana kelas 11-3 itu?” tanyaku sambil melihat Cherry yang berjalan di depanku.
“Tahu. Setiap ingin pergi ke kantin, kita kan selalu melewati kelas itu,” ucap Cherry.
“Benar juga.”
Tak lama kemudian, aku dan Cherry tiba di kelas 11-3. Cherry mengintip ke dalam kelas 11-3 dari jendela.
“Bagus, tidak ada orang,” ucap Cherry sambil berjalan masuk ke dalam kelas.
“Ternyata, datang terlalu pagi tidak buruk juga ya,” ucap Cherry sambil tersenyum.
“Cherry, memangnya kamu tahu di mana anak itu duduk?” tanyaku sambil mengikuti Cherry masuk ke dalam kelas.
“Tentu saja,” ucap Cherry sambil memasukkan ponsel ke dalam loker salah satu tempat duduk murid kelas 11-3. “Aku tahu itu ketika sedang melihat Daisy di kelas ini,” ucap Cherry sambil berjalan keluar kelas.
“Oh,” ucapku sambil mengikuti Cherry keluar kelas.
“Dan ya Cassie, sekarang kita hanya tinggal menunggu sebuah berita yang menggemparkan.”
Ku tundukkan kepalaku, lalu menghela nafas.
“Apakah hal ini tidak masalah jika dilakukan. Maksudku, menuduh seseorang yang sebenarnya tidak bersalah menjadi tersangka.”
“Dan kenapa aku ... Cherry.”
Ku menghela nafas panjang. “Jika semua ini diketahui oleh polisi, aku dan Cherry pasti akan langsung dihukum mati.”
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Saudara Kembarku [END]
Horror[Belum revisi] Culun, ya begitulah teman-temaku menyebutku. Aku tidak pernah dianggap ada, atau mungkin aku juga hanya dianggap sampah oleh mereka. Sampah ... Ya, aku rasa itu cukup bagus untuk orang sepertiku. Di dalam hatiku, aku selalu berharap...