Ku berdiri di depan jendela kamarku menunggu Cherry pulang, sudah hampir satu jam dia pergi membeli bahan makanan untuk makan malam.
"Di mana dia?" ucapku sambil terus melihat keluar jendela, "Kenapa dia lama sekali."
Lalu tak lama kemudian, terlihat bayangan seseorang yang berjalan menuju ke arah rumahku. Ku memincingkan mataku untuk melihat siapa itu.
"Cherry," ucapku, "Akhirnya dia pulang."
Pintu kamar terbuka.
"Hai Cassie," sapa Cherry sambil tersenyum.
"Kamu lama sekali Cherry."
"Maaf ya," ucap Cherry sambil tersenyum.
"Apa yang kamu beli?" tanyaku.
"Ini ..." ucap Cherry sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam goodie bag yang dia pegang.
Ku lihat Cherry, pakaiannya terdapat bercak darah. "Ada apa dengan dia?" ucapku bingung. "Che ..."
Seketika saat itu, Cherry pun langsung mengeluarkan potongan lengan manusia dan jantung dari dalam goodie bagnya.
Sontak, dengan jantung yang berdetak sangat kencang, aku pun langsung bergerak mundur menjauhi Cherry. "Che-Cherry ... Itu ..." ucapku dengan tubuh yang bergetar.
Cherry tersenyum. "Benar, ini jantung dan lengan manusia."
"Untuk apa kamu membawa ini kesini?" tanyaku sambil mengerutkan alisku.
"Aku akan memasak ini untuk makan malam."
"Apa?! Kau bercanda bukan?" ucapku sedikit membentak.
"Tidak, aku tidak bercanda. Aku serius," ucap Cherry meyakinkan.
"Tapi, ini ..."
"Memangnya kenapa kalau aku memasak daging manusia? Daging manusia itu sangat enak, aku akan membuat ini menjadi sup daging."
Ku telan ludahku. "Ng, Cherry. Sepertinya aku tidak akan memakan masakanmu," ucapku sambil tersenyum paksa.
"Kenapa? Makanan buatanku enak kok," ucap Cherry dengan ekspresi kecewa.
"Ng, aku vegetarian, hehe," ucapku sambil tersenyum.
Cherry mengerucutkan bibirnya, "Oh, begitu ya."
"Ya sudah kalau begitu, aku akan membawa ini ke dapur. Dan aku akan membuatkan makanan lain untukmu," ucap Cherry sambil memasukkan lengan dan jantung ke dalam goodie bag.
"Nanti jika makan malam sudah siap, aku akan memanggilmu," ucap Cherry sambil berjalan keluar kamar.
Ku lihat Cherry yang sedang menutup pintu kamar. "Yang benar saja dia," ucapku. "Tapi, dari mana dia mendapatkan lengan dan jantung itu. Tunggu ..."
Deg!
***
"Aku punya berita bagus Cassie."
"Berita apa?"
"Aku akan bermain lagi."
"Apa?! Tapi ..."
"Ini pasti akan sangat menyenangkan. Aku akan bermain dengan Daisy sore ini."
"Tunggu, ng ... Sore ini?"
"Iya. Mungkin sekitar pukul 6 sore ini."
***
"Jadi, itu adalah ... Cherry."
Lalu tak lama kemudian ...
"Aauucchhh!"
"Bibi ..."
Sontak, aku pun langsung berlari ke arah dapur.
Dan saatku sudah tiba di dapur, aku pun melihat Cherry sedang berdiri di depan Bi Lia sambil memegang pisau berkaratnya, dan Bi Lia sedang memegang lengan kanannya yang berdarah.
"Maaf Bi, aku tidak sengaja," ucap Cherry datar.
"Oh iya, tidak apa Cherry," ujar Bi Lia sambil tersenyum.
"Bibi." Ku menghampiri Cherry dan Bi Lia. "Bibi tidak apa-apa?" tanyaku sambil melihat lengan Bi Lia.
"Kenapa lengan Bi Lia bisa berdarah Cherry?" tanyaku sambil mengerutkan alisku.
"Aku tidak sengaja melakukannya."
"Iya Cassie, Cherry tidak sengaja. Cherry terkejut saat bibi berdiri di belakangnya," sambung Bi Lia.
Ku lihat Cherry. "Benar Cassie, dan an karena Bi Lia mengagetkanku, aku tidak sengaja melukai lengan kanannya," sambung Cherry.
Ku lihat lengan Bi Lia. "Bi, sebaiknya lengan bibi segera diobati," ucapku sambil melihat Bi Lia.
"Iya, tentu saja," ucap Bi Lia sambil tersenyum.
Aku kembali melihat lengan Bi Lia. Dan kemudian tanpa ku sadari, ternyata ada sebuah pisau dapur berada tepat di depan kaki kanan Bi Bi Lia.
Ku ambil pisau itu. "Pisau ini. Mengapa pisau ini bisa berada di sini?" tanyaku sambil melihat Cherry dan Bi Lia dengan bingung.
"Ng, itu. Tadi Bi Lia berniat ingin membantu Cherry, tapi karena tadi Cherry tidak sengaja melukai lengan bibi, pisau itu pun jatuh," jelas Bi Lia sambil tersenyum.
"Iya Cassie. Ya sudah Cassie, Bi Lia, aku akan memasak sekarang. Kalian keluarlah dari dapur, jika makan malam sudah siap aku akan memanggil kalian," ujar Cherry.
Bi Lia mengangguk, "Baiklah. Ayo kita keluar Cassie," ucap Bi Lia sambil berjalan keluar dapur.
"Ng, iya," ucapku sambil mengikuti Bi Lia.
Bi Lia mengambil kotak obat, lalu dia pun pergi ke ruang tamu. Kemudian setelah tiba di ruang tamu, Bi Lia langsung mengeluarkan alkohol, perban, dan obat merah.
Bi Lia membuka tutup alkohol menggunakan tangan kirinya, dan kemudian saat tutup alkohol itu sudah terbuka, Bi Lia pun langsung mengoleskan alkohol itu ke lukanya menggunakan kapas.
"Biar aku bantu Bi," ucapku sambil memegang kapas yang Bi Lia pegang.
"Iya, terima kasih," ucap Bi Lia sambil tersenyum.
Aku tersenyum, kemudian aku langsung mengoleskan alkohol itu kepada luka Bi Lia secara perlahan.
"Bi, bukankah sebaiknya bibi bersihkan dulu luka bibi, lalu setelah itu baru dioleskan alkohol," ucapku.
"Sudah, tidak apa," ucap Bi Lia.
Setelah aku mengoleskan alkohol pada luka Bi Lia, aku pun memberi obat merah pada luka Bi Lia.
Ku ambil perban, dan kemudian mulai membalut luka Bi Lia menggunakan perban itu.
"Ini seperti bukan sengaja. Luka bibi cukup parah," ucapku.
"Sudah, tidak apa. Lagipun, Cherry tidak mengenai urat nadi bibi," ucap Bi Lia sambil tersenyum.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Saudara Kembarku [END]
Horror[Belum revisi] Culun, ya begitulah teman-temaku menyebutku. Aku tidak pernah dianggap ada, atau mungkin aku juga hanya dianggap sampah oleh mereka. Sampah ... Ya, aku rasa itu cukup bagus untuk orang sepertiku. Di dalam hatiku, aku selalu berharap...