Bel berbunyi. Segera, aku dan Cherry pergi ke kantin, lalu saatku dan Cherry melewati kelas 11-3 ...
"Eh, Clara, ternyata ponselku tidak hilang," ucap seorang murid perempuan di kelas 11-3.
"Oh, benarkah? Lalu, di mana ponselmu itu?" tanya murid perempuan yang lain.
Sontak, aku pun langsung melihat ke dalam kelas 11-3.
"Ternyata ponsel ini tertinggal di lokerku," ucap seorang murid perempuan sambil tersenyum.
"Benar kan ucapanku kemarin, ponselmu tidak hilang. Makanya cari dulu, jangan langsung menangis," ucap murid yang lain sambil tersenyum.
"Hehe, iya maaf."
Ku tundukkan kepalaku, kemudian menghela nafas. "Maafkan aku."
***
Tak lama kemudian aku dan Cherry tiba di kantin. Segera, aku dan Cherry pun duduk di tempat duduk yang masih kosong.
Lalu tiba-tiba ...
"Hai cantik," ucap murid laki-laki di depanku dan Cherry sambil tersenyum.
"Kami boleh duduk di depan kalian?" ucap murid laki-laki yang lain sambil tersenyum.
"Ng, iya. Silakan," ucapku sambil mengangguk pelan.
"Terima kasih," ucap salah satu dari mereka, sambil duduk bersamaan dengan temannya di depanku dan Cherry.
"Oh iya, kalian mau makan apa? Aku yang traktir," ucap salah satu murid laki-laki di depanku dan Cherry.
"Aku akan membelikan kalian minuman," ucap yang lain.
"Sudah, tidak usah. Terima kasih," ucapku sambil tersenyum.
"Sudah, tidak apa-apa. Kalian ingin makan apa?"
"Tidak-"
"Kami ingin bakso dan es teh," potong Cherry.
"Oh oke," ucap bersamaan dua orang murid laki-laki di depanku dan Cherry sambil tersenyum, dan kemudian mereka pun langsung berlari pergi.
"Ng ..." Ku lihat Cherry, "Cherry."
"Iya," ucap Cherry sambil melihatku.
"Ng, apakah tidak masalah jika kita selalu ditraktir oleh orang-orang, setiap kali kita ingin makan di kantin?" tanyaku.
"Sudah, tidak apa. Lagipun, mereka yang menawarkan kan?"
"Ya, tapi Cherry. Aku merasa tidak enak dengan orang-orang," ucapku.
"Cassie, kebaikan itu tidak boleh ditolak," sahut Cherry.
"Tapi Cherry ..."
"Sudah, biarkan saja. Lagi pula, lumayan untuk menghemat uang jajan."
"Cherry ..."
"Apa aku salah?"
Beberapa menit berlalu. Dua orang murid laki-laki tadi kembali, bersama dengan seorang penjual bakso.
Dua orang murid laki-laki itu datang, sambil membawa empat gelas es teh. Masing-masing satu gelas di tangan kanan mereka, dan satu gelas di tangan kiri mereka.
Dua orang murid laki-laki itu meletakkan gelas yang mereka bawa ke meja, bersamaan dengan penjual bakso yang meletakkan empat buah mangkuk ke meja.
"Terima kasih Pak," ucap dua orang murid laki-laki itu bersamaan.
"Iya, sama-sama," ucap penjual bakso itu sambil berjalan pergi.
"Terima kasih ya," ucapku sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Saudara Kembarku [END]
Horreur[Belum revisi] Culun, ya begitulah teman-temaku menyebutku. Aku tidak pernah dianggap ada, atau mungkin aku juga hanya dianggap sampah oleh mereka. Sampah ... Ya, aku rasa itu cukup bagus untuk orang sepertiku. Di dalam hatiku, aku selalu berharap...