Jam beker berbunyi nyaring, membangunkanku yang terlelap dalam tidur. Kududuk di tempat tidur, mematikan jam bekerku sambil menggosok kedua mataku. Kumenoleh ke kananku. ‘Mana Cherry,’ batinku sambil duduk pada pinggir tempat tidur.
Tak lama pintu kamar mandi terbuka, menunjukkan siapa itu. ‘Sudah mandi saja, bangun jam berapa dia?’ batinku melihat Cherry bingung. “Kamu bangun jam berapa Cherry?” tanyaku, dengan Cherry yang mengambil handukku di jemuran kecil samping kamar mandi. “Sebelum kamu bangun. Sudah, mandi sana,” ucapnya sambil melempar handuk milikku kepadaku.
Kutangkap handuk yang Cherry lemparkan, lalu menghela nafas pelan. “Iya,” ucapku sambil berdiri dari dudukku, berjalan ke arah kamar mandi.
***
Beberapa menit berlalu, akhirnya aku dan Cherry siap berangkat sekolah. Kuambil kaus kakiku, mengenakannya di tempat tidur bersamaan dengan Cherry yang mengenakan kaus kakinya di meja belajar.
"Ayo," ajak Cherry. Kulihat keluar jendela menatap langit yang belum begitu terang. “Nanti saja,” ucapku melihat Cherry. “Masih terlalu pagi buat berangkat.” Cherry meletakkan dagunya pada sandaran bangku meja belajar, melihat keluar jendela. "Memang sekarang jam berapa?" tanya Cherry sambil kembali melihatku.
"5.47," sahutku melihat jam beker di dekatku. “Baru jam segini, Bi Lia juga belum manggil kita buat sarapan,” ucapku melihat Cherry. Cherry mengangguk pelan, kemudian dia pun melihat keluar jendela.
Tak lama ponselku berbunyi, dan lalu diikuti oleh ponsel Cherry yang juga berbunyi. Aku dan Cherry menoleh ke arah ponsel kami bersamaan, kemudian melihat siapa yang mengirim pesan.
Diamku beberapa saat melihat siapa yang mengirim chat padaku. ‘Kevin,’ batinku melihat datar chat yang Kevin kirim. Jujur, aku tidak tahu kenapa dia jadi suka mengirim chat padaku, padahal sebelum ini dia tidak pernah. Ya, memang tidak sering, tapi tetap saja aneh.
Kuhela nafasku pelan. Kuarahkan pandanganku pada Cherry, melihatnya yang sedang serius dengan ponselnya. Aku tidak tahu, tapi aku rasa dia sedang chat dengan seseorang. Dia menurunkan alisnya, kemudian memutar kedua bola matanya sambil tersenyum sinis. "Kamu dapat chat dari siapa?" tanyaku. Cherry tersenyum. "Biasa, pesan penipuan," ucapnya sambil terus melihat layar ponselnya.
Tak lama Cherry tertawa, membuatku seketika bingung melihatnya. "Penipu kurang pengalaman kayak gini, nih. Kata-kata basi masih di pakai, gak kreatif banget,” ucapnya sambil tersenyum, dan lalu dia pun mematikan ponselnya. Cherry menggeleng pelan. “Menyedihkan, haha,” ucapnya sambil mendongakkan kepalanya dan tertawa. “Gak berguna.”
Kulihat Cherry dengan bingung. “Kamu kenapa ketawa Cherry?” tanyaku, membuat Cherry sontak melihatku. Cherry tersenyum. “Gak. Aku cuma lucu sama yang ngirim chat ini,” ujar Cherry. “Siapa?”
“Penipu ini. Ya, aku hanya berpura-pura jadi anak polisi, dan dia percaya begitu saja, aneh,” ujar Cherry. “Aku tidak tahu dia memang bodoh, atau pura-pura bodoh,” ucapnya.
“Lalu dia balas apa?”
Cherry menggeleng. “Dia gak balas lagi. Ya sudahlah biarin saja, bagus malah kalau dia gak balas,” ujar Cherry sambil tersenyum, denganku yang mengangguk pelan mendengarnya. “Oh iya, kalau kamu gimana?”
Deg!
“Hah? Aku kenapa?”
“Siapa yang ngirim chat ke kamu?” tanya Cherry, membuatku gugup seketika. Aku pun melihat keluar jendela, mencoba menghindari tatapan Cherry. “Ya ....”
“Siapa?”
Kutundukkan kepalaku, menghela nafas pelan. “... Dia,” ucapku sambil kembali melihat Cherry. Mendengarku Cherry sontak melihatku dengan mata berbinar. “Kevin?” tanya Cherry tak percaya, yang kemudian kuanggukkan kepalaku pelan menjawab pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Saudara Kembarku [END]
Horror[Belum revisi] Culun, ya begitulah teman-temaku menyebutku. Aku tidak pernah dianggap ada, atau mungkin aku juga hanya dianggap sampah oleh mereka. Sampah ... Ya, aku rasa itu cukup bagus untuk orang sepertiku. Di dalam hatiku, aku selalu berharap...