Cherry menghampiriku dan Bi Lia di ruang tamu, meminta kami untuk segera makan malam.
Sontak, aku dan Bi Lia pun langsung mengikuti Cherry ke dapur.
“Ini makan malam hari ini,” ucap Cherry sambil meletakkan dua mangkuk sup di meja makan.
“Sup,” ucapku sambil duduk di kursi meja makan, dan terus melihat sup yang berada di depanku.
Deg!
***
“Untuk apa kamu membawa ini kesini?”
“Aku akan memasak ini untuk makan malam.”
“Apa?! Kau bercanda bukan?”
“Tidak, aku tidak bercanda. Aku serius.”
“Tapi, ini ...”
“Memangnya kenapa kalau aku memasak daging manusia? Daging manusia itu enak, aku akan membuat ini menjadi sup daging.”
***
“Duh! Kenapa aku harus lupa jika Cherry akan memasak ini.”
“Hemm, baunya enak sekali. Ini pasti enak,” ucap Bi Lia sambil tersenyum.
“Pasti,” ucap Cherry sambil tersenyum dan meletakkan sepiring pasta di depanku.
Bi Lia melihat pasta di depanku. “Pasta?” ucap Bi Lia sambil melihat Cherry.
“Iya Bi, itu untuk Cassie,” ucap Cherry sambil duduk di sampingku dan terus memegang pisau berkaratnya.
“Kenapa Cassie dibuatkan pasta?” tanya Bi Lia.
“Cassie kan vegetarian Bi.”
“Huh? Vegetarian?” ucap Bi Lia sambil melihat Cherry dengan bingung.
“Iya Bi, itu yang dibilang Cassie,” ucap Cherry.
Jantungku berdetak semakin cepat, dan tanganku pun mulai dingin. “Tolong jangan katakan kepada Cherry jika aku bukan vegetarian. Tolong jangan katakan kepada Cherry jika aku bukan vegetarian.”
“Tapi kan, Cassie pernah makan daging. Bahkan beberapa hari yang lalu dia makan daging,” ucap Bi Lia.
Deg!
“Tolong jangan katakan.”
“Jika kamu ingin tahu Cherry, sup daging adalah makanan kesukaan Cassie.”
Deg!
Sontak, Cherry pun melihatku. Reflek, aku pun langsung menundukkan kepalaku.
Cherry tersenyum. “Aku rasa, dia sedang tidak ingin makan daging untuk saat ini,” ucap Cherry sambil tersenyum.
“Mungkin.” Bi Lia mengambil sendok, “Bibi coba sup buatanmu ya,” ucap Bi Lia sambil tersenyum.
“Ng, iya. Silakan,” ucap Cherry sambil tersenyum.
Bi Lia tersenyum, kemudian Bi Lia langsung menyendok sup di depannya.
“Jangan dimakan Bi,” ucapku dengan mata yang membulat.
Sendok yang Bi Lia pegang hampir mendekati mulutnya. Reflek, aku pun langsung memanggil Bi Lia, tapi pada saat yang bersamaan, aku merasakan rasa sakit luar biasa di punggung tangan kiriku.
“Auch!” lirihku sambil memegang tangan kiriku yang berdarah.
Ku lihat Cherry dengan nanar, kemudian Cherry pun langsung mendekatkan mulutnya ke telingaku. “Jangan katakan kepada Bi Lia,” ucap Cherry pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Saudara Kembarku [END]
Horror[Belum revisi] Culun, ya begitulah teman-temaku menyebutku. Aku tidak pernah dianggap ada, atau mungkin aku juga hanya dianggap sampah oleh mereka. Sampah ... Ya, aku rasa itu cukup bagus untuk orang sepertiku. Di dalam hatiku, aku selalu berharap...