Bel istirahat berbunyi. Aku pun segera memasukkan semua alat tulisku ke dalam tas.
“Ayo Cherry,” ajakku sambil berdiri di samping Cherry.
“Iya,” ucap Cherry sambil memasukkan semua alat tulisnya ke dalam tas.
Kemudian saatku dan Cherry akan pergi ke kantin, tiba-tiba ...
“Cassie, Cherry,” panggil seorang murid perempuan sambil menghampiriku dan Cherry dengan berlari.
“Iya,” ucapku dan Cherry bersamaan.
“Bu Diana meminta kalian untuk pergi ke ruang guru,” ucap murid perempuan itu dengan nafas yang tersenggal.
“Untuk apa?” tanya Cherry.
“Aku tidak tahu.”
“Ng, ya sudah, kami akan pergi sekarang,” ucapku sambil menganggukkan kepala pelan.
Murid perempuan itu mengangguk, kemudian dia pun langsung pergi keluar kelasku.
Segera, setelah itu aku dan Cherry pun pergi ke ruang guru.
“Ada apa ya?” ucapku bingung.
“Aku rasa, polisi yang kemarin bertanya kepada kita tentang Daisy, datang ke sekolah ini. Dan kita dipanggil oleh Bu Diana, untuk memberikan penjelasan kepadanya.”
Deg!
“Apa?!” ucapku dengan mata yang membulat.
“Sudah, tenanglah. Kita pasti tidak akan dipenjara, jika kamu bersikap seolah tidak terjadi apa-apa,” ucap Cherry.
“Ng, iya.”
Tak lama kemudian, aku dan Cherry tiba di ruang guru.
Aku dan Cherry masuk ke dalam ruang guru. Kemudian saatku dan Cherry masuk ke dalam ruang guru, kami sudah disambut oleh Bu Diana, dan seorang polisi.
“Selamat siang, Bu,” ucapku dan Cherry bersamaan.
“Selamat siang. Ayo kalian duduklah,” ucap Bu Diana.
Aku dan Cherry duduk di depan polisi.
“Selamat siang, saya adalah, Brigjen. Pol. Drs. Osbert Adam,” ucap polisi itu.
“Apa benar nama kalian adalah, Cassie dan Cherry?” tanya polisi itu.
“Ng, iya, Pak. Benar,” ucapku dengan tangan yang mulai dingin.
“Ada apa ya, Pak?” tanya Cherry.
“Ada yang ingin saya tanyakan kepada kalian hari ini.”
“Tanya apa, Pak?” ucap Cherry.
“Ng, begini, Dik. Saya mendapat laporan dari bawahan saya, jika kalian itu kenal dengan Daisy, korban pembunuhan yang ditemukan, oleh salah seorang warga kemarin Minggu,” ucap polisi itu.
“Iya, Pak. Benar, kami memang mengenal Daisy,” ucap Cherry.
“Kalau begitu, apakah kalian tahu kejadian saat sebelum Daisy dibunuh hari itu?”
“Kami tidak tahu, Pak. Kami tidak begitu mengenalnya, kami juga tidak satu kelas dengannya,” ucap Cherry.
“Ng, apakah kalian kenal, dengan anak yang bernama Rachel?”
“Kami tidak kenal, Pak. Tapi yang kami tahu, dia adalah murid kelas 11-3, dia juga teman sekelas Daisy,” ucap Cherry.
“Kalau begitu, bisakah kalian memanggil anak yang bernama Rachel itu, sekarang?” pinta polisi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Saudara Kembarku [END]
Horror[Belum revisi] Culun, ya begitulah teman-temaku menyebutku. Aku tidak pernah dianggap ada, atau mungkin aku juga hanya dianggap sampah oleh mereka. Sampah ... Ya, aku rasa itu cukup bagus untuk orang sepertiku. Di dalam hatiku, aku selalu berharap...