Ku buka pintu garasi, kemudian segera mengeluarkan sepedaku dari dalam garasi.
“Kami pergi dulu ya Bi,” ucapku kepada Bi Lia sambil tersenyum.
“Oh-iya, hati-hati,” ucap Bi Lia sambil tersenyum.
“Iya, Bi. Terima kasih,” ucapku sambil tersenyum.
Aku dan Cherry pergi ke penjual coklat dingin, dan setelah kami tiba di penjual coklat dingin. Aku langsung memesan dua buah coklat dingin, satu untukku, dan satu lagi untuk Cherry.
“16 ribu,” ucap penjual itu sambil memberikan coklat dingin pesananku.
Ku ambil pesananku, lalu memberikan uangku kepadaku penjual itu.
“Ayo Cassie, aku akan tunjukkan tempat bermainku kemarin kepadamu,” ucap Cherry sambil berjalan menuju sepedaku.
“Ng, iya,” ucapku sambil mengikuti Cherry.
Beberapa menit berlalu, aku dan Cherry pun tiba di tempat yang Cherry maksud.
“Taman ini?” ucapku sambil menuntun sepedaku masuk ke dalam taman.
“Iya,” ucap Cherry sambil berjalan di depanku.
Lalu tak lama kemudian ...
Cherry berhenti berjalan. “Lihat itu Cassie,” ucap Cherry sambil menunjuk pada sebuah kerumunan.
“Huh?” ucapku sambil melihat Cherry yang berjalan mendekati kerumunan.
Ku sandarkan sepedaku pada sebuah pohon, kemudian mengikuti Cherry masuk ke dalam kerumunan, lalu...
Deg!
Mataku membulat. Seketika, perutku pun langsung mual, karena melihat tubuh manusia yang terpotong menjadi beberapa bagian.
“Ng, Daisy ...” ucapku sambil melihat wajah Daisy yang sudah dipenuhi darah.
“Aku rasa, mereka baru mengetahui, atau melaporkan hal ini kepada polisi siang ini,” ucap Cherry sambil melihat dua orang polisi yang berada di dalam garis polisi.
“Ng, aku ...” ucapku dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Cherry melihatku. Sontak, dia pun langsung membawaku keluar kerumunan.
“Cherry,” ucapku sambil menangis.
“Cassie,” ucap Cherry sambil memegang bahu kananku.
“Hiks ... Hiks ... Hiks,” isakku sambil menutupi wajahku dengan kedua tanganku.
Cherry memelukku, lalu tanpa sengaja, aku melihat orang-orang sedang melihatku dan Cherry dengan pandangan nanar.
Kemudian, seorang polisi pun menghampiriku dan Cherry.
“Selamat siang, Dik.”
Sontak, aku pun langsung melepas pelukkan Cherry, dan melihat polisi yang sedang berdiri di depanku dan Cherry.
Ku seka air mataku. “Siang, Pak,” ucapku dan Cherry bersamaan.
“Saya ingin bertanya kepada Adik,” ucap polisi itu.
“Tanya apa, Pak?” tanya Cherry.
“Ng, apakah kalian ada hubungan dengan korban?” tanya polisi itu.
“Ng, iya Pak,” ucapku.
“Dia adalah teman sekolah kami, Pak,” sahut Cherry.
“Oh, begitu ya. Apakah kalian tahu di mana rumah korban?”
“Kami tidak tahu, Pak,” ucap Cherry.
“Apakah kalian tahu siapa nama korban?”
“Tahu. Nama dia Daisy, Pak,” sahut Cherry.
“Daisy. Di mana kalian dan korban bersekolah?”
“SMK Khatulistiwa, Pak.”
“SMK Khatulistiwa ya. Ya sudah, kalau begitu. Terima kasih ya, Dik,” ucap polisi itu sambil tersenyum.
“Iya, sama-sama, Pak. Ya sudah, kalau begitu. Saya pulang dulu ya, Pak,” ucap Cherry sambil tersenyum. “Kasihan adik saya.”
“Oh-iya, sekali lagi terima kasih ya. Kalian berdua kembar ya?”
“Iya, Pak,” ucap Cherry sambil tersenyum.
“Pantas saja mirip sekali.”
“Iya. Ya sudah, Pak. Kami akan pergi sekarang,” ucap Cherry sambil tersenyum.
“Oh-iya. Hati-hati di jalan, Dik,” ucap polisi itu sambil tersenyum.
“Iya, Pak. Terima kasih,” ucap Cherry sambil tersenyum.
Cherry memegang tangan kananku, kemudian aku pun mengambil sepedaku, yang sedang ku sandarkan pada sebuah pohon. Segera setelah itu, Cherry pun langsung membawaku keluar taman.
Kemudian setelah cukup jauh aku dan Cherry berjalan, aku dan Cherry pun berhenti.
“Kenapa kamu harus menangis tadi?” ucap Cherry sambil mengerutkan alisnya.
“Maafkan aku,” ucapku sambil menangis.
Cherry menyeka air mataku. “Ya sudah, tidak apa-apa,” ucap Cherry sambil tersenyum, “Sekarang, ayo kita pulang,” ucap Cherry sambil memegang bahu kiriku dan tersenyum.
“Ng, iya,” ucapku sambil mengangguk pelan dan menyeka air mataku.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Saudara Kembarku [END]
Terror[Belum revisi] Culun, ya begitulah teman-temaku menyebutku. Aku tidak pernah dianggap ada, atau mungkin aku juga hanya dianggap sampah oleh mereka. Sampah ... Ya, aku rasa itu cukup bagus untuk orang sepertiku. Di dalam hatiku, aku selalu berharap...