Kulihat kanan dan kiriku dengan bingung. Tempat ini gelap, aku di mana?
Teng! Teng! Teng!
Suara lonceng sekolah, apa mungkin aku di sekolah?
Teng! Teng! Teng!
Aku mulai bisa melihat. Kuhela nafasku pelan melihat sekeliling. Benar, aku di sekolah. Tetapi, bagaimana ...?
Kulangkahkan kakiku berjalan pelan menyusuri lorong. Aku sendiri, di mana yang lain?
"Cassie."
Deg!
"Siapa?"
"Ini aku."
"Siapa kamu, tunjukkan dirimu."
"Ini aku."
Suaranya dari kamar mandi. Aku sepertinya kenal, tapi siapa?
Kuberjalan ke arah kamar mandi. Dan kemudian membuka pintu kamar mandi perlahan. Dia ...
Deg!
"Hai Cassie."
"Micka?"
"Iya, ini aku."
Teng! Teng! Teng!
Kulihat Micka dengan gemetar. Darah ... Tubuhnya penuh darah.
Kugerakkan kakiku, berjalan mundur menjauhi Micka dengan jantung yang berdegup kencang. Aku harus pergi.
"Cassie ...."
Dia mengikutiku, aku harus bagaimana?
“Pergi!”
"Semua ini karenamu Cassie, haha."
Kugelengkan kepalaku, berlari menjauhi Micka dengan sekuat tenaga.
"Jangan pergi ayo kemari, bermain denganku. Kematian itu menyenangkan."
Kumenoleh ke belakangku, melihat Micka yang semakin mendekat. "Pergi!"
"Cassie ..."
"Haha ... Haha ... Haha."
Bruk!
“Sakit.”
Kuberdiri melihat sekeliling dengan bingung. Banyak pohon, aku di mana? Hutan?
Kulangkahkan kaki, berjalan melihat ke kanan dan kiriku. Hutan ini seperti ...
Srek! Srek! Srek!
Ada seseorang di sana? Siapa?
Perlahan kudapat melihat siapa itu. Bukan seorang, tapi tiga orang. Aku, aku mengenal mereka ...
"Siapa orang itu? Di dekat orang itu, Cherry ... Dan Vivian? Bagaimana ...?"
"Cassie, tolong aku."
Jantungku berdetak kencang. "Vi ... Vivian, kamu ...."
"Kamu ingin melakukannya juga?”
Kenapa Cherry di sini? Dan orang itu, apa itu aku? Tapi aku di sini, bagaimana?
“Ya sudah kalau begitu.”
Apa yang Cherry dan diriku yang lain lakukan?
“Kita akan melakukannya bersama-sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Saudara Kembarku [END]
Horror[Belum revisi] Culun, ya begitulah teman-temaku menyebutku. Aku tidak pernah dianggap ada, atau mungkin aku juga hanya dianggap sampah oleh mereka. Sampah ... Ya, aku rasa itu cukup bagus untuk orang sepertiku. Di dalam hatiku, aku selalu berharap...