Ku matikan jam wekerku, lalu membuka mataku.
Ku ambil jam wekerku. "5.12" gumamku sambil melihat jam wekerku. Ku duduk di samping tempat tidurku, kemudian meletakkan jam wekerku di meja kecil samping tempat tidur.
Ku usap mataku, lalu melihat ke depan sambil menguap.
"Cherry," ucapku sambil melihat Cherry yang sedang menutup pintu kamar mandi.
"Hai, Cassie," sapa Cherry sambil tersenyum.
Cherry mengambil handukku, yang berada di jemuran kecil dekat kamar mandi. "Ambil ini," ucap Cherry sambil melemparkan handuk itu ke arahku.
Sontak, aku pun langsung menangkap handuk yang Cherry lemparkan.
"Cepat mandi sana," ucap Cherry sambil berjalan ke arah lemari pakaian.
"Ng, iya," ucapku sambil beranjak dari tempat tidur, dan berjalan menuju kamar mandi.
***
Beberapa menit berlalu, aku dan Cherry pun siap untuk pergi ke sekolah.
Aku dan Cherry mengambil kaus kaki kami, yang berada di dalam lemari pakaian.
Kemudian, aku duduk di tempat tidur, dan Cherry duduk di bangku meja belajarku. Kami pun memakai kaus kaki kami bersamaan.
"Cassie," panggil Cherry.
"Iya," ucapku sambil melihat Cherry.
"Ng, menurutmu, bagaimana ekspresi anak kelas 11-3 itu ya, saat dia dituduh membunuh Daisy," ucap Cherry, "Dan, bagaimana perasaan Sasha ya, saat mengetahui temannya telah meninggal dengan cara dibunuh," ucap Cherry sambil tersenyum.
"Ng, aku tidak tahu," ucapku sambil tersenyum paksa.
"Hehe ... Pasti, akan sangat lucu," ucap Cherry sambil tersenyum.
Cherry menghela nafas, "Ya, sebentar lagi," ucap Cherry sambil memejamkan matanya, dan bersandar di bangku meja belajarku.
"Sebentar lagi apa?" tanyaku bingung.
Cherry tersenyum. "Ya, sebentar lagi pekerjaan kita hampir selesai, dan sebentar lagi, kehidupanmu juga akan menjadi sangat baik," ucap Cherry sambil melihatku dan tersenyum.
Ku tundukkan kepalaku, lalu menghela nafas. "Apakah yang dia maksud adalah bermain?" ucapku. "Jika memang begitu, aku harus mencegahnya, dan aku juga tidak boleh mengalah dari Cherry kali ini."
Ku menarik nafas panjang, kemudian kembali melihat Cherry.
"Ng, Cherry. Menurutku, mungkin sebaiknya kita tidak perlu membu-"
"Apakah kamu bisa berhenti mengatakan hal itu," potong Cherry sambil melihatku dengan ekspresi datar.
"Cherry ..."
"Apakah kamu tidak ingin kehidupanmu menjadi lebih baik?" tanya Cherry sambil mengerutkan alisnya.
"Ya, pasti aku ingin kehidupanku menjadi lebih baik. Tapi, tidak perlu dengan cara membunuh bukan?" ucapku.
Cherry memalingkan wajahnya, dan menyilangkan kedua tangannya. "Jadi, maksudmu cara yang ku lakukan salah?"
Ku anggukkan kepalaku. "Iya, dan aku ingin kamu berhenti membunuh seseorang, hanya karna untuk membantuku balas dendam," ucapku sambil memgerutkan alisku.
"Tapi Cassie."
"Aku tidak ingin membunuh seseorang lagi Cherry!" bentakku.
"Tapi-"
"Memangnya kamu pikir, membunuh adalah hal yang benar? Enggak Cassie!" potongku sambil berjalan menghampiri Cherry.
"Tolong dengar aku sebentar Cassie," ucap Cherry sambil berdiri dari duduknya.
"Membunuh bukanlah hal yang baik!" bentakku.
Cherry menundukkan kepalanya. "Ya, mungkin kau benar. Tapi tahukah kamu Cassie, aku melakukan hal ini, hanya untuk membuatmu bahagia," bentak Cherry sambil kembali melihatku.
"Tapi Cherry, masih ada cara lain, selain dengan cara membunuh," bentakku sambil mengerutkan alisku.
"Kalau begitu, katakanlah. Katakanlah hal yang terbaik," ucap Cherry dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Tapi satu hal yang harus kamu tahu. Aku melakukan hal ini tulus, untuk membuatmu bisa merasakan kebahagiaan. Sebuah kebahagiaan yang sebenarnya, walaupun kamu berada di tempat seperti penjara," ucap Cherry dengan mata yang berkaca-kaca.
"Cherry ..."
"Aku mungkin memang salah, tapi tolong mengertilah aku," ucap Cherry sambil menyeka air matanya.
Ku lihat Cherry dengan nanar, "Apakah ucapanku terlalu berlebihan?"
"Hiks ... Hiks ... Hiks," isak Cherry sambil terus menyeka air matanya.
"Ng, Cherry. Aku, minta maaf," ucapku sambil memegang bahu kiri Cherry. "Aku sungguh tidak bermaksud untuk membuatmu menangis," ucapku sambil menyeka air mata Cherry.
Cherry menyeka air matanya, kemudian dia pun tersenyum. "Iya, tidak apa-apa. Aku mengerti kok." ucap Cherry sambil tersenyum.
"Terima kasih," ucapku sambil tersenyum tipis.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Saudara Kembarku [END]
Horror[Belum revisi] Culun, ya begitulah teman-temaku menyebutku. Aku tidak pernah dianggap ada, atau mungkin aku juga hanya dianggap sampah oleh mereka. Sampah ... Ya, aku rasa itu cukup bagus untuk orang sepertiku. Di dalam hatiku, aku selalu berharap...