Chosen
Sebulan telah berlalu, saatnya bagi mereka mengetahui siapa juara yang terpilih untuk mewakili tournament Triwizard. Tak ada lagi meja - meja panjang di aula besar seperti biasa. Draco dan Harrieta duduk bersebelahan seperti biasa. Harrieta senang bisa berada didekat Draco, karena ia bisa mencium wangi Citrus yang kuat dari tubuh pemuda tersebut.
Kepala Sekolah Hogwarts, Dumbledore mulai membacakan nama - nama juara yang di pilih oleh piala api. "Dari Drumstrang, Viktor Krum"kata Dumbledore.
Tepuk tangan berasal dari berbagai macam arah, Teman - teman Viktor memberikan ucapan selamat. Sebelum Viktor menuju ruang belakang yang telah di sediakan, ia memberikan tatapan singkat pada Hermione. Tatapan itu tentu saja di sadari oleh Harrieta.
"Draco, sepertinya Krum tertarik pada Hermione"bisik Harrieta. Draco hanya memberikan seringaiannya.
"Dari Beuxbatons, Fleur Declaour"kata Dumbledore. Tepuk tangan pun memenuhi aula. Fleur memeluk adiknya Gabrielle sebelum menuju ruangan dimana Viktor telah menunggu. Madam Maxime tersenyum bangga pada muridnya.
"Dari Hogwarts, Cedric Diggory"kata Dumbledore. Tepuk tangan riuh terdengar terutama dari asrama Hufflepuff. "Ugh Diggory"keluh Blaise.
"Seeker team Hufflepuff'kan?"kata Harrieta.
"Kau mengenalnya Harrieta?"tanya Daphne.
"Well tahun lalu pasca aku pingsan karena dementor, ia meminta pertandingan ulang"jawab Harrieta.
"Gentleman"kata Pansy.
Dumbledore hendak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai tournament, ketika piala api berkobar dengan brutal seperti hendak memuntahkan sesuatu. Dumbledore menerima secarik kertas dan membaca."Harrieta Potter?"kata Dumbledore.
"Tidak"kata Draco yang langsung memeluk Harrieta dan mengeluarkan sayap hitamnya untuk memelindungi Harrieta dari pandangan orang kebanyakan. Harrieta sendiri terdiam membeku tak percaya. Ia menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin, Aku tidak pernah memasukkan namaku"kata Harrieta. Dumbledore menghampiri Draco dan Harrieta. "Tuan Malfoy, Bisa aku meminta bantuanmu untuk membawa nona Potter kedalam"kata Dumbledore sopan. Draco mengangguk tidak ingin membawa hal ini ditempat umum. Draco pun membawa Harrieta ke dalam ruangan juara. Selepas kepergian Draco banyak para siswa maupun siswi yang mengatakan Harrieta curang.
"Oh Diamlah!"bentak Daphne. "Jika kau tidak melihat reaksi Harrieta berarti kau buta."
"Dia gadis yang bertahan hidup banyak pelahap maut yang mengincarnya! Ron berhanti menjadi orang yang cemburu"seru Hermione.
Draco menggendong Harrieta menuju ruangan. "Eh ada apa?"tanya Cedric
"Sepertinya masalah selalu menemukan Harrieta"jawab Draco sarkastik. Ia masih belum mau melepaskan Harrieta. Professor Dumbledore dan guru - guru lain berada ditempat tersebut. "Harrieta kau memasukkan namamu?"tanya Dumbledore.
"Tidak"jawab Harrieta
"Apa kau meminta seniormu memasukkan namamu?"tanya Dumbledore lagi.
"Tidak"jawab Harrieta.
"tentu saja ia berbohong"kata Madam Maxime.
"Oh yang benar saja. Kau tidak menyadari nona Potter masih shock, jika bukan karena tuan Malfoy yang menopangnya mungkin ia sudah jatuh lemas"bela Professor McGonagall. Oh betapa ia sangat menyanyangi kepala asramanya itu.
"Hogwarts tidak bisa memiliki dua juara Dumbledore"protes Madam Maxime.
"Bukankah itu sudah jelas"sambung Karakoff.
"Jika ada yang berhak protes disini adalah nona potter, tapi kita belum mendengar ia protes."kata Alastor Moody."dan lagi diperlukan penyihir kuat untuk membuat piala api seperti itu"
Dumbledore menghela nafas. Harrieta membenamkan wajah ke dada Draco. Ia benar - benar ingin menangis sekarang. "Crouch, ini keputusanmu sekarang. Kami akan mengikuti"kata Dumbledore.
"Setiap juara yang terpilih oleh piala api terikat kontrak. Maaf harus mengatakan ini. Tapi Nona Potter harus berkompetisi"kata Barty Crouch Senior. Draco mengeratkan pelukannya.