Normal POV
“Is she ok?” tanya Zayn yang berjalan dari kamar mandi.
"I think,” jawab Louis yang masih memeriksanya, “her body temperature is so hot if we say she’s alright.”
“You find something in her bag, Niall? Like some phone number?” sambung laki-laki berambut keriting itu.
“No. This just a camera bag with a broken camera….here,” ucap Niall yang masih mencari sesuatu dengan wajah yang menyesal.
“Hey, what happen with your face, Nialler? Oh yeah, you haven’t told us who’s that girl,” pinta Liam membujuk agar Niall menceritakan semua masalahnya.
“This is my fault,” balas Niall sedih.
“Your fault? What do you mean?” tanya Zayn sambil menaikkan sebelah alisnya.
“I tried to go away from paparazzi. Ketika sampai di blok sebelah, aku tak sengaja menabraknya dan dia terjatuh. Tanpa kusadari dia membawa camera tersebut dan terpental saat itu juga. Dan aku merusak cameranya. Aku pun mengajaknya agar dia mau kemari,”
“Lalu apa yang akan kau lakukan saat dia kemari?” tanya Harry dengan serius mendengarkan cerita Niall.
“I will give her my new camera. I feel guilty about her,” keluh Niall.
“And then?” sambung Zayn yang sekarang bertanya padanya.
“She didn’t want to go into the house when I invited her to come. So I said please stay in front of the door. For the same time, I forgot that the weather outside isn’t good,” lanjut Niall yang masih bercerita.
“Maybe she was cold,” sambung Louis yang menyandar di pintu kamar tempat Jasmin tertidur.
“Yeah, I think so,” renung Niall yang masih merasa sangat bersalah.
“What’s her name? Aku merasa dia bukan dari daerah sini,” ucap Harry mengalihkan pertanyaan agar Niall tidak terlalu murung.
“She’s cute, beautiful, and I think she’s kind,” seketika semuanya langsung melirik ke arah Zayn yang seolah berbicara seperti tak ada apapun.
“Zayn, you have a girlfriend,” kritik Harry sambil tersenyum miring melihat Zayn.
“Hey, I just give my opinion. Not more, dude,” balas Zayn yang kembali menaikkan sebelah alis matanya.
“Guys guys, stop it. Don’t’ make things worse,” cela Liam yang mulai merasa kesal melihat perdebatan bodoh ini.
“Niall, are you ok?” tanya Louis dari kejauhan.
“Yeah,” jawab Niall singkat. Untuk sementara suasana menjadi hening. Semuanya hanya terdiam.
“Hey guys, she’s wake up!” teriakkan Louis memecah keheningan sesaat itu. Seketika itu pun semuanya berlari menuju kamar tempat Jasmin tertidur. Niall tampang berlari paling kencang. Berusaha melihat gadis yang pingsan karenanya.
”Girl, are you ok?! Something bad isnt happening to you, right?!” tanya Niall begitu sigap.
“Niall tenangkan dirimu, dia butuh selang waktu,” ucap Liam pada Niall.
“Wh-where am I?” tanya Jasmin dengan terbata-bata.
“In my house, girl,” jawab Harry yang ikut lega melihat Jasmin baik-baik saja. Jasmin mulai membangunkan tubuhnya dari posisi tidurnya. Dia merasa tidak enak dilihat kelima idolanya dalam posisi seperti ini.
“I want back to my house now,” ucap Jasmin.
“What? You still look so weak. Stay here for a few time,” seru Niall yang kaget mendengar ucapan Jasmin. Seketika itu pun semuanya melihat ke arah Niall. Namun ternyata Niall tak menyadari bahwa ia sedang diperhatikan oleh semua mata di dalam ruangan tersebut.
“Sorry Niall, or guys, I can’t. It’s too late to back to my house,” jawab Jasmin yang mulai turun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju tasnya di ruang TV. Dia teriangat akan cameranya di dalam tasnya. Tetap rusak.
“Sorry,” tunduk Niall di belakang Jasmin, “no, that’s not your fault,” balas Jasmin dengan senyuman sembari berjalan ke depan Niall.
“But, I–”
“Don’t speak again. That not your fault,” potong Jasmin terhadap ucapan Niall yang belum lengkap.
“Thank you guys, thanks for helped me,” salam Jasmin pada yang lain.
“Mau diantar?”
“Thanks, Louis. Tidak usah,” jawab Jasmin lalu berjalan menuju tangga menuju lantai bawah. Tapi tiba-tiba Niall mengejarnya, memegang kedua pundaknya, dan membalikkan badan Jasmin hingga menghadap dirinya. Mata birunya terlihat begitu dekat dengan mata Jasmin. The boys hanya bisa tercengang.
“What’s your name?”
“Ja-Jasmin,” jawab Jasmin dengan penuh getaran. Siapa yang tidak akan menjadi seperti ini bila bertatapan langsung sedekat ini dengan seorang Niall James Horan.
“Ok Jasmin, please come back to here tomorrow, please,”
“What? But, I–”
“Don’t speak again. Please,” pinta Niall penuh harapan. Jasmin hanya bisa mengangguk dan tak berkata apa-apa. Kemudia ia melepaskan kedua tangan Niall yang ada di kedua bahunya dan mulai meninggalkan rumah ini.
“Nialler, you’re awesome….” ucap Liam sambil menepuk bahu sahabatnya itu.
“Um, Jasmin, so beautiful name,” kagum Harry sambil tersenyam-senyum sendiri.
“Jangan bilang kau mengincarnya,” cubit Louis pada tangan kanan Harry.
“Aw, apa maksudmu? Bisa saja kan,”
”THEN WHERE YOU’D TAKE ME?!” teriak Louis di telinga Harry.
“Hey Niall, apa yang akan kau lakukan besok?” tanya Zayn.
“Aku akan tetap memberikannya camera ku. Aku masih tetap merasa bersalah,”
“Oh my baby was growing up,” seru Liam dengan muka manjanya.
“Hey guys, siapa yang memesan sekotak pizza?" Tanya Harry ketika dia melihat sebuah motor yang mengantarkan sekotak pizza berdiri di depan pintu rumahnya.
“ME!!” Niall berlari menuruni tangga dan semua pun hanya terdiam.
“I think it before…” ucap Zayn pada Liam sembari menepuk bahunya.
.
.
Sorry for very short chapter! I'm just confused what must I wrote in this chapter ._.v
Next chapter will be more long!
![](https://img.wattpad.com/cover/1821140-288-k724836.jpg)
YOU ARE READING
When Asphodel Start to Bloom
ФанфикJasmin Aline Lareina, seorang gadis yang sangat menyukai One Direction. Menjadi seorang gadis biasa adalah kesehariannya. Tapi apa yang akan terjadi ketika laki-laki pujaan hatinya, Niall Horan, bertemu dengannya dan semakin lama sebuah perasaan 'an...