Jasmin’s POV
Aku berjalan sendirinya menembus udara dingin di musim salju pertamaku. 20 December 2012. Yeah, I will always remember it!
Barang yang tertinggal di rumahku yaa kurasa benda yang sangat berharga bagiku. Jangan berfikir yang aneh-aneh dulu. Maksudku adalah ponselku. Aku baru ingat bahwa aku tak membawanya sejak kemarin siang. Ya ampun, aku sungguh tidak dapat membayangkan akan ada apa yang terjadi dengan ponselku. Kubuka kunci pintu rumahku dan kunaiki satu persatu tangga menuju lantai atas. Good. Sesuai dugaanku. Ada empat puluh delapan missed call dari ayahku, ibuku, bahkan sampai pamanku yang tinggal di Spanyol. Maaf, semua. Aku benar-benar lupa.
“Hallo, mum,” ucapku menelepon ibuku. Kudengar dia sangat kaget ketika aku berbicara dengannya.
“Hahaha, sorry, mum. Aku lupa membawa ponselku dan semalaman benda ini aku tinggalakan di rumah….. Eh tertinggal maksudku. Bukan ditinggalkan... Iya, iya. Aku minta maaf, ma. Aku tidak akan melakukannya lain kali…. Yap, aku akan berangkat lusa ke sana… Oke, bye mum,” aku menutup telepon dari ibuku dan mulai berjalan menuruni tangga lalu mengunci pintu rumah ini kembali. Kupastikan kunci benar-benar terkunci karena aku takut kejadian seperti di film Home Alone di mana menjelang Natal rumah yang kosong menjadi incaran. Hahahaha. Sambil berjalan, aku mengotak-atik ponselku dan kurasa lebih baik aku mengabari pamanku.
To: Uncle Steve
Hey, uncle! How are you? I’m so sorry about last night. I forgot to bring my phone. So sorry ):Tak berapa lama, ponselku berdering yang kukira balasan dari pamannya. Sialan. Ternyata hanya promosi. Tapi dideringan kedua, pamanku benar-benar membalas pesanku.
To: Baby Jasmin
Good girl. For many times you did something like this. Don’t do it again, ok? La próxima vez no voy a estar en silencio o te secuestran a Elizabeth1To: Uncle Steve
Noooooooooo! Dar la espalda Eli! Jajajaja2To: Baby Jasmin
Jajajaja, no puedo prometer3To: Ucle Steve
Aaaa, uncle! You’re so evil! Hahaha. I won’t do it again, uncle. Believe me.To: Baby Jasmin
I believe in you, hija4. Love you ma baby xxTo: Uncle Steve
Love ya too uncle xx
1: Next time I will not be quiet or I'll kidnap Elizabeth
2: Give my Eli back! Hahahaha
3: Hahaha, I can’t promise
4: Daughter
Akhirnya aku sampai kembali di rumah ini. Aku membuka pintu depan dan masuk ke dalam rumah lalu naik ke lantai atas.
“Hey,” sapaku pada mereka semua.
“Oh hey!” sapa balik semunya. Aku menaruh jaketku digantungan yang berada di dekat pintu.
“Harry, Zayn, already done with my iPad?” tanyaku ketika aku tidak mendapati mereka bermain dengan iPad ku.
“The password. We need the password…” ucap Zayn mulai mengambil iPad yang tergeletak di atas meja.

YOU ARE READING
When Asphodel Start to Bloom
FanfictionJasmin Aline Lareina, seorang gadis yang sangat menyukai One Direction. Menjadi seorang gadis biasa adalah kesehariannya. Tapi apa yang akan terjadi ketika laki-laki pujaan hatinya, Niall Horan, bertemu dengannya dan semakin lama sebuah perasaan 'an...