Chapter 4: Big Big Problem

1.1K 26 0
                                    

Pagi hari ini cuaca cukup cerah. Awan terlihat bersahabat membiarkan sang mentari bersinar malu-malu. Kalau kalian bertanya ‘mengapa One Direction bisa sesantai ini? Ke mana tour mereka?’, itu jawaban mudah. Management meminta mereka berlima agar beristirahat sampai dua minggu ke depan karena terlihat kelelahan di wajah mereka semua.

“Hey guys, what are you looking?” tanya Niall yang baru keluar dari kamarnya pada keempat sahabatnya yang terfokus pada pada MacBook di pangkuan Harry, “apa yang kalian lihat? Serius sekali,” lanjutnya sambil menegak secangkir air putih.

“Apakah kau telah membuka twitter mu?” tanya Zayn.

“Not yet. I opened my twitter last morning,” jawab Niall yang masih saja menegak air putihnya, “memang ada apa?”

“Niall, you kissed her yesterday?” tanya Liam pada Niall. Semua mata tertuju pada Niall dan seketika itu pun Niall memuntahkan air yang baru saja akan dia minum.

“WHAT?! KISSED?! KISSED WHO?!” Niall yang begitu kagetnya berlari menuju mereka berempat yang masih terpaku di depan MacBook Harry.

“Look this photo...” tunjuk Harry pada sebuah foto yang masuk di akun twitternya. Niall terlihat kaget sekali. Melihat foto tersebut.

“WAIT! No! I’m not kissed her! I’m just talked to her because she hide her face from me,” jawab Niall gelagapan. Ternyata ada seorang yang entah siapa memfoto ketika Niall mengantar Jasmin menggunakan payung. Ada bagian ketika Niall mendekatkan wajahnya pada Jasmin karena dia tidak dapat melihat wajahnya.

“And why you held her hand?” tanya Louis yang antara penasaran dan kaget.

“Oh man, before that, she was slipping and almost fell down. I think she was little bit sick because dua days ago. I just want to make her safely,” lanjut Niall dengan wajah panik.

“Call her now!” teriak semuanya kompak.

“Wait wait. I will take my phone first,” Niall langsung berlari ke kamarnya dan mengambil iPhone-nya yang tergeletak di atas meja. Dia mencari kontak nama ‘Jasmin’ lalu sesegera mungkin meneleponnya.

“Halo,” jawab suara di seberang sana.

“Jasmin come here, please! Ayo cepat!”

“So-sorry. Who are you?” tanyanya.

“It’s me, Niall!”

“Oh ah yes. Why Niall?”

“We no need to talk more. I will tell you later. Please, come here,” balas Niall dengan sangat tergesa-gesa.

“Ok, ok. I will be there about 15 minutes again,”

“I will wait, bye,”

“Bye,” Niall menutup handphone-nya dan berjalan cepat kembali ke ruang tengah.

“How?” tanya Louis.

“She will come here about 15 minutes again,” jawab Niall serius.

“How do you feel?” sahut Zayn yang masih memandangi layar iPhone-nya melihat mention twitter yang masuk.

“Aku biasa saja. Aku sudah cukup terbiasa dengan hal seperti ini. Aku hanya takut dan kasihan pada Jasmin. Kita baru mengenalnya dua hari tapi dia sudah terkena masalah,” lanjut Niall yang sepertinya tengah men-sign in twitter di iPhone-nya.

“Kurasa kau harus menjelaskan pada semuanya di twitter,” usul Harry.

“Aku bermaksud begitu. Guys, can you help me tweet something, please? Lalu twitcam..” pinta Niall.

When Asphodel Start to BloomWhere stories live. Discover now