Chapter 14: When Christmas Comes

894 16 0
                                    

Niall’s POV

            Merry Christmas! Alone in my room on Christmas Eve is so bored. Ayah, ibu, dan kakak laki-lakiku masih sibuk mempersiapkan pohon Natal super besar di ruang tengah dengan puluhan pernak-pernik lainnya. Yeah, you know. Like socks, bells, stars and anything else about Christmas.

“What are you doing alone here, bro?” tanya kakakku yang tiba-tiba masuk mengangetkanku.

“Oh hey, Greg. Just laying on my bed,” jawabku kembali menatap layar ponselku sambil memikirkan apa yang harus aku lakukan.

“It’s 11:45 in Ireland,”

“And?” lanjutku sedikit bingung dengan maksudnya memberi tahuku sekarang pukul berapa. Bodoh, aku bisa melihat jam di ponselku.

“And I think it already Christmas Day at French,”

“Wh-what do you mean?” sontakku kaget ketika mendengar ucapannya.

“Ohahaha, so all about that girl and you are true?”

“That girl?”

“Oh come on. I know everything, Niall. I know who’s Jasmin Aline Lareina,” sungguh, kali ini aku benar-benar kaget. Bagaimana laki-laki ini bisa tahu?!

“Oh, please, Greg. Can you stop talking about that for a moment? I just feel down,” balasku lagi sambil duduk di atas kasurku dan menundukkan kepala.

“Sorry,” lanjutnya singkat, “so, what will you do now? Do you think all of this is caused by you?”

“Yeah! I can’t say all of this is caused by she and I. It’s crazy. I did it and I want to say ‘this is caused by Jasmin and I’. Stupid thing ever,”

“Calm, Niall. More calm, please. And what will you do now? Did you text or call her?”

“But no answer,” ucapku singkat. Greg butuh waktu cukup lama untuk merespon jawabanku.

“What time you called or texted her?”

“Yesterday,”

“What?! Oh come on, Niall. It’s Christmas Eve and you don’t text or call her again?! I don’t want to know, call her now!” teriak Greg sedikit kesal dengan nada penuh memaksaku.

“Wh-what? Call her? That-that just like –”

“COME ON!! It’s 11:50am! You don’t want to call her?! And go text her!” aku hanya menuruti seluruh teriakkan tidak sabaran yang memaksaku untuk mengetik sesuatu di layer iPhone-ku.

“Greg, help me,” panggil seseorang dari bawah.

“Ok, mum. I will go there. Ok, Niall. I will go downstair until Chirstmas Eve end. You must go downstair too five minutes before 00:00. And I want hear that you already text her when you go downstair. Listen it!” BRAK. Suara pintu tertutup sangat keras menggema di kamarku. Kakak bodoh. Kira-kira kau jika ingin membanting pintu. Bantinglah pintu kamarmu sendiri. Aku kembali terfokus pada layar ponselku berusaha meyakinkan untuk mengiriminya pesan.

To: Jasmin
Merry Christmas (:

Sepotong kalimat itu yang hanya bisa aku tulis dan kukirim padanya. Otakku kurang pandai merangkai kata-kata disaat sedang kacau. Argh! Bodoh kau Niall! Niall Stupid Horan.

11:50
Belum ada jawaban.

11:51
Tidak ada pesan masuk.

11:52
Sunyi.

11:53
Belum ada balasan.

11:54
Ayolah kumohon balas pesanku.

11:55
No sound. No vibration. Ok, I’m desperate.

“Niall, go downstair, please,” teriak ibuku dari lantai bawah. Aku berjalan mendekati pintu dan kutinggalkan ponselku di atas meja sebelah tempat tidurku. Derr derr derr. Telingaku mendapatkan bunyi yang berasal dari getaran ponselku ketika aku hamper melangkah keluar kamar.

To: Niall
Merry Christmas too, Niall. How’s your holidays? Is it good? (:

Oh God! Jasmin text me back! Aku merasa dadaku berdetak kencang. Pikiranku bercampur antara senang dan argh! I can’t think normally. 

To: Jasmin
Um, yeah it’s good. How about you? Is it a good weather at French? (: 

“Niall! Go downstair or I will eat your food!”

“Shut up, Greg! I’m on my way!” teriakku lalu turun menuju lantai bawah dengan ponsel di genggaman tanganku.

 “Smily my lovely little brother~ ouch, I know what happen with you, Ni,” ucap Greg mengambilkan segelas soda padaku dengan senyum simpul andalannya.

“Ya ya ya, thanks, bro. That was a brilliant idea. And thanks again,”

“Don’t mind. I just wanna help my little brother who always confused about love, hahahahaha,” tawanya. Kami semua tertawa bersama-sama dengan soda dan kegilaan si kakakku yang bodoh tapi pintar juga. Konyol memang.

“Merry Christmas, boys!” ucap ayah dan ibuku yang berjalan membawakan sepotong kalkun oven besar dari daerah dapur. Aku melihat jam di dinding dan kulihat sekarang tepat pukul 00:00. Make some wish andddd,

“IT’S TIME FOR EAT!” seruku. Lagu-lagu Natal mengalun di dalam ruangan yang cukup berantakan karena bingkisan-bingkisan Natal itu masih berhamburan layaknya kaos kaki yang seenaknya dibuang setelah digunakan. Yah, tidak buruk juga. Yang penting aku bisa berkumpul dengan keluargaku dan menikmati Natal bersama. Yeah, that’s the most beautiful thing ever.

.

.

            Aku bangun pagi ini pukul 7 pagi di Hari Natal yang penuh salju. Ketika kulihat ke arah luar, terkadang aku teringat apa yang terjadi beberapa waktu lalu di Bedford. Antara ingin diingat dan tidak ingin diingat. Hah, sudahlah. RING. Ponselku berbunyi.

“Hm? Morning Louis,” jawabku masih setengah sadar dalam tidurku.

“What the fuck, Niall. It’s me, Zayn,” balas suara dari seberang sana.

“Oh hey, Zayn, hoam. What happen?”

“Hey, can you fly to London tomorrow?”

“I’m not bird, Zayn. I can’t fly,”

“Oh, Niall….. WAKE UP HEY LITTLE IRISH BOY!!” Zayn berteriak lewat teleponnya dan langsung menggetarkan gendang telinga kiriku dengan keras.

“Aw! Ok, I wake up. And what?”

“Haaahh, ok. We start from zero again. Caou n you play to London tomorrow?”

“Tomorrow? What happen?”

“Simon just want to talk to us about something,”

“Huh, what’s that?” jawabku sambil menyikat gigiku dengan odol dan sikat gigi. Tentu saja. Bukan dengan serabut buah kelapa.

“Hey hey, please speak normally and don’t talking when you wash your tooth,” omel Zayn. Dasar tukang omel.

“Hmm. Just that?”

“So, do you want more?”

“No,”

“Ok. Good bye,”

“Bye Zayn,” huh, untuk apa Simon meminta kami berkumpul besok di London? Mendadak begini?  Tolong jangan rebut hari liburku lagi!

When Asphodel Start to BloomWhere stories live. Discover now