Niall’s POV
6am. Ini untuk keempat kalinya aku terbangun sejak tadi malam. Pikiranku terlalu kacau. Tolong jangan bangunkan aku lagi. Aku masih ingin beristirahat mengistirahatkan pikiranku.
“Niall? Already wake up?” tanya Harry yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar. Aku berbalik dan melihat ke arah pintu.
“Yeah. Morning, Harry,” jawabku bangun dari tidurku dan duduk di tepian tempat tidur.
“Aku sudah mendengar semuanya dari Liam,” lanjutnya kemudian berjalan dan duduk di sebelahku, “and what will you do now?” tanyanya.
“I will ask for pardon to her. But.... I don’t know how to show it,” ucapku lalu meletakkan kedua tanganku yang saling menggenggam di dahiku, “stupid. I’m so stupid!”
“Calm down, Niall. That’s not your fault, ok? You just wanna show how is your feeling to her. That’s not false,”
“How? How can this isn’t something false? See. We just know each other around two weeks. This is so crazy, Harry! So crazy!” balasku sedikit emosi karena kebodohanku sendiri.
“Boy, listen to me. We talk about love. Not about the logical! Love can come whenever they want. You can’t deny it! You will be a crazy person when you are in love. This is named love, Niall!” aku terdiam mendengar ucapan Harry. Yeah, this is about the love. Not about the logical. You can do something that you never think before. Like what I did.
“Come on. Wake up and you must say something to her. Now,” lanjutnya lalu menarik tanganku. Dia terus menariknya sampai akhirnya kami berdua berada tepat di depan pintu kamar Jasmin. Tak kusangka Liam, Zayn, dan Louis ikut berada di sana.
“Now, do it!” paksa Harry memintaku melakukannya.
“But, how about if she’s not already wake up?” tanyaku masih sedikit tidak yakin.
“Just try it, Niall!” ucap Louis yang mulai tidak sabaran. Aku melihat mereka semua dan menggangguk memberikan tanda. Mereka menjauh untuk melihatku dari kejauhan. Yap, kini aku berdiri tepat di pintunya. Aku takut untuk mengetuknya. Perasaan tak yakin masih bergema di hatiku.
“Niall, come on,” teriak Liam sambil berbisik. Aku melihat ke arah mereka dan mereka hanya mengangguk.
“Haaaaah,” aku menghela nafasku dan mulai mengetuk pintu kayu ini.
“Jasmin, sorry. Can’t we talk? It’s me Niall,” ucapku. Namun tak ada jawaban dari dalam.
“I-I’m just wanna talk about what happen..... last night,” lagi-lagi tak ada jawaban. Apakah dia benar-benar tidak ingin bicara denganku?
“Jasmin, please. I just wanna talk about that. You can hate me after this but let me to explain,” lanjutku dan lagi-lagi tetap tak ada jawaban. Aku mulai menyerah dan melihat ke arah empat laki-laki yang mulai berjalan ke arahku karena mereka merasa aku membutuhkan bantuannya.
“She’s not answer yet, guys. I–“
“Let me handle it,” ucap Louis, “Jasmin, can I come?” tanyanya tapi tetap tak ada jawaban.
“The door isn’t locked,” lanjut Zayn tiba-tiba ketika dia berhasil menekan pegangan pintu dan ternyata itu terbuka. Kami masuk dan naas kami tak menemukan sosok Jasmin di dalam kamar ini.
“So, we just talked to the ghost,” seru Zayn.
“It isn’t cute, Zayn,” balas Harry memukul kepala Zayn.
“Aw. I-I’m sorry,” memang bukan saatku untuk membicarakan ini padanya. aku duduk di atas tempat tidur dan terus berfikir kemana kira-kira dia pergi.
YOU ARE READING
When Asphodel Start to Bloom
Hayran KurguJasmin Aline Lareina, seorang gadis yang sangat menyukai One Direction. Menjadi seorang gadis biasa adalah kesehariannya. Tapi apa yang akan terjadi ketika laki-laki pujaan hatinya, Niall Horan, bertemu dengannya dan semakin lama sebuah perasaan 'an...