Unrequited : 2

10.6K 1.3K 126
                                    

Haechan menatap telapak tangannya yang memegang sebuah botol obat, ia mengepalkan tangannya dan memandang kosong.

'Kuharap aku masih bisa mengatakan perasaanku...'

Selama hampir tiga puluh menit Haechan berada di toilet, dan selama itu pula ia hanya menatap kosong pada obat yang digenggamnya.

Ya, Haechan memiliki penyakit yang bisa dibilang mematikan. Namun tak ada yang mengetahuinya, bahkan Renjun sekalipun. Ia mengidap penyakit kanker paru-paru yang sudah berada di stadium lanjut.

Kesempatan hidupnya tinggal sedikit, Haechan sadar akan hal itu. Tapi ia ingin agar mimpinya menjadi terwujud dan bisa menyatakan perasaannya pada orang yang ia cintai. Itulah alasannya tetap bertahan meski ia harus menderita sakit yang teramat sangat.

'Tidak ada kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan kekuatan Cinta, seseorang bisa melakukan apapun untuk apa yang ia cintai, bahkan tak jarang orang akan menjadi pembunuh hanya karena Cinta.'

Haechan menulis di buku jurnalnya, menghela nafas lalu berdiri dan berjalan keluar toilet untuk kembali ke ruang latihan.

Saat ia sampai di depan pintu, tangannya tidak terulur untuk memutar knop pintu dan hanya menatapnya.

'Berapa lama lagi aku bisa melihat dan merasakan semua ini?'

Haechan larut dalam pikirannya, hingga ia tak sadar seseorang membuka pintu.

Cklekk

"Haechan? Kemana saja kau?" Renjun.

Hening

"Hei!! Haechan-ah!!" Renjun mengguncang tubuhnya.

Haechan menatap Renjun yang juga menatapnya heran.

"...ya?"

"Kau bilang hanya pergi ke toilet, tapi kenapa lama sekali?" Jeno menyela.

"Itu...tadi ada sunbae yang mengajakku bicara, jadi agak sedikit lama..." jawab Haechan bohong.

"Ckk, gara-gara kau latihannya jadi tertunda!! Apa kau malas? Jika iya kenapa kau bergabung dengan NCT??!" Mark tiba-tiba menyela.

Haechan terkejut, begitu juga dengan yang lain. Tak biasanya Mark berkata kasar pada beruang kesayangan semua orang itu. Hati Haechan mencelos, rasanya seperti ia ditusuk dengan pedang berkarat dan lukanya ditaburi garam. Begitu pedih.

"Hyung kau...apa yang kau katakan??" Renjun mengerutkan keningnya bingung.

"Apa? Bukankah itu kenyataan? Kenapa kalian malah menatapku seperti aku ini pencuri?" Mark masa bodoh dengan ucapan Renjun dan kembali berbincang dengan Jaemin disampingnya.

Tanpa ada yang tahu, bibir Haechan mulai bergetar menahan tangis. Ia memaksakan senyumnya dan membungkuk untuk meminta maaf.

"Mianhae hyung...teman-teman...sungguh aku menyesal..."

"Memang sudah seharusnya begitu!!" Mark menyela.

"Mark hyung...kau keterlaluan!" Jaemin mengerutkan keningnya.

"Mian." ujarnya singkat.

"Sudahlah, sekarang kita lanjut latihan." Jeno memecah suasana dan keluar untuk memanggil pelatih.

Renjun berbalik menatap Haechan yang tertunduk, wajahnya tak terlihat fan hanya menyisakan surai madunya.

"Kajja Chan-ah!" Renjun menarik Haechan kembali kedalam ruangan dan mendudukkannya di sofa panjang.

Setelah beberapa saat Jeno kembali dengan pelatih dibelakangnya dan latihan dilanjutkan.

'Aku tersenyum karena Cinta, aku menangis karena Cinta, aku terluka karena Cinta, dan aku sembuh karena Cinta'
Lee Haechan
.

To be continue

Hehehe
telat lagi:(
Maap ya... Ochi tuh lagi banyak pr, makanya gak sempet bikin:(
Nah ketauan kan kenapa Haechan bawa obat? :'v

Bantu share ff ini ya:)

[End]Unrequited LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang