Unrequited : 13

9K 1.1K 45
                                    

Warn!!
Part ini bisa menyebabkan anda ingin nyentil ginjal orang :3

________

Renjun berjalan dengan linglung, pandangan matanya tidak fokus dan beberapa kali menabrak orang-orang yang lewat didepannya.

'Bagaimana ini...' pikirnya.

Kata-kata yang diucapkan sahabatnya dan dokter yang menanganinya terus terngiang di kepalanya.

Flash back on

"Kemungkinan untuk temanmu bisa terus bertahan hidup hanya tigapuluh persen. Tubuhnya sudah sangat lemah  dan kanker paru-paru yang ia derita sudah cukup lama. Aku tidak tahu berapa banyak lagi ia bisa bertahan. Juga...kini sel kanker paru-paru nya sudah menyebar ke seluruh tubuhnya. Sangat sulit untuk menyembuhkannya." dokter itu menghembuskan nafasnya dalam dan kembali melanjutkan, "kita hanya bisa berharap agar tuhan bisa berbaik hati dan membantu temanmu dengan mengirimkan keajaiban padanya..."

Renjun termenung, tangannya gemetar. Namun sebuah tangan berkulit pucat menggenggam tangannya dan mengelusnya dengan lembut. Renjun menatap tangan itu dan beralih pada wajah sang pemilik.

Senyum lembut dan tatapan teduhnya semakin membuat hati Renjun terasa sesak. Ia balik menggenggam tangan itu dan menatap dokter dihadapannya.

"Berapa lama dia bisa bertahan?"

Dokter itu menghela nafasnya dalam dan menatap penuh simpati pada keduanya, "paling lama setahun, itu pun belum pasti. Mungkin bisa jadi sembilan atau sepuluh bulan...maafkan aku."

Haechan tersenyum tipis,"itu tidak perlu paman...justru akulah yang harus berterima kasih padamu karena mau membantuku untuk terus bertahan hidup selama ini..."

Renjun menyeringai dan terkekeh pelan saat mendengar perkataan sahabatnya.

"Sekali lagi maafkan aku..." dokter itu tersenyum simpul.

Haechan dan Renjun pamit undur diri. Selama perjalanan menuju dorm, tak ada satupun yang berniat untuk membuka pembicaraan. Keduanya hanyut dalam pikiran masing-masing, hingga suara helaan nafas Haechan membuat Renjun menoleh kearahnya.

"Jika seandainya aku tak lagi di samping mu...apa yang akan kau lakukan Njun?" tanya Haechan lirih.

Renjun menatap jauh kedepan, "aku akan menghajar Mark hyung yang berani membuatmu menderita selama ini, membuatnya tersadar bahwa hidupnya akan menjadi sampah setelah kau pergi..."

Haechan terkekeh kecil dan menggenggam tangan Renjun dengan sedikit meremasnya. "Waktuku tak banyak Njun...maukah kau selalu disampingku sampai saatnya aku pergi?"

Renjun hampir tersedak air liurnya sendiri, ia menatap Haechan dengan terkejut. "A-apa maksudmu?! Kau pasti sembuh!! Aku yakin itu!!"

Haechan tersenyum, "Njun, kau tidak bisa melawan takdir. Ini adalah takdirku....bahwa aku harus pergi dalam waktu dekat. Kau tidak memiliki kemampuan yang bisa menyangkal dan menghindari takdir yang sudah digariskan tuhan sejak kita pertama kali melihat dunia ini."

Tangan Renjun gemetar, matanya berkaca-kaca dan ia terus menerus menggeleng kepalanya pertanda tidak setuju dengan ucapan Haechan. Namun, tak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya. Hanya aliran cairan bening yang mengalir dikedua pipinya yang menjawab pernyataan Haechan.

"Kau harus merelakanku, aku tahu kau bisa. Percayalah...kau adalah orang yang kuat, buktinya kau bisa memukul rahang Mark hyung tempo hari..." ujar Haechan diakhiri kekehan kecil.

Tanpa ragu Renjun memeluk erat tubuh sahabatnya yang semakin hari semakin kurus. Ia menangis tersedu-sedu sambil mengucapkan 'jangan pergi' berulang kali.

Tangan kurus Haechan terulur untuk mengusap lembut punggung sahabatnya dan sesekali membisikkan kata-kata penenang. Cukup lama mereka berpelukan hingga akhirnya Renjun kembali tenang dan melepaskan pelukannya pada tubuh Haechan.

"Sebagai keinginan terakhirku....aku ingin kau selalu bersamaku. Rekam semua yang kita lakukan, dan bertemu dengan para sunbae untuk berduet dengan mereka. Juga...menghabiskan waktu bersama dengan hyungdeul, teman-teman dan dongsaeng kita." Haechan menatap wajah Renjun dan mengusap air mata yang jatuh. "Kau mau kan?"

Renjun menganggukkan kepalanya dan tersenyum kecil. "Siapa yang pertama kali ingin kau ajak untuk berduet?"

Haechan tersenyum lebar, "Changmin sunbae. Dia sangat hebat, aku menyukainya!"

Renjun terkekeh pelan,"baiklah nona muda" ia mengusak surai coklat milik Haechan gemas.

Flash back off

Renjun terus melamun, hingga ia tidak melihat seseorang yang tengah berjalan terburu-buru dan menabraknya hingga ia terjatuh. Dan saat itulah ia tersadar akan kesalahannya.

"M-maaf....aku benar-benar tidak sengaja..." Renjun membungkuk berkali-kali untuk meminta maaf.

"Tidak apa-apa, tapi mengapa kau sampai melamun seperti itu?" tanya suara berat didepannya.

Renjun mengangkat kepalanya dan menatap wajah seorang pria yang sudah dihiasi kerutan diwajahnya menatap heran padanya.

"S-sajangnim....m-maaf..." Renjun kembali meminta maaf.

"Sudahlah...tidak usah dipikirkan." Tn.Lee tersenyum teduh sambil menepuk bahunya pelan.

Renjun hanya tersenyum paksa lalu menunduk.

"Apa ada masalah?" Tn. Lee menatapnya bingung.

Renjun mengangkat kepalanya, "bisakah aku bicara dengan anda?"

To be continued

Lagi ada kuota nih:3
Sediakan ember takutnya kalian gak kuat baca ini:')

[End]Unrequited LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang