Setelah beberapa lama, dokter mengizinkan Renjun untuk memasuki ruang rawat Haechan. Dengan cepat ia mendekat kearah ranjang dan langsung memegang tangan kanan sahabatnya itu dengan erat, tanpa ia sadari air matanya mulai mengalir dan isakan kecil mulai terdengar.
"Ya tuhan....hiks...kumohon sembuhkan sahabatku...hiks...dia tidak bersalah...apa yang membuatmu tega memberikan penyakit mematikan ini...hiks...kumohon dengarkan do'aku ini..." lirihnya sembari terus memegang tangan Haechan yang sendari tadi belum sadar.
Entah sudah berapa lama ia menunggu Haechan seperti ini, namun yang ditunggu tak kunjung membuka matanya dan menghilangkan rasa khawatir sahabatnya.
Ponsel Renjun bergetar menandakan ada panggilan masuk, dengan cepat ia melihat si penelpon.
Jisungie is calling...
'Haruskah kuangkat? Tapi...jika tidak diangkat dia akan curiga...'
Pada akhirnya Renjun memutuskan untuk menjawab panggilan telepon Jisung.
"Yeoboseyo jisung-ah?" ujar Renjun dengan sedikit terbata.
'Hyung!! Akhirnya...dimana kau? Dan dimana Haechan hyung?? Kenapa kalian belum pulang??'
Hening.
Renjun bingung, apa yang harus ia katakan pada dongsaengnya yang selalu mudah curiga itu. Kebohongan apa yang harus ia katakan agar orang yang berada diseberang telpon percaya padanya? Tiba-tiba lamunannya buyar karena suara Jisung yang kembali terdengar.
'Hyung kenapa kau diam? Dimana Haechan hyung? Aku ingin bicara dengannya!'
"Eum.. Itu...dia...dia sedang antri untuk membeli milkshake. Iya! Kami sedang membeli milkshake! Dan Haechan sedang mengantri untuk mengambil pesanan kami!" dustanya.
'Kenapa nada suaramu terdengar gugup hyung?'
"Yakk!! Itu bukan urusanmu! Sudahlah, aku dan Haechan akan pulang sebentar lagi. Jangan khawatir." ujar Renjun kesal, dengan cepat ia mematikan ponselnya agar Jisung tidak bertanya lebih jauh lagi.
Pip
Renjun menghela nafasnya dalam, "maafkan hyung jisung-ah..."
Tiba-tiba tangan yang digenggamnya mulai bergerak sedikit demi sedikit, mata beruangnya yang sering berbinar lucu mulai terbuka sedikit demi sedikit dan menatap sekitarnya dengan bingung.
Renjun terkejut tapi senang diwaktu yang sama, ia dengan cepat menggenggam tangan Haechan dan mendekat kearahnya dengan semangat.
"Chan!! Akhirnya kau siuman...apakah ada yang sakit? Coba katakan padaku! Aku akan memanggil dokter!" seru Renjun dengan cepat, tapi saat ia akan beranjak pergi menemui dokter, tangannya ditahan.
Renjun menatap sahabatnya itu dengan penuh tanya, "kenapa?"
Haechan menggeleng pelan
"Baiklah, aku akan disini..." Renjun mengalah.
Keduanya terdiam, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Renjun tidak tahan dengan suasana ini dan ia juga memiliki banyak pertanyaan dikepalanya mengenai sahabatnya itu.
"Chan..." Renjun menatap Haechan namun kata-katanya terpotong oleh Haechan.
"Aku tahu kau pasti akan bertanya mengenai penyakitku, benar bukan?" ujarnya dengan nada lemah.
Renjun menunduk sedih tapi tanpa daya ia mengangguk karena memang itu yang membuatnya penasaran.
"Tanyakanlah, aku akan menjawab semuanya." ujar Haechan.
Renjun menatap tajam wajah sahabatnya itu, "berapa lama kau menderita penyakit ini?"
"....lima tahun terakhir..."
"Dan kau diam saja?"
"Aku tidak berniat untuk sembuh, lagi pula...orang tuaku sudah meninggal jadi tidak ada yang berarti untukku. Tapi...semua berubah saat aku mengikuti audisi SM entertainment dan berhasil, aku menemukan apa alasanku untuk hidup." jelas Haechan.
"Tapi sayangnya...aku terlambat. Penyakitku ini sudah menyebar, dan setiap harinya kesempatanku untuk hidup semakin berkurang. Dan entah kenapa akhir-akhir ini yang menjadi alasanku untuk bertahan mulai berubah....dia seolah menjadi racun untuk mempercepat kematianku..." lanjutnya, nafas Haechan mulai tercekat dan suaranya bergetar.
"Dia lupa janji yang kami buat, dia lupa padaku dan memilih orang lain...aku tahu aku tidak pernah mengatakan perasaanku ini padanya, aku tahu ini salah tapi aku takut jika aku mengatakanya dia akan semakin menjauhiku." bulir-bulir air mata mulai memenuhi pipi gembil Haechan.
"Apa orang yang kau maksud itu Mark hyung?" sela Renjun.
Haechan terkejut, dari mana dia mengetahuinya?
"Aku tahu dari sikapmu, dari tatapanmu padanya berbeda dengan saat kau memandang para hyung line ataupun kami." lanjutnya seolah mengerti keterkejutan Haechan.
"Maafkan aku..." lirih Haechan.
Renjun tersenyum dan mengusap air mata yang ada dipipi sahabatnya, "tak masalah. Aku akan membantumu sebisaku."
Haechan men menatap Renjun tak percaya, "benarkah?"
Renjun mengangguk, "kapan aku pernah berbohong padamu?"
Setelahnya mereka tertawa kecil dan mengobrol ringan.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
[End]Unrequited Love
RandomDescription: kisah cinta segitiga yang terjadi diantara Mark, Haechan dan Jaemin. membuat Mark menjadi egois dan tidak pernah mau tau dengan perasaan orang-orang disekitarnya, ia menyukai dongsaengnya yang tengah cedera punggung. Na Jaemin. namun Ja...