Unrequited : 22(bag 2+end)

14.9K 1.2K 102
                                    

Ketika mereka larut dalam penyesalan, suster di ruang operasi keluar dengan terburu-buru. Mereka berlari kecil menuju ruangan lain dan membuat Taeil kembali tersadar dan berusaha untuk bertanya.

Namun, para perawat itu tidak menghiraukannya. Mereka kembali menuju ruang operasi dimana Haechan berada. Hal itu membuat Taeil semakin khawatir, begitu pula member NCT yang lain. Mereka memandang dengan cemas kearah Haechan berada, sambil dalam hati berdo'a agar dongsaeng mereka bisa kembali pulih.

Renjun kembali tak lama setelahnya, keringat bercucuran membuat rambutnya menempel pada keningnya. Matanya menatap khawatir kearah pintu masuk operasi, ia mendorong tubuh Jaehyun yang berada didepannya.

"Dokter belum memberikan keterangan." ujar Jaehyun entah pada siapa.

Mata Renjun meredup, tanpa ia sadari air mata jatuh dari pelupuk matanya. Tangannya terkepal kuat, ia menggertakan giginya dan menatap penuh kebencian pada yang lain. "Ini semua karena kalian!! Terutama kau Mark hyung!! Hiks...jika saja kalian tidak egois dan arogan maka sahabatku tidak akan berakhir seperti ini!! Hiks...bahkan jika ia ditakdirkan untuk mati,, tak selayaknya ia mati dengan menyedihkan!! Mana leader yang baik hati?! Mana hyung tertua yang bersikap adil?!! Cih!! Itu semua hanya omong kosong belaka!! Kalian semua hanya bersikap baik hanya pada orang yang kalian inginkan!! Dan bajingan itu memanfaatkan hal ini!! Kalian buta dengan sikap manis yang menjijikkan dan tingkah polos yang dibuat-buat!! Kalian tidak memikirkan hal lain!! Seolah-olah dunia ini hanya berisi kalian dan bajingan sialan ini!!" Renjun terisak-isak, ia mencoba untuk kuat. Namun kenyataannya ia tidak bisa menahan rasa bencinya terhadap anggota NCT yang lain, terutama yang telah melukai perasaan sahabatnya.

Jaehyun menepuk bahu Renjun pelan, "bukan maksud kami seperti itu tapi--"

Renjun menatapnya tajam, "tapi apa hyung?! Tapi kalian tidak peduli dan hanya ingin melakukan hal yang kalian suka tanpa ada alasan yang jelas?! Begitulah Yoonoh hyung?! Sudahkah kalian puas setelah melihat sahabatku menderita seperti ini hah?!" Renjun menunjuk kearah pintu ruang operasi. "Coba kalian lihat baik-baik, disana...diatas meja operasi sahabatku berjuang antara hidup dan mati melawan kankernya juga luka tabrakan karena menyelamatkan si bajingan terkutuk itu!! Apakah kalian puas?! Kenapa kalian tidak berpesta dan merayakannya?! Apakah itu masih kurang?!"

Bugh..

Sebuah tinjuan menghantam rahang Renjun. Ia menatap remeh pada pelakunya.

"Cih!! Hanya ini kekuatanmu Johnny hyung?!" ia meludahkan seteguk darah dan tertawa dingin. "Tersinggung? Itu harus!! Karena apa?? Karena kalian semua seperti itu!! Kalian tidak jauh berbeda dengan bajingan sialan ini!!!"

Mereka terdiam, tidak mampu membalas perkataan Renjun. Ya, apa yang Renjun katakan semuanya benar. Namun kini mereka sudah menyadari kesalahannya...apakah mereka tidak bisa berharap agar Haechan dan Renjun memaafkan mereka?

Semua penyesalan selalu datang terakhir, tak ada yang tahu apa yang mereka lakukan sebelumnya akan berakibat seperti ini. Renjun benar, jikalau Haechan memiliki penyakit kanker seperti ini, tak seharusnya ia berakhir menyedihkan. Seharusnya ia mendapatkan kasih sayang untuk terakhir kalinya dan melakukan hal terakhir yang ia inginkan.

Tepat pada saat ini, pintu ruang operasi terbuka. Dokter yang menangani Haechan menghampiri mereka dengan wajah lelahnya. Ia membuka masker yang dikenakannya dan menatap wajah setiap orang."Apakah diantara kalian ada yang bernama Huang Renjun? Pasien ingin menyampaikan sesuatu padanya."

Renjun mendongak dan langsung menjawab. "Aku! Aku Huang Renjun. Apakah sahabatku baik-baik saja dok? Tolong katakan sesuatu!!"

Dokter itu menghela nafas panjang. "Silahkan ikuti aku." ia berjalan kembali menuju ruang operasi dengan Renjun yang mengekor dibelakangnya. Meninggalkan member lain yang menatap khawatir kedalam ruangan.

Renjun melihat sahabatnya hanya bisa menahan tangisnya, keadaannya begitu buruk. Bahkan puluhan alat yang menempel ditubuhnya hampir membuat Renjun ingin menangis keras saking takutnya ia kehilangan matahari kecilnya.

"Hyuck..." panggilnya dengan suara parau. Ia berdiri disebelah Haechan, saat mendengarnya berbicara Haechan membuka matanya perlahan dan menatap Renjun dengan sayu. Bibirnya membentuk lengkungan senyum Indah yang biasa ia tunjukkan.

"Njun...aku...minta ma'af..karena aku kau jadi...membenci hyung line...kumohon Njun...tolong jangan benci mereka...ini salahku yang memiliki kekurangan..."Haechan berhenti sejenak lalu melanjutkan. "Njun...aku ingin kau tahu...kau adalah sahabat terbaik yang tuhan berikan untukku...aku...sangat beruntung memilikimu...terima kasih atas semua hal Indah yang kau tunjukkan padaku...jika..tuhan mengizinkan kita bertemu lagi...kuharap kau masih bersedia untuk menjadi sahabatku...dan satu hal lagi..." Haechan mulai kehilangan tenaganya, alat yang menunjukkan detak jantungnya menjunjukan bahwa ia semakin melemah.

Haechan mulai terisak,tangan kanannya menggenggam pelan kedua tangan Renjun."tolong jaga Mark hyung untukku...jangan biarkan dia berjalan kearah yang salah...dia terlalu naif...jangan biarkan dia mendapatkan pasangan yang buruk...berjanjilah..."

Renjun menggeleng cepat, ia ingin agar sahabatnya itu tetap berada disampingnya dan menemaninya setiap hari. Tak dapat dipungkiri bahwa ia juga mulai memiliki perasaan lebih pada sahabatnya, namun...takdir selalu bermain-main dengannya. Ia sekali lagi akan ditinggal pergi oleh orang yang sangat ia sayangi.

Kenapa tuhan selalu tidak adil padanya?? Inilah yang selalu ia pikirkan. Namun sejauh apapun ia mencari jawabannya, ia tidak berhasil menemukannya.

Tepat pada saat itu, alat itu berhenti berbunyi. Genggaman tangan Haechan mengendur dan lepas secara perlahan. Mata Indah yang selalu berbinar setiap kali menatapnya kini tertutup. Bibir yang tak pernah lelah berceloteh kini terdiam.

Sahabatnya pergi, membiarkannya sendiri menghadapi dunia. Orang yang selalu membuatnya tertawa dan marah karena kelakuan bodohnya kini telah tiada. Orang itu pergi menuju ke suatu tempat yang Indah, dimana dia tidak akan merasakan rasa sakit dan terluka lagi.

Hati Renjun Hancur, ia menangis tersedu-sedu sambil memeluk mayat sahabatnya sembari memanggil namanya berulang kali. Berharap supaya ia akan kembali ke sisinya dan menemaninya.

Harapan hanyalah sebuah harapan. Ketika takdir memutuskan, manusia tidak dapat mengubahnya. Mereka hanya bisa menerimanya. Baik itu kebahagiaan ataupun kesedihan, kekayaan atau kemiskinan, kelahiran atau kematian, tidak ada yang bisa mengaturnya. Manusia telah terhubung dengan benang takdir hidup mereka masing-masing.

The end

________________________

Canda elah masih ada ekstra part kok:v

Jangan lupa

Vomment✔

[End]Unrequited LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang