Unrequired : 5

9.6K 1.3K 29
                                    

Yang mau siders izin dulu ya:)
Saya hargai kok, makasih udah mampir di book ini

.

.

.

Kini Haechan tengah berada dalam ruangan gawat darurat, terbaring lemah dan masih tak sadarkan diri. Renjun cemas, bagaimana caranya untuk ia memberitahu manager hyungnya juga anggota NCT yang lain?

Bisa ia bayangkan betapa marahnya manager hyung saat mendengar bahwa ada anggota yang sakit namun tidak memberitahunya. Belum lagi Taeyong hyung nya yang akan menatap tajam kearah Haechan yang sedang sakit.

'Apa yang harus kulakukan?'

"Tenang lah, aku yakin bahwa mereka akan mengerti dan memaklumi kalian berdua." ujar Suho menenangkan.

"Entahlah hyung...Haechan adalah teman pertamaku saat masuk agensi ini. Dan sejak kami bertemu saat itu...aku sudah menganggapnya sebagai adikku sendiri..." jelas Renjun dengan lesu.

"Dia pasti baik-baik saja. Yakinlah!" ujar Suho sembari menepuk pundak Renjun untuk menguatkannya.

Renjun tersenyum tipis dan disaat yang sama, dokter yang menangani Haechan keluar dari ruang gawat darurat dan dengan cepat Renjun menghampirinya.

"Dokter bagaimana keadaan teman saya?? Apakah dia baik-baik saja??" tanya Renjun khawatir.

Dokter itu menghela nafasnya dalam, "sebaiknya kita bicarakan ini diruanganku." dan setelah berkata demikian, ia lalu berjalan menuju ruangannya diikuti Renjun dan Suho.

Sesampainya disana, Renjun dan Suho dipersilakan untuk duduk dan mendengar diagnosa dokter mengenai Haechan.

Dokter itu menghela nafasnya, "begini...seharusnya aku mengatakan hal ini pada orang tua atau kerabat pasien, tapi...karena hanya ada kalian berdua maka aku akan mengatakannya pada kalian."

"Apa ada masalah dokter?" tanya Suho.

Dokter itu mengangguk pelan, "ya, saudara Haechan mengalami tekanan psikologis yang cukup berat. Menyebabkan tubuhnya yang lemah dan penyakitnya kambuh. Selain itu..."

Renjun menyela, "selain itu?? Apakah masih ada yang lainnya?"

Suho menepuk pundak Renjun agar ia tetap tenang. Renjun menghela nafasnya dalam, "Maaf, silahkan lanjutkan."

"Pasien juga mengidap kanker paru-paru kronis. Dan jika tidak segera ditangani maka akan semakin memburuk, dan hal ini dapat menyebabkan pasien kehilangan nyawanya."

'Degg'

Tangan Renjun bergetar, pandangannya menjadi buram dan setetes air mata menetes di pipinya.

"Tidak mungkin...ini tidak mungkin!! Anda bercanda kan??! Mustahil temanku mengidap penyakit mematikan!! Dokter katakan padaku bahwa semua yang kau katakan itu bohong!!" Renjun meraung-raung meratapi nasib sahabatnya, ia tak terima dengan semua kenyataan yang ada.

"Renjun tenanglah..." Suho menahan tangannya dan berusaha membuatnya tenang.

"Tenang?! Hyung bagaimana aku bisa tenang setelah mengetahui fakta bahwa sahabatku diambang kematian?! Bayangkan jika kau berada diposisi yang sama denganku!! Dan salah satu dongsaengmu sekarat!! Apa yang kau rasakan hyung?!! Katakan padaku!!!" tangis Renjun pecah, emosinya memuncak, dan ia terus menangis bahkan setelah keluar dari ruangan dokter itu.

'Hiks...kenapa kau harus menderita penyakit ini chan...apa salahmu hingga tuhan mengujimu dengan penyakit mematikan? Andai keajaiban itu ada...aku ingin agar aku saja yang menderita. Tuhan...aku berdoa agar sahabatku bisa sembuh dari penyakitnya dan bisa tersenyum lebar seperti dulu...'

Suho menyodorkan secangkir coklat panas padanya, lalu duduk ditempat yang kosong.

"Aku mengerti kau merasa terpukul karena hal ini, tidak ada satu orang pun yang ingin orang terdekatnya menderita. Tidak kau, aku bahkan orang lain diluar sana. Tapi...ketahuilah bahwa caramu menerima kebenaran tentang penyakit temanmu itu salah."

Renjun menatap kosong pada secangkir coklat panas yang diberikan Suho padanya, tak ada sedikit pun niat untuk mendebat ataupun menyela perkataan sunbae nya itu.

"Seharusnya..kau berusaha untuk terus tersenyum dan tetap disampingnya untuk terus memberikan semangat dan menjadi alasan mengapa ia harus tetap bertahan, bukannya sama-sama terpuruk. Jika kau seperti itu maka kemungkinan hidupnya akan berkurang dengan cepat." jelas Suho.

Hening tercipta setelah Suho menyelesaikan perkataannya, tak ada satupun yang berniat untuk kembali membuka mulut. Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.

'Bahkan jika aku hidup hingga seribu tahun pun, jika kau tidak disampingku itu tidak lah berguna.'

To be continued

Entah kenapa ochi emosi pas bikin bagian yang ini:(

Jangan lupa share ya

[End]Unrequited LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang