Unrequited : 8

9K 1.2K 31
                                    

Ochi tamatin ini ya:v

.

.

Setelah beberapa saat berbincang, hening kembali menyelimuti keduanya.

"Sejak kapan kau menyukainya?" tanya Renjun memecahkan kesunyian.

Haechan menatap balik Renjun, "entahlah...mungkin semenjak aku, Mark hyung dan Jisung berjanji satu sama lain..."

Renjun mengernyit bingung, "janji?"

Haechan mengangguk pelan, "saat itu...

Flash back on

"Haechan hyung!! Mark hyung!!" panggil seorang anak bermata sipit sambil melambaikan tangannya dengan semangat.

Kedua orang yang ia panggil tadi sontak menoleh kearahnya dan tersenyum ringan.

"Hai Jisungie..." ujar remaja berpipi bulat dengan suara cemprengnya.

"Hyung!! Jangan rusak tatanan rambutku!!" Jisung tak terima saat rambutnya yang telah susah payah ia rapihkan kini terlihat kusut.

"Hehehe...mianhae, sini hyung rapihkan." ujar remaja itu dan dengan cepat merapikan rambut Jisung.

"Apa kalian sudah selesai? Kapan kita berangkat?" sela seseorang dibelakang Jisung.

"Eh? Tentu saja sekarang hyung! Ayo cepat kita kesana!!" ujar Jisung semangat. "Eh tapi...kemana Jaemin hyung dan Jeno hyung? Kenapa hanya kalian?"

"Jadi kau tidak suka jika hanya ada aku dan Mark hyung yang menemanimu begitu?!"  remaja berpipi bulat itu berkacak pinggang seolah ia tak terima dengan ucapan Jisung.

"Chan, sudahlah..ayo, sebentar lagi pasti pintu gerejanya akan ditutup. Jadi lebih baik kita pergi sekarang." ujar Mark menengahi.

"Baiklah..." ujar Haechan.

Mereka berjalan beriringan dengan Jisung yang diapit oleh keduanya. Sepanjang perjalanan, Jisung tak henti hentinya berbicara mengenai kapan mereka debut. Dan kedua hyungnya itu hanya menanggapi dengan santai dan sesekali bercanda.

Hingga saat Jisung melihat seorang anak yang digandeng oleh kedua orang tuanya mengingatkan ia pada orang tuanya yang kini terpisah oleh jarak dengannya.

Haechan yang menyadari hal itu lantas menatap Jisung penasaran, "ada apa Jisung-ah?"

Jisung menatap Haechan sedikit murung, "aku merindukan eomma dan appa..."

Haechan mengerti, ia lalu mengusap lembut helaian rambut Jisung dan tersenyum tipis, "mereka juga pasti merindukanmu, tapi kau disini untuk mereka. Kau berjuang untuk menjaga Bintang yang akan membuat mereka bangga padamu, jadi jika kau merindukan mereka pejamkan matamu dan panggil nama mereka lalu tatap Bintang dan bulan dilangit, katakan pada mereka bahwa kau merindukan orang tuamu."

Jisung menunduk sambil memikirkan perkataan hyungnya itu, sesaat kemudian ia tersenyum.

"Tentu, terimakasih Haechan hyung!" ujarnya lalu memeluk Haechan erat.

Mark hanya menatap mereka dalam diam, ia ikut tersenyum saat melihat kedua orang disampingnya berpelukan.

Jisung melepaskan pelukannya, "bisakah aku meminta sesuatu pada kalian berdua?"

Keduanya menatap Jisung penasaran

"Tentu jika itu tidak mustahil." ujar Mark.

Jisung tersenyum lebar, "maukah kalian jadi orang tua angkatku?"

Haechan dan Mark terkejut, lalu saling menatap satu sama lain.

"Orang tua...angkat?" Haechan mengulang kata-kata Jisung.

Dengan semangat maknae kesayangan semua orang itu mengangguk.

Dengan ragu Mark menatap Jisung, "hyung akan setuju jika Haechan hyung juga setuju."

Jisung menatap Haechan dengan puppy eyes andalannya, mau tak mau Haechan mengangguk untuk menyetujui permintaan dari Jisung.

"Ya..tentu..."

"Terimakasih hyung!! Kalian berdua yang terbaik!!" Jisung menghambur kepelukan Haechan.

Baik Mark maupun Haechan hanya tersenyum saat melihat trainer paling muda mereka merasa senang.

"Sama-sama Jisungie..." Haechan balas memeluk Jisung.

"Baiklah, saatnya kita masuk kedalam gereja." ujar Mark menginterupsi keduanya.

"Ne!!"

Dan ketiganya masuk bersamaan dengan Jisung yang selalu menggandeng tangan Mark dan Haechan.

Flash back off

Renjun terdiam, ia tidak bisa berkata-kata lagi.

"Tapi dia berubah semenjak roomate kita ditukar, dia lebih sering bersama Jaemin. Padahal...Jaemin selalu ingin menolaknya dan lebih memilih bersama Jeno, tapi Mark hyung tetap bersikukuh hingga akhirnya Jaemin menyerah. Mark hyung tidak tahu jika Jaemin dan Jeno sudah menjalin hubungan sejak lama, ia terlalu menutup telinga dan hatinya, ia hanya peduli pada perasaannya untuk Jaemin dan melimpahkan semua kemarahan dan kekesalannya padaku..." suara Haechan bergetar, air mata mulai keluar dari pelupuk matanya.

Renjun tak tega melihat sahabatnya menderita seperti ini. Sudah sakit raga, hatinya pun ikut disakiti oleh bajingan seperti Mark. Tangannya terulur untuk mengapus air mata Haechan, ia lalu menangkup kedua pipinya dan tersenyum.

"Jangan khawatir Chan, aku disini. Tidak ada lagi yang akan membuatmu terluka, tidak seorangpun. Bahkan jika Mark hyung membentakmu lagi, aku yang akan menghajarnya untukmu. Aku berjanji." Renjun memeluk Haechan pelan.

Dan malam itu mereka habiskan dirumah sakit karena penyakit Haechan. Renjun tidak peduli dengan omelan yang akan diberikan manager hyung ataupun Taeyong hyung, yang penting untuknya hanyalah sahabatnya. Lee Haechan.

To be continued

Ahaq i'm come back

Tinggalkan jejak, jika ingin siders ijin dulu✔

[End]Unrequited LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang