Unrequited : 17

9.9K 1.2K 64
                                    

apdet uhuyyy

________

Lima belas menit kemudian anggota NCT yang lain menyusul ke ruang gawat darurat. Chenle yang terlihat sangat khawatir, ialah yang melihat secara langsung saat Mark memaki dan menuduh Haechan yang tidak-tidak.

Saat melihat Jisung ia langsung memeluknya dan menangis pelan.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Taeil setelah menghampiri ketiganya.

Renjun menatapnya dingin, "tanyakan pada orang dibelakangmu."

Mark terkejut, ia tidak terima dirinya disalahkan. "Apa?! Kenapa aku?! Aku hanya-"

Sebelum Mark menyelesaikan perkataannya, Renjun lebih dulu menarik kerah bajunya. "Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Haechan, maka bersiaplah untuk menanggung akibatnya!" desisnya pelan.

Johnny menarik bahu Renjun pelan, "Renjun, sudahlah.."

Renjun menepis kasar tangan Johnny dan menatapnya tajam. "Kau tidak berhak mengaturku."

Setelah mengatakan itu, Renjun meninggalkan ruang tunggu tanpa menoleh kebelakang sedikitpun.

Keheningan menyelimuti seluruh ruangan, semua orang terdiam karena keterkejutan mereka. Hanya menyisakan suara isakan tangis Chenle yang belum berhenti menangis.

"Kalian membuatnya kecewa..." ujar Jisung tiba-tiba, nada suaranya tidak dingin namun tidak hangat. "Terutama Mark hyung."

Semua orang terkejut, mereka menatap Jisung dengan bingung.

"Apa maksudmu?" tanya Jaehyun mewakili yang lain.

Jisung menatapnya datar, "tanyakan pada dirimu sendiri hyung." ia memeluk Chenle dan menunduk. "Apa yang kalian tanam, itulah yang kalian petik hari ini."

Setelah itu tak ada lagi yang berbicara, semuanya terdiam seolah ada sesuatu yang membungkam mereka walaupun mereka ingin berbicara.

***

Disisi lain, ditaman rumah sakit Renjun diam-diam menangis. Tangannya gemetar saat ia mengusap air mata yang turun dipipinya.

Disamping kirinya sebuah buku harian bersampul mickey mouse tergeletak begitu saja.

"Kau akan kehabisan air mata jika terus menangis.." ujar sebuah suara.

Renjun terkejut dan mendongak menatap sosok itu.

"Tidak mungkin..."

****

Didepan ruang rawat, dokter menjelaskan apa yang terjadi pada Haechan. Kaget? Tentu saja! Haechan menyembunyikan hal ini terlalu baik, bahkan Taeyong sang leader pun tak mengetahui hal ini.

"Harapan hidup Haechan hanya tinggal beberapa bulan, sel kanker yang ada didalam tubuhnya sudah menyebar luas dan akan sulit untuk ditangani. Kini hanya tuhan yang bisa membantunya." jelas dokter Kim mengakhiri penjelasannya.

"Apakah benar-benar tidak ada harapan dok?" tanya Ten.

Dokter Kim hanya menghela nafas dan tersenyum tipis.

Suasana menjadi hening, setiap orang memikirkan tentang penyakit Haechan yang sudah stadium akhir. Tidak ada satupun dari mereka yang menduga bahwa matahari kecil mereka sangat menderita dibalik setiap senyumannya yang membuat orang bahagia.

"Aku...ingin menenangkan diri sebentar..." Yuta berjalan meninggalkan ruang tunggu dengan langkah gontai.

Disepanjang koridor rumah sakit, ia terus memikirkan Haechan. Dongsaeng kesayangannya yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya sendiri, ia kembali mengingat masa-masa bersama remaja berpipi gembul itu.

'Yuta hyung! Kau yang terbaik!!'

'Wahh ini Indah sekali hyung....'

'Hyung, boleh aku memanggilmu onii-chan?'

'Selamat ulang tahun onii-chan ku...'

'Onii-chan ku tampan sekali eoh~'

'Hyung....bolehkah aku berfoto bersamamu?'

Tanpa sadar air matanya keluar dengan sendirinya. Semua kenangan itu membuatnya merasa bersalah pada Haechan, terutama saat ia tidak sengaja membentaknya hanya karena Mark yang menuduh Haechan malas.

Yuta duduk dibawah pohon sakura di taman rumah sakit, terisak pelan sambil terus menggumamkan kata 'maaf' berulang-ulang. Ia tak menyadari bahwa ada seorang anak kecil berusia lima tahun duduk disampingnya.

"Kenapa oppa menangis?" tanya anak itu.

"Apa oppa terluka?" tanyanya polos.

Gadis kecil itu mengeluarkan saputangan merah muda dan menyerahkannya pada Yuta. Yuta yang melihat reaksi anak kecil itu tertegun sejenak dan menatapnya.

Gadis itu tersenyum manis, "mama bilang kita tidak boleh menahan perasaan sakit, Rinnie selalu menangis saat terjatuh. Apa oppa juga terjatuh? Dimana lukanya?" gadis itu menelisik tubuh Yuta untuk mencari luka yang ia maksud.

Yuta hanya tersenyum kecil, "lukaku ada disini, apa kau bisa menyembuhkannya?" ia menempatkan tangan kanan gadis kecil itu didadanya.

Gadis itu tidak mengerti apa maksudnya, ia hanya memiringkan kepalanya dan menatap wajah Yuta dengan bingung. Wajah imutnya membuat Yuta ingat pada wajah Haechan, terutama sepasang Netra coklatnya yang bersinar saat menatapnya.

"Apa dada oppa sakit?"

Yuta mengangguk, "ya, ini disebut hati. Dan itu terluka.."

"Kenapa tidak hubungi dokter? Apa mau Rinnie panggilkan?" tanya gadis itu polos.

Yuta menggeleng pelan, "dokter tidak bisa menyembuhkannya."

"Kenapa?"

"Karena...hanya orang yang oppa lukai yang bisa menyembuhkannya."

"Oppa membuat orang lain terluka??" gadis itu menunjukkan ekspresi terkejut.

Yuta mengangguk, "tapi oppa tidak tahu bagaimana caranya agar ia bisa membuat luka oppa sembuh..."

Yuta menghela nafasnya dalam, bahunya merosot dan matanya menjadi sayu.

"Kenapa oppa tidak memintanya secara baik-baik? Mama bilang jika kita meminta sesuatu dengan sopan, maka permintaan kita pasti akan dikabulkan." gadis kecil itu mengubah posisi duduknya, ia mengeluarkan sebuah lolipop warna warni dan menempatkannya ditelapak tangan Yuta.

Yuta merasa heran dengan apa yang dilakukannya, "apa ini?"

Gadis itu menjawab dengan polos, "ini lolipop."

"Bukan, maksudku...kenapa kau memberikan ini untukku?" ujar Yuta saat gadis kecil itu tidak memahami pertanyaan sebelumnya.

Gadis itu mengambil lolipop ditangan Yuta dan mengangkatnya, "begini, bagaimana jika oppa melakukan pertukaran. Oppa berikan lolipop pada orang yang oppa lukai dan minta dia untuk menyembuhkan luka oppa, Rinnie sering bertukar dengan teman-teman dan saling berbagi."

Yuta akhirnya paham maksud anak itu, ia tersenyum kecil lalu mencubit pelan pipinya yang sedikit berisi. "Terimakasih, kau sangat baik."

Gadis itu mengangguk kecil lalu pamit dan meninggalkan Yuta sendirian dibawah pohon sakura.

To be continued

Yang tulisannya italic itu kenangan mas yuta ya
Maaf baru up lagi soalnya banyak pr @.@
Plus kuota yang gak ada :')
Udah dulu ya sambung di part selanjutnya

[End]Unrequited LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang