Epilog

3.2K 284 55
                                    

"Mama!" Seruan anak laki-laki menghentikan kegiatan memasak ibunya.

"Ada apa?"

"Mereka memangkas rumput-rumput di dekat sungai."

Ibunya mematikan api kompor dan mengangkat panci berisi sup ikan yang sudah matang. "Ya. Mereka memang memangkas rumput di awal musim panas."

Melihat rona gelisah di wajah anaknya, wanita itu menghampirinya dan segera berlutut untuk menyamakan tinggi mereka. "Kenapa?" tanyanya dengan lembut.

"Adina akan menangis. Kami merawat bunga gladiol di sana. Mereka pasti sudah memangkasnya." Anak itu menjelaskan dengan kecemasan penuh. Tetesan keringat mengalir di pelipisnya. Dadanya naik-turun, mencoba mengembalikan irama napas yang telah berantakan karena berlari kencang.

"Bunga Gladiol?" Ibunya bertanya, memastikan.

Anak laki-laki itu mengangguk dengan sungguh-sungguh. "Apakah aku harus memberi tahu Adina?"

Ibunya menggeleng cepat dan berpikir sejenak. Dia memilih untuk tidak memberitahu hal yang akan membuat putranya bertambah cemas.

"Mungkin kita harus menggali tanah bekas tumbuhan itu tumbuh. Jika benar itu adalah gladiol, kita akan menemukan umbi di sana. Dengan umbi itu, kita bisa menanamnya kembali."

Mendengar penjelasan ibunya, wajah anak kecil itu kembali bersinar. Dengan semangat, dia menarik tangan ibunya, mengajak wanita itu ke sungai Abraham. Berharap untuk bisa menepati janji yang pernah dia ucapkan kepada seorang gadis kecil. Sementara wanita di sampingnya berpikir keras untuk tidak mengatakan kalau hari itu adalah hari kepindahan gadis kecil bernama Adina.

Jejak-Jejak GladiolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang