9 | THE ANSWER

1.3K 133 0
                                    

Play Music:

EXO - My Answer


"Dia itu indah dalam bahasanya, cantik dalam diamnya, juga manis di setiap tutur katanya. Tapi sayangnya, aku sudah terlalu jatuh dengan dia yang hadir dengan sebuah air mata, bukan dia yang tiba dengan segudang rasa dan sebait kalimat indah belaka."


Semilir angin menyusup melalui celah jendela kamar. Sejuk mulai membelai kulit milik Nayla yang terang ditengah paparan mentari senja yang mulai lelah merona. Gadis itu menengadahkan kepalanya, menatap langit-langit kamar yang berwarna putih pucat. Ah...Nayla lupa jika ini bukanlah kamarnya.

'Di kamarku, nggak akan ada susu coklat hangat yang setiap malam tersaji dimeja. Di kamarku, nggak akan ada yang membangunkanku kala fajar telah terlihat. Tapi disini, nggak akan ada Bunda yang selalu datang tengah malam untuk menutup gorden balkon yang kerap aku lupa untuk melakukannya."

Sekilas Nayla tersenyum kecut. Ia sayang Bunda, rindu Bunda, dan amat sangat menginginkan Bunda. Tapi Ia juga juga terlalu benci untuk kembali. Ini sulit, Nayla tak tau harus berbuat apa.

'Tok..tok...tok'

Sebuah suara ketukan pintu sontak membuyarkan lamunannya. Gadis itu segera beranjak dan menarik kusen pintu yang masih tertutup rapat, dari sana Nayla dapat melihat Zian yang tersenyum ke arahnya.

"Turun yuk, Nay. Ada yang nyariin kamu."

"Siapa?"

"Nanti kamu akan tau," Zian menarik pergelangan tangan Nayla dengan lembut.

Mereka menuruni tangga perlahan sebelum kemudian langkah mereka berhenti diruang tamu.

"Bunda?" sontak seorang wanita setengah baya yang Nayla panggil itu pun menoleh. Tatap nya sendu, sarat akan sebuah rindu yang tampak sangat jelas. Perlahan wanita itu berdiri dan mendekat pada Nayla. Sebelum kemudian membawa gadis itu ke dalam pelukan nya.

"Bunda kangen Nay." Tia berujar sembari mengelus pelan ujung kepala Nayla.

"Nayla juga kangen, Bun."

"Kalau gitu Nayla pulang ya," Tia berucap parau, sebelum kemudian Nayla kembali memberikan jarak antara Tia dan dirinya.

"Nggak Bun, Nggak sekarang..."

'Nggak sebelum aku yakin dengan apa yang sedang terjadi sebenarnya,'

Zian yang melihat itu hanya diam dan sesekali melirik pada Rina yang sedari tadi memang berada disebelahnya. Zian rasa, mungkin Nayla akan berada disini sedikit lebih lama.

'Apakah aku harus senang, atau malah sebaiknya?' Zian bertanya dalam hati. Ia tak tau, haruskah ia senang karena bisa selalu dekat dengan Nayla dalam beberapa waktu kedepan, atau malah sedih saat melihat Tia dengan raut Kecewa atas keputusan putrinya? Entahlah.

Tak berapa lama, Tia mengalihkan pandangannya pada Zian. Perlahan wanita setengah baya itu mendekat dengan tersenyum.

"Titip Nayla ya, jagain dia buat Tante. Mungkin, dia butuh sedikit lebih lama lagi waktu untuk menenangkan diri." Tia berujar sambil beberapa kali menepuk bahu Zian pelan.

"Iya Tan, Zian akan jaga Nayla."

"Nayla aman disini, kamu nggak perlu khawatir. Aku juga seorang ibu, aku tau betul bagaimana perasaanmu. jadi, aku pastikan Nayla akan baik-baik saja. Lagipula, Zian juga ada disini." Ucap Rina menimpali.

Dear Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang