32 | BECAUSE OF YOU

656 55 9
                                    

Play music :
JBJ - Just Be Stars

"Saat turun hujan, aku memikirkanmu. Saat angin berhembus, aku memikirkanmu. Bahkan saat kamu disampingku, aku juga memikirkan mu."

Dua minggu rasanya sangat cepat berlalu, dan Nayla masih dirundung ragu. Baru kemarin ia mengembalikan buku harian milik Syifa, meskipun ia memang tak lagi membacanya sejak kejadian terakhir kali. Sebenarnya hal itu tidak bisa disebut dengan mengembalikan, sebab nyatanya Nayla hanya meletakkan buku itu di atas lemari gantung yang ada di ruang keluarga. Tentunya sembari berharap Syifa akan berpikir bahwa dirinyalah yang lupa menaruh dimana bukunya. Sehingga nanti, Nayla tak perlu repot-repot mencari alasan jika saja Syifa tiba-tiba bertanya.

Gadis beriris hazel itu tengah berada di perpustakaan sekolah saat ini. Salah besar jika berpikiran bahwa ia ada disana untuk belajar atau bahkan membaca buku, sebab tak sekalipun pikiran semacam itu terlintas di pikiran Nayla. Hanya saja, diluar hujan. Meskipun ingin, tak mungkin ia nekat membuat tubuhnya basah kuyup demi untuk berdiam diri di Taman belakang sekolah. Dan jika bertanya alasan lainnya, maka jawabannya adalah menghindar. Sudah beberapa hari ini gadis itu menghindari Zian. Sebisa mungkin ia tak akan menemuinya, kecuali saat tanpa sengaja bertemu di jalan, itu pun Nayla tak banyak bicara. Dia hanya berkata seperlunya, dan jika Zian mulai bertanya dan membicarakan banyak hal lainnya, ia hanya akan menjawab seadanya.

"Dingin?" Nayla menoleh saat seseorang tiba-tiba saja duduk disebelahnya lengkap dengan beberapa buku tebal ditangannya. Itu Zian.

"Dingin nggak?" Tanya Zian lagi.

"Lumayan,"

"Mau dipeluk?" Nayla diam. Jika saja Nayla tidak dalam misi untuk menjauhi laki-laki disampingnya itu, mungkin gadis itu dengan senang hati akan mengangguk. Tapi sayangnya tidak, alih-alih melakukan apa yang ia inginkan, Nayla hanya diam sembari tersenyum samar.

"Kamu kenapa, Nay? Belakangan ini kamu jadi nggak seperti biasanya." Zian bertanya sambil meletakkan bukunya diatas meja.

"Nggak papa, Zi." Zian tak berujar lagi, enggan untuk melanjutkan perbincangan yang malah akan mengundang masalah jika terus dilakukan.

Selama sepersekian menit berikutnya keadaan masih sama, sunyi. Hanya tersdengar suara tetes air yang jatuh ketanah juga beberapa kali suara petir yang menggelegar. Selain itu tak ada suara lain yang terdengar, mungkin karena ini perpustakaan. Jadi, semua orang yang datang akan berpikir dua kali jika akan bercakap ramai.

Zian termenung sembari menyangga kepalanya dengan sebelah tangan, laki-laki beriris gelap  tersebut asli dibuat bingung akan prilaku Nayla padanya beberapa hari terakhir. Apa ada yang salah? Apa Zian sudah membuat kesalahan? Atau bahkan telah tanpa sengaja menyakitinya? Setidaknya pertanyaan-pertanyaan seperti terus bergiliran hadir di kepala nya, dan itu membuatnya pusing.

"Nay... "

"Hm?"

"Kamu tau, saat turun hujan, aku memikirkanmu. Saat angin berhembus, aku memikirkanmu. Bahkan saat kamu disampingku, aku juga memikirkan mu." Zian berujar sembari tersenyum, mencoba mencairkan suasana yang canggung.

"Zi, aku duluan, ya. Ada tugas yang belum aku selesaiin." Ah, tentu saja itu hanyalah sebuah alasan. Sekali lagi, Nayla hanya ingin menghindar. Kali ini gadis itu tak ingin menyakiti hati Syifa, sudah cukup belasan tahun ini ia menyakiti hati kakaknya itu, sudah cukup Syifa mengalah untuknya. Dan kali ini, biarkan Nayla yang mengalah. Walaupun itu berat dan sangat menyakitkan.

Dear Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang