33 | 'BOUT YOU

656 53 2
                                    

Play music:

NCT U - Timeless

"Hal yang tidak aku suka adalah semua yang menjauhkan ku dari hal-hal yang aku suka. Jadi, jangan menyuruhku menjauh. Jika kamu menyuruhku menjauh, kamu akan menangis selamanya."

Suara serak Kepala Sekolah sedari tadi tak kunjung pergi dari pendengaran. Benar, upacara bendera kali ini sangat membosankan sekaligus melelahkan. Tak terkecuali bagi Zian yang notabene adalah seseorang yang tak pernah mengeluh akan apapun.

Lama.

Namun akhirnya upacara diakhiri dengan doa bersama. Hari ini begitu melelahkan, upacara untuk memperingati hari guru memang sedikit lebih lama dari upacara-upacara bendera pada hari senin biasanya. Tapi bagi sebagian siswa hal itu tidaklah masalah, mengingat pengorbanan guru yang sebegitu berjasanya. Namun entah seperti apa pemikiran sebagian siswa lainnya akan hal ini.

"Mau hujan, Nay. Ayo masuk," Zian berujar saat melihat Nayla masih berdiri di samping lapangan. Mendung memang sudah sedari tadi menggantung, tapi entah kapan tetesnya akan jatuh. Tapi berdiam diri disini sambil menunggu hujan, tentu bukanlah pilihan yang tepat.

"Duluan aja, Zi. Aku masih pingin disini." Tepat sasaran. Zian tau bahwa Nayla akan menolaknya juga kali ini, ia sudah bisa menebaknya sejak awal. Tapi bukankah setiap orang butuh penjelasan? Tak semestinya Zian dapat perlakuan seperti ini. Meskipun Nayla tidak secara terang-terangan menyuruh Zian menjauh, tapi caranya memperlakukan laki-laki itu sudah cukup memberitau segalanya.

"Ayo masuk, Nay... " Zian berujar lagi.

Nayla tersenyum, masih tanpa menoleh ke arah Zian. "Kamu duluan aja, Zi. Aku masih mau lebih lama lagi disini.

"Kamu kenapa, sih, Nay?" Cukup sudah. Kesabaran itu ada batasnya, dan nampaknya kesabaran Zian sudah sampai di batas akhir. Laki-laki itu sudah tak mampu lagi menahan dirinya untuk bertanya.

Zian menyunggingkan senyum tipis, "apa kamu memang ingin aku menjauh? Kenapa nggak bilang, Nay? Apa sekarang bicara sudah dipungut biaya?" Laki-laki itu berujar sedikit lebih keras, namun masih dengan nada yang cukup lembut.

"Aku nggak tau maksud kamu, Zi." Nayla mengalihkan pandangannya dari Zian yang masih dengan lekat memandangnya.

"Kamu nggak pintar berbohong, Nay. Aku tau pasti ada sesuatu yang buat kamu jadi kayak gini!" Zian mengguncang pelan tubuh Nayla sembari menatap sang pemilik iris hazel itu lekat.

"Aku nggak suka cara kamu bicara kayak gini, Zi! Ini bukan Zian yang aku kenal!"

"Bahkan sekarang, aku jauh lebih tidak mengenalimu, Nay! Ini bukan kamu. Melihatmu sekarang, sama saja seperti melihat orang asing!" mendengar itu Nayla hanya terdiam, kali ini dengan mata yang mulai memanas.

"Iya! Aku cuman orang asing, Zi, nggak seharusnya kamu mengenalku. Nggak seharusnya juga kita jalanin hubungan bodoh ini! Aku nggak mau menghancurkan apa yang aku punya saat ini, Zi. Aku nggak mau mengorbankan perasaan orang lain lagi, aku nggak mau melukai perasaannya—"

"Dia siapa?" Zian bertanya menyela, "Syifa?!"

Nayla terdiam. Apa yang Zian katakan sangatlah tepat, Syifa memanglah alasannya. Nayla tak mau menghancurkan lagi hubungan yang sudah dengan susah payah ia bangun bersama Syifa, ia tak mau melihat kakaknya menangis, apalagi jika dia adalah penyebabnya.

Dear Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang