38 | DEAR YOU

725 50 7
                                    

Play Music :

Taeyeon - Circus

"Kemarin adalah masa lalu, besok adalah masa depan, dan hari ini adalah keajaiban bagiku untuk sekali lagi bisa melihat wajah kalian."

Suara gemericik air terdengar semakin lama kian mengeras, hujan mengguyur kota, bau tanah basah seketika menyeruak masuk mendominasi udara ibukota. Akhir pekan kali ini memang kurang menyenangkan jika dibarengi hujan deras seperti ini, tapi itu bukan masalah bagi Zian, lagipula, seharian ini ia sudah berencana untuk menghabiskan waktunya di Rumah Sakit. Laki-laki itu melajukan mobilnya lebih dalam kepekarangan Rumah Sakit, sebelum kemudian mencari area parkir kosong untuk menempatkan mobil Jazz putih kesayangannya untuk beberapa jam kedepan. Usai melakukan hal tersebut, Zian tak kunjung turun dari mobilnya. Tentu saja karena hujan yang masih dengan deras mengguyur Jakarta, ditambah dengan tak ada payung di dalam mobilnya. Akan lebih baik jika hujan turun saat Zian telah memasuki gedung Rumah Sakit, itu akan jauh lebih mudah bagi Zian dan beberapa pengendara lain yang terjebak sepertinya.

Lama Zian berpikir keras, mencari cara untuk dirinya bisa masuk kedalam Rumah Sakit tanpa harus membuat dirinya basah kuyup. Beruntung Zian mendapatkan ide dari apa yang ia kenakan. Dengan cepat laki-laki itu melepas jaket kulit yang ia kenakan, menaruhnya di atas kepala, lalu mengambil dua buket bunga lavender dan mawar putih dari kursi belakang. Sebelum kemudian ia membuka pintu mobil dan dengan cepat melesat masuk ke gedung Rumah Sakit. Dingin, Zian tidak suka dingin. Selain karena dirinya punya alergi terhadap suhu rendah, dingin juga membuatnya mengantuk. Dan disaat-saat tertentu Zian tidak terlalu suka tertidur. Baginya, tidur itu tidak baik untuk kesehatan hati dan pikiran seseorang, karena saat tidur seseorang kerap kali bermimpi, mimpi indah yang malah akan membuat kecewa jika terbangun nanti. Meskipun dari mana-mana jelas tidur sangatlah penting bagi kesehatan manusia.

Zian menghentikan langkahnya saat melihat Tia sedang mondar-mandir di depan ruangan Syifa sembari menelpon seseorang. Entahlah, wajahnya tampak lebih sumringah dari biasanya, ada sedikit senyum yang tercipta disana. Laki-laki itu tak melanjutkan langkahnya, enggan untuk mengganggu percakapan Tia yang nampaknya sangat penting.

"Kak!" Zian menoleh, mendapati Alan yang tengah berlari tergopoh kearahnya sambil tersenyum dengan baju yang sedikit basah.

"Kenapa buru-buru? Apa yang terjadi? Don't scare me, Lan." Zian bertanya sembari berjalan pelan mendekati Alan.

"Kak Zian belum tau? Kak Syifa udah sadar! Tadi Bunda telepon Alan, kak." Alan berujar semangat tanpa melepas senyum yang menghiasi wajahnya. Mendengar hal itu Zian tersenyum, meski di dalam hatinya ada sebercak perasaan kecewa. Jelas karena laki-laki itu sangat berharap bahwa Nayla juga akan sadar seperti halnya Syifa.

"Akhirnya kamu datang, Lan. Wah maafin Tante karena belum sempat menghubungi kamu, Zi. Tapi Tante yakin kamu sudah tahu kabarnya kan? Tante bahagia, setidaknya hari ini satu beban kesedihan Tante bisa terangkat." Tia berujar tanpa melepas senyuman diwajahnya. Dua laki-laki didepannya pun turut melakukan hal yang serupa.

"Bentar deh," Alan berujar dengan air muka yang berubah, sembari mengedarkan pandangannya ke setiap sudut Rumah Sakit.

"Ada apa?" Zian bertanya melihat Alan yang nampak panik.

"Perasaan tadi Alan kesini bareng temen, deh. Tapi kok nggak ada sih? Apa masih dibelakang ya, duh gimana nih!" Alan berujar heboh sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kalau kamu masih diem disini terus, gimana mau ketemu? Buruan cari, nanti kalau temen kamu nyasar gimana? Makanya, buru-buru boleh tapi ceroboh jangan." Zian berujar kesal, sementara yang diajak bicara menyengir memperlihatkan deretan giginya yang rapi. Sebelum kemudian ia melongos pergi meninggalkan Zian juga Tia yang masih menatapnya sambil menggelengkan kepala.

Dear Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang