6 | PAST

1.4K 139 4
                                    

Play Music:

Doyoung (NCT) - Hard for Me


"Masa lalu adalah pijakan untuk menciptakan masa depan. Sekalipun masa lalumu sangat mengerikan, jangan cemas. Itu hanyalah cara takdir untuk membawamu menuju masa depan yang menyenangkan."


Hari ini nampaknya akan menjadi hari yang melelahkan bagi seorang Nayla Gymnastiar. Gadis itu tengah melangkah tak tentu arah. Matanya berpedar menengok jalanan ibukota yang tak pernah sepi akan lalu lalang kendaraan bermotor, mungkin penampilannya kali ini lebih mirip seorang anak kos yang baru saja di usir dari kamarnya karena telat bayar sewa.

Ah, lupakan saja soal penampilan.

Senja kali ini amat sangat mengesankan. Sebab kali ini, bukan hanya kondisi yang membuat Nayla jengkel. Tapi juga situasi yang amat sangat tidak mendukung. Matahari sudah mulai turun dari peraduannya, ditambah kelabu yang menggantung menutupi seluruh penjuru langit ibukota menandakan rinai yang sudah siap mengguyur jalanan Kota Jakarta. Bahkan gadis itu tak tau harus pergi kemana. Matanya masih terus mengeluarkan cairan bening yang kian datang disaat-saat seperti ini. Terus mengalir bersamaan dengan hujan yang kian deras.

Nayla lelah. Tentu saja bukan hanya lelah karena telah beradu argumen sepanjang hari ini, tapi juga lelah akan segala ketidakadilan yang ia rasakan. Gadis itu terduduk di atas kursi besi di trotoar yang ia lewati. Gadis itu menekuk lututnya, menenggelamkan kan wajahnya disana. Ia menangis. Tak peduli dengan tatapan banyak orang yang memandangnya aneh karena duduk sendiri di tengah guyuran hujan.

Cukup lama Nayla berada pada posisi itu. Hingga gadis itu mendongak, mendapati ada payung yang menghalangi tetes air membasahi tubuhnya.

"Ngapain hujan-hujanan sih? Kayak anak kecil aja" Nayla menoleh menatap si mpu-nya payung yang ternyata sudah berdiri di depannya.

Nayla hanya diam. Perlahan ia menghapus jejak air mata yang bahkan sudah tersamarkan oleh tetesan air hujan.

"Bukan urusan kamu."

"Kok gitu? Kan aku temen kamu Nay, udah ayo aku anter pulang."

"Aku nggak mau pulang Zi."

"Siapa bilang aku mau anter kamu pulang ke rumah kamu? Udah ayo ikut aja." Sontak Zian meraih pergelangan tangan Nayla, menggenggam nya erat, dan kemudian membawanya menjauh dari tempat itu. Mereka duduk didalam mobil milik Zian yang memang tidak terparkir jauh dari sana, baju Nayla sudah basah kuyup.

"Kita mau kemana?" Nayla bertanya sembari merapikan rambutnya yang berantakan.

"Rumahku"

"Ngapain?! Nggak mau!"

"Emangnya kamu mau kemana? Tadi katanya ga mau pulang...terus mau kemana lagi?"

Nayla bungkam. Gadis itu tak mengerti kemana jalan pikiran laki-laki di sebelahnya ini.

Zian nampak serius memperhatikan jalanan didepannya. Sesekali ia juga menekan klakson juga menginjak pedal rem nya. Setidaknya itu yang Nayla perhatikan sejak tadi.

Zian tampan. Nayla memperhatikan setiap lekukan di wajah laki-laki itu dengan teliti, dan baru ia sadari bahwa Zian memiliki iris serupa warna kopi yang begitu indah, laki-laki itu punya bibir dengan warna sedikit lebih muda dari milik Kakaknya yang nampak pucat jika terkena sinar matahari. Entah bagaimana bisa di dunia ini ada mahluk serupa malaikat seperti seorang Zian Anka. Nayla memandangnya, dan tanpa disadari mobil yang mereka tumpangi sudah memasuki pelataran rumah yang cukup luas.

Dear Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang