EXTRA CHAPTER

1K 62 19
                                    

Play Music:
Sejeong Gugudan - Flower Way

"Listen, never forget that you still have someone who loves you sincerely. Which is always there, and will never leave you to death. And that person is me."

Melepaskan saat kau tak ingin melakukannya adalah hal yang menyedihkan. Tapi kau tau apa yang lebih menyedihkan? Tidak siap untuk melepaskan dan tidak mampu untuk menerimanya, tapi bagaimanapun juga kau harus tetap melepaskan.

Mungkin setiap orang pernah berada didalam situasi semacam itu, saat ia harus merelakan sesuatu yang awalnya selalu ia genggam erat dan tak pernah ia biarkan lepas. Tapi pada suatu waktu, ia harus menerima sebuah keadaan yang mengharuskannya mau tak mau untuk merelakan.

Itu berat, sangat berat.

Tapi seharusnya kau tau, bahwa bunga yang terlalu lama digenggam tidak akan pernah bisa berkembang. Maka beranilah untuk melepas agar ia bisa terbang.

Mungkin itu sedikit melenceng dari kasus yang dialami oleh Nayla, tapi secara garis besar, gadis itu memang sudah masuk dalam tahap akhir merelakan. Iya, merelakan seseorang yang dulunya sempat pernah ia genggam erat walau sebentar. Meskipun akhirnya... orang itu juga harus pergi meninggalkan jutaan kenangan yang telah ia buat bersamanya. Hari ini, Nayla sudah bertekad merelakan Kakaknya meski sudah sekian lama. Tak apa, bukankah sedikit terlambat lebih baik dari pada tidak sama sekali? Gadis itu menguatkan hatinya, berbicara pada dirinya sendiri bahwa ia akan kuat. Dan benar, hari ini ia sudah memutuskan sebuah keputusan yang seharusnya sudah harus ia putuskan dulu.

Jika bertanya dimana gadis itu sekarang, Nayla sedang berada di sebuah ruangan persegi yang diisi dengan beberapa orang. Mayoritas dari mereka adalah perempuan, yang sedari tadi sedang dibuat sibuk akan suatu hal. Dua diantaranya adalah Tia dan juga Rina yang sedang duduk di pojok ruangan sambil sesekali tersenyum menatap Nayla.

Gadis itu sedang duduk didepan cermin rias yang dihiasi banyak lampu, dengan seorang wanita yang tengah memoles wajah cantiknya dengan makeup minimalis yang cukup mampu membuat dirinya tampak lebih bersinar. Rambutnya pun ditata rapi dengan hiasan mawar putih disalah satu sisinya, kali ini rambutnya sudah panjang dan lebih terawat. Pakaiannya tampak pas dibadan mungilnya, berwarna putih gading dengan taburan kilau pernik yang cantik.

"Sudah siap. Lihatlah, nona ini sangat cantik." Ujar wanita tadi sambil menoleh pada Tia dan juga Rina.

"Terimakasih." Nayla tersenyum sambil membungkukkan badannya sekali, sebelum kemudian wanita disebelahnya itu tersenyum dan berlalu meninggalkan ruangan.

"Masih ada 15 menit lagi, Nay. Emm... Tante Rina jadi deg-degan ini." Rina membuang nafasnya sambil melirik pada arloji dipergelangan tangannya.

Hari ini adalah hari pertunangan Nayla dan Zian, semua orang bersuka cita akan hal itu. Acara ini sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari, karena Zian selalu saja berbicara soal acaranya yang harus sempurna meski hanya sebuah pertunangan. Tak banyak yang diundang, hanya kerabat dari masing-masing keluarga dan teman-teman terdekat saja.

Ah, mungkin ini adalah bagian dari takdir untuk mereka berdua, selain soal kehilangan dan duka cita yang telah terjadi, ternyata bahagia sudah menanti. Hanya saja saatnya baru tiba sekarang ini.

"Ayo kedepan, tamunya udah banyak yang datang." Seseorang berujar sambil merapikan jas hitam yang ia kenakan. Seorang laki-laki berahang keras yang telah kehilangan seorang putrinya, laki-laki penyayang dengan kasih yang tersembunyi dalam diam.

Dear Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang