36 | DON'T GO

705 50 7
                                    

Play Music :

Lee Seung Gi - Return

"Jangan pernah menyalahkan siapapun atas segala tragedi yang terjadi. Karena kapanpun dan dimanapun kamu, tak akan ada yang tau kapan takdir itu akan menghampiri."

Hari ini, malam ini, bintang bersinar cukup terang. Bertaburan seolah mampu menutupi kelamnya langit malam. Masih pukul 18.27, setidaknya itu angka yang tertera pada jam digital yang ada di dalam mobil.

"Kalau ngantuk tidur aja, Nay." Syifa berujar saat melirik sekilas Nayla yang masih menoleh ke luar jendela.

"Ngantuk, sih, tapi pemandangannya sayang kalau nggak dilihat." jawab Nayla masih tanpa menoleh.

"Jangan gitu, inget ya... Kamu harus lebih sayang sama tubuh kamu. Bukan pemandangannya." Syifa berujar lagi dengan sedikit kesal, namun gadis itu masih belum juga mendapatkan perhatian dari gadis di sampingnya.

"Kakak gimana, sih, Tuhan ciptakan pemandangan itu untuk dilihat bukan untuk dibiarkan begitu aja."

"Kakak tau, kok. Tapi Tuhan juga ciptakan tubuh untuk kita rawat, kita jaga. Tubuh kita juga butuh istirahat, Nay, apalagi kamu belum istirahat dari tadi." Terang Syifa tak mau kalah.

Mungkin dia sudah menyerah. Syifa bergumam dalam hati saat tak lagi mendengar jawaban dari Nayla.

Syifa meliriknya sekilas. Gadis itu terpejam, namun nampaknya belum terlelap pulas dalam tidurnya. Rambut kecoklatan nya nampak sedikit berantakan, menutupi wajahnya yang putih. Bibir tipisnya nampak indah, seolah tak henti untuk tersenyum.

Syifa merogoh sakunya, saat dirasa handphone-nya bergetar karena sebuah panggilan. Sialnya, benda pipih tersebut malah terjatuh dari genggaman Syifa. Gadis itu mencoba meraihnya, masih dengan mata yang terfokus pada jalanan didepan sana. Mobil mereka masih terus melaju melawati jalanan berkelok-kelok, juga sedikit berlubang dan berkerikil. Hingga tepat saat tangan Syifa berhasil meraih handphone-nya, mobil mereka melaju melawati pembatas jalan tanpa sempat menghindar.

DUAKK!!!

Sedetik kemudian mobil yang mereka tumpangi terpental mundur dan sedikit berguling dari posisi aslinya. Syifa tak bisa berbuat apapun, gadis itu memjamkan matanya, dan bahkan menutup telinganya rapat-rapat. Dapat ia rasakan Nayla meringkuk turut melakukan hal serupa disampingnya.

PRANGGGGGGG!!!

Kaca-kaca terdengar pecah, entah dari bagian mobil yang mana. Syifa masih terpejam, meski telinganya masih bisa mendengar dentuman keras itu sekalipun tangannya telah menutupi telinga. Kepalanya terbentur sana-sini meskipun gadis itu telah meringkuk dalam diamnya. Entah beberapa menit kemudian, suara-suara itu lenyap. Ingin rasanya Syifa membuka mata, mencari tau apa yang kini sedang menimpanya. Tapi gadis itu tak sanggup, tangannya gemetar, jantungnya berdegub sangat kencang, dan matanyapun tak henti mengeluarkan airmata.

Syifa berusaha mengatur nafasnya, tangannyapun tak lagi menutupi telinga, dan matanya perlahan mulai terbuka.

Yang pertama kali ia lihat adalah kaca depan mobilnya yang pecah, dengan posisi tubuhnya yang kurang sejengkal lagi akan menindih tubuh Nayla, jika saja gadis itu tidak menggunakan seatbelt. Syifa mencoba memegang kepalanya yang sedikit berdenyut. Ah, pantas jika rasanya perih dan amat sakit, kepalanya berlumur cairan merah kental dengan bau karat yang menyengat. Cairan merah itu terus mengalir dengan debit yang tidak sedikit. Syifa meringis kesakitan, kali ini disertai dengan pandangannya mulai memburam. Sontak gadis itu segera melihat ke arah Nayla berada. Keadaanya tidak terlihat jauh lebih baik. Wajahnya bersimbah darah, gadis itu dapat melihat beberapa serpihan kaca berhasil menggores kulitnya.

Dear Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang