12 | MY FEELING

1.1K 85 2
                                    

Play Music:

Sejeong (Gugudan) - Flower Road

"Kali ini jangan paksa aku untuk melupakan lara, sebab dari sanalah aku mengerti apa itu arti sebuah rasa"

Sore ini, seperti biasa Syifa tengah menikmati secangkir cappucino di temani sebuah buku fiksi yang berhasil melayangkan pikirannya ke awang-awang. Diluar sana kelabu telah menangis pilu, tapi gadis itu seolah tak peduli. Ia membiarkan rintik hujan membasahi celah-celah jendela kamarnya, membiarkan angin membelai kulitnya melalui celah jendela yang lain.

Dingin. Tapi tak sekalipun membuyarkan lamunan gadis beriris kelam tersebut.

Sampai menit berikutnya, ponsel gadis itu berdering riang. Mengganggunya dari keheningan yang ia rasa.

"Hallo?"

"Hai sayang, lagi apa?"

"Emm, lagi baca buku. Ayah ada apa telpon Syifa? Tumben."

"Hahaha, iya sayang, Ayah cuman mau minta tolong. Tolong kasih tau Bunda kalau Ayah mau keluar kota pulang kerja nanti, jadi Bunda suruh siapin berkas Ayah yang ada di lemari. Maklum, ada tugas mendadak dari Bos,"

"Oh, iya. Nanti Syifa bilangin Bunda."

"Makasih sayang, Ayah tutup dulu ya. Love you"

"Love you too,"

Sesaat setelah menutup ponselnya, Syifa berdecak. Terkadang ia heran pada Ayahnya. Dia pria baik, dan penuh perhatian padanya juga sangat Bunda. Tapi kenapa itu semua tidak berlaku untuk Nayla?

Dulu, Ayah juga begitu mencintai mendiang Ibu. Bahkan aku sangat ingat, saat Ibu mengandung Nayla Ayah begitu perhatian dan telaten menjaga ibu. Tapi ini?


❣❣❣

Hujan begitu deras turun, membasahi setiap jengkal tanah ibukota. Nayla hanya memandang rinai yang turun dari balik jendela kaca besar sebuah cafe. Sepulang sekolah tadi, Nayla menunggu Zian untuk menyelesaikan rapat OSIS terlebih dahulu. Alhasil, disinilah dia sekarang, duduk diatas kursi kayu yang hangat, ditemani seorang laki-lagi rupawan, juga secangkir green tea hangat yang tadi ia pesan.

Suasana di situ terbilang cukup sepi, hanya ada Zian dan dirinya, ditambah dua orang lagi yang tengah asik mengobrol beberapa meja di depannya.

Nayla memandangi jalanan yang mulai sepi sambil memasangkan headset ke telinganya. Dari balik jendela yang berembun itu, Nayla mampu melihat beberapa pengendara sepeda motor yang menepi di pinggiran toko, juga tak sedikit pejalan kaki yang sedang menggunakan jasa ojek payung. Jasa peminjaman payung yang kerap menjadi profesi dadakan banyak orang kala musim hujan telah tiba.

"Nay?" Zian melambaikan tangannya dihadapan Nayla. Sontak gadis itu langsung membuyarkan lamunannya.

"Apa?"

"Kalau lagi di ajak ngomong, headset-nya dilepas dulu cantik..." Zian berujar sembari melepas headset yang masih setia ada di telinga Nayla. Sebelum akhirnya laki-laki itu melanjutkan kalimatnya.

"Nanti malam ikut aku yuk"

"Kemana?" Nayla balik bertanya sambil mengerutkan dahi.

Dear Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang