• Perlakuan Verrel • [✔]

753 77 29
                                    

^Sebelumnya gue minta maaf ama kalian para readers, kalau alur di cerita gue gampang ditebak...Gue masih amatir jadi penulis...Maka dari itu, gue minta ama kalian para readers, kasih krisan di comment cerita gue...biar gue bisa lebih memperbaiki ceritanya dan kalian bisa lebih nyaman dengan cerita gue....Thanks bangeett udah mau jadi pembaca setia:)^

✨✨✨

Hati Bintang terasa senang ketika is sudah dapat memasuki sekolah lagi dan bertemu dengan teman-temannya. Menurut Bintang, tidak masuk sekolah selama 2 hari, sama saja dengan tidak masuk sekolah selama 2 tahun. Rasanya benar-benar bosan saat Bintang terbaring di ranjang rumah sakit. Lebay memang, tapi itulah kenyataannya.

Bintang menatap bangunan sekolahnya yang dibangun dengan gaya modern dari arah parkiran. Bintang melengkungkan senyum manis di bibirnya. Dalam hati ia berkata, 'Terimakasih Tuhan, karena masih memperbolehkan ku untuk menatap dunia ini dan menikmati masa remaja. Berikan aku waktu untuk sedikit lagi Tuhan.'

Saat asik-asiknya Bintang menatap bangunan modern yang berada di hadapannya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan tangan besar yang menyelinap di sela-sela jarinya. Bintang tau siapa pemikik tangan tersebut, ia mendongak untuk menatap wajah pemilik tangan itu.

"Selamat beraktivitas, tuan putri. Semoga hari lo menyenangkan," ucapnya sambil diselingi senyuman.

Dalam hati, Bintang ingin mencakar wajah orang yang memanggilnya tuan putri. Dia adalah Verr. Cowok laknat yang selalu saja mengganggu hidup nya.

Dengan rasa amat terpaksa, Bintang memaksakan untuk tersenyum. Menerima perlakuan yang diberikan oleh Satria kepadanya.

"Thank you, Verrel," balas Bintang dengan senyum yang dipaksakan.

Verrel pun mengajak Bintang untuk memasuki kelas, yang padahal kelas mereka berbeda. Sepanjang koridor, banyak tatapan tanya dari semua murid akan kedekatan Verrel dan Bintang yang tiba tiba. Apalagi genggaman tangan mereka yang terlihat begitu erat.

Sahabat Bintang dan Verrel yang melihat hal itu juga terkejut akan kedekatan mereka berdua.

Verrel menghiraukan tatapan tanya dari teman-temannya. Sedangkan Bintang, merutuki Verrel karena sudah membuat dirinya sebagai objek untuk diperhatikan. Verrel pun langsung mengantar Bintang ke kelas XI IPA 4.

Sampai di depan kelas Verrel enggan sekali untuk melepaskan genggamannya. Membuat Bintang menatap Verrel dengan arti tatapan, 'Lepasin'.

Verrel pun melepaskan genggamannya dengan rasa terpaksa. Ia menatap lekat wajah Bintang. Bintang yang ditatap seperti itu juga merasa risih.

"Belajar yang bener, nanti kita ke kantin bareng. Gue bakal jemput lo," pinta Verrel dengan penuh perhatian.

Bintang hanya mengangguk sebagai tanda jawaban 'iya'.

"Satu lagi, lo gak boleh senyum dihadapan cowok-cowok. Lo cuman boleh senyum di hadapan gue," peringat Verrel kemudian ia pun meninggalkan kas Bintang. Bintang berbalik untuk menuju ke bangkunya yang berada di tengah.

Ia mendapat tatapan terkejut dari beberapa pasang mata teman-temannya. Tapi, ia tak peduli dengan tatapan teman-temannya. Ia sangat malas untuk menanggapi nya

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang