Suara di depan dan ocehan dari samping tak mampu membuat ia merubah posisinya. Kini, Verrel mengikuti pelajaran tanpa minat dan banyak melamun saat melihat Bintang belum sadarkan diri selama 1 jam lebih. Salma yang ikut Reyhan ke rumah sakit pun belum memberinya kabar jika Bintang telah sadar. Kini dirinya semakin khawatir dengan keadaan Bintang.
Entah beberapa kali, teman sebangku nya, Ken, sekaligus sahabatnya memanggil Verr namun masih tak digubris oleh Verrel. Membuat Ken bernafas kasar.
"VERREELL," teriak Ken.
Tentu saja Verrel terlonjak kaget, matanya melotot menatap Ken yang saat ini tengah tersenyum dengan watadosnya.
Pak Mus dan para murid lainnya yang tadinya fokus dengan pelajaran Sejarah, kini juga ikut menatap Ken dengan wajah herannya. Namun, Pak Mus menatapnya dengan tatapan tajamnya.
"Kennand! Kenapa kamu teriak?" tanya Pak Mus dengan suara pelan namun terdengar menakutkan.
Kennand yang ditatap Pak Mus dengan tatapan tajam nya, hanya meneguk salivanya susah payah. Menurut Ken, wajah Pak Mus akan lebih menyeramkan jika wajahnya di buat selembut mungkin dari pada menahan amarah.
"Eng-enggak kok, Pak. Ta-tadi saya cuman refleks doang kok, Pak. Soalnya, dari tadi Verrel ngelamun terus. Dipanggil gak nyahut-nyahut," jawab Ken.
"Keluar dari kelas saya, Kennand Axsella Pranata," desis Pak Mus.
Ken yang mendengarnya langsung melotot dan mulut terbuka menatap Pak Mus.
"Ngapain mata kamu melotot ke arah saya? Mau saya colok mata kamu pakai spidol saya?" sentak Pak Mus.
Ken menggelengkan kepalanya tanda 'tak setuju'.
"Be-beneran, Pak? Saya boleh keluar?"
"Iya, kamu keluar Kennand. Apa masih kurang jelas ucapan saya?" teriak Pak Mus.
Semua murid menatap ngeri wajah Pak Mus. Sedangkan ada juga yang menatap kasihan kepada Ken yang kini mendapat amarah dari Pak Mus.
Ken segera berdiri dari bangku nya, melangkah kedepan menuju pintu. Sebelum membuka pintu dan keluar, Ken berbalik menatap teman teman yang lain dan Pak Mus.
"Selamat belajar teman-teman, semoga kalian semangat yaa buat ngingetin masa lalu," ujar Ken kepada teman temannya. Kini tatapannya menatap Pak Mus yang sudah berkacak pinggang.
"Saya mau bilang makasih banyak loh, Pak. Udah mau nyuruh saya keluar, dari tadi saya sumpek di dalem kelas. Apalagi ngelihat wajah Bapak yang mirip ama macan mau nerkam. Makin sayang aja sama pelajaran Bapak. See you, Mr. Mus," ujar Ken kepada Pak Mus lalu segera keluar dari dalam kelas sebelum mendapat semprotan dari Pak Mus.
Pak Mus yang mendengarnya menggeram marah dengan tingkah Ken.
----- MY DESTINY -----
Suara bel pulang sekolah telah berbunyi semenjak 15 menit yang lalu. Sekolah sudah nampak sepi, dikarenakan para murid sudah pulang sedari tadi.
Verrel, cowok urakan, dengan baju yang di keluarkan, sepatu warna hijau, tak lupa juga dengan rambutnya yang kini sudah mulai nampak memanjang namun malah terlihat semakin keren menurut murid-murid SMA Angkasa.
Verrel duduk diatas motornya Kawasaki KLX 150 sambil memegang handphone. Sedari tadi ia menunggu kabar dari seseorang tentang keadaan Bintang. Ketiga sahabatnya tidak ada yang menemaninya karena Verrel sendiri yang meminta mereka untuk pulang terlebih dahulu.
Tiba-tiba, handphone Verrel bergetar. Menandakan adanya pesan masuk.
+62856*********
RS. Medika Harapan
Jln. Anggrek Putra Bali
-Salma
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny
Teen Fiction04-05-2020 #15 in goodstory #10 in myboyfriend #35 in highschoollovestory #25 in verrel (09 Mei 2020) #6 in bramasta (09 Mei 2020) Tentang Takdir yang berjalan sesuai digariskan Tuhan :) 23 September