Wajah Verrel kini benar-benar terlihat memerah, tanda jika ia sedang menahan amarah. Jika saja Nathan dan Angga tidak menahan kedua lengannya, sudah dapat di pastikan jika sekarang laki-laki yang ada di hadapannya sudah habis Verrel bantai.
"Maksud lo apa ngerusakin markas gue?" tanya Verrel dengan nada yang di rendahkan, namun masih terdengar marah.
"Apa lo gak terima, kalau geng lo kalah waktu tanding basket sama anak Alastar?"
"IYA, GUE GAK TERIMA. GUE MAU TANDING ULANG," bentak Marvin, ketua Fergoz.
"Bro, ini cuman tanding biasa. Ngapain harus diulang segala?" sahut Angga.
"Hanya pengecut yang gak mau ngakuin kekalahannya," ucap Verrel dengan nada sarkastik.
Marvin yang mendengarnya tentu saja langsung emosi. Tanpa basa-basi, Marvin l langsung menonjok wajah Verrel membuat Verrel terjungkal beberapa langkah kebelakang karena tak siap.
Angga dan Nathan yang memegang lengan Verrel tentu saja langsung terkejut. Begitu juga dengan anak-anak Alastar yang berada di belakang Verrel
"Maksud lo apa nonjok Verrel?" Nathan maju sambil mendorong bahu Ryan dengan cukup keras.
"Nat, udah, Nat. Ngapain lo emosi?" Angga menahan tubuh Nathan yang seakan-akan ingin menghabisi Marvin.
"Gue tunggu lo besok sore di Lapangan Stadion. Kita tunjukin siapa yang pengecut," baru saja Marvin ingin melangkah, suara dari Verrel membuat rahang Marvin kembali mengeras.
"Dan kita tunjukin siapa yang pengecut, dengan enggak bawa senjata sekecil apapun," Verrel mengucapkan hal itu tentu saja dengan sengaja. Ia tahu, jika Fergoz selalu membawa senjata ketika berkelahi ataupun bertanding.
"Oke, gue dan Fergoz gak akan bawa senjata, gimana sama Alastar lo?" balas Marvin.
"Alastar gak pernah yang namanya bawa senjata. Karena itu sama aja nunjukin kalau dirinya adalah pengecut,"
Marvin semakin emosi mendengarnya. Verrel memang dengan sengaja membuat Marvin emosi, hingga Marvin kembali berbalik dan menohok rahang Verrel dengan keras.
"Gak usah banyak bacot. Gue tunggu besok sore,"
Setelah itu, Marvin benar-benar pergi dari markas Alastar. Nathan dan Angga langsung saja membantu Verrel berdiri dan membawanya ke sofa yang sudah disediakan. Anak-anak Alastar hanya menonton tanpa membantu. Karena memang Verrel lah yang menyuruh teman-teman nya untuk tidak membantu ketika seperti ini.
"Fergoz emang benar-benar gak punya malu," gumam Dave.
"Sejak kapan dia punya malu, Dave?" timpa Haydar.
"Kita gak bikin rencana lagi, Ver?"tanya Davin.
"Untuk kali ini, gak ada rencana. Kalian cuman harus siapin mental buat besok sore," titah Verrel.
"Kalau itu mah, kita selalu siap. Ya gak boys?"
"Yoi, bro," jawab anak-anak Alastar dengan serentak.
"Gue pulang dulu," tanpa berpamitan Verrel langsung beranjak meninggalkan markasnya.
Motor trail Verrel terparkir di depan markas Alastar. Saat Verrel keluar dari markas, rahangnya kembali mengeras dan tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya terlihat memutih.
"LO SEMUA EMANG BANGSAT FERGOZ," teriak Verrel.
Nathan dan Angga yang mendengar teriakan Verrel dari dalam segera menghampiri Verrel. Takut terjadi apa-apa dengan ketuanya.
"Lo kenapa, Ver?" tanya Angga.
Verrel tidak menjawab, matanya hanya menatap motor trail nya dengan perasaan amarah. Angga dan Nathan juga ikut menatap ke arah yang dilihat oleh Verrel.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny
Teen Fiction04-05-2020 #15 in goodstory #10 in myboyfriend #35 in highschoollovestory #25 in verrel (09 Mei 2020) #6 in bramasta (09 Mei 2020) Tentang Takdir yang berjalan sesuai digariskan Tuhan :) 23 September